Pengaruh Belanja Tidak Langsung Terhadap Kontribusi Sektor Perkebunan Serta Dampaknya Terhadap Kesempatan Kerja Sektor Pertanian
Pengaruh Belanja Tidak Langsung
Terhadap Kontribusi Sektor Perkebunan Serta Dampaknya Terhadap Kesempatan Kerja
Sektor Pertanian
1.1 Latar Belakang Masalah
Sektor pertanian dan perkebunan
memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan patut
menjadi sektor tumpuan dan mesin
penggerak perkembangan ekonomi sebab sektor pertanian menjadi andalan hidup (pekerjaan primer) untuk sebagian besar warga Indonesia. Sektor pertanian pun menjadi sumber pangan publik, menduduki posisi urgen sebagai donatur devisa yang relatif besar dan lumayan lentur dalam menghadapi gejolak moneter dan krisis
ekonomi, oleh sebab produksinya
berbasis pada sumber daya dalam negeri maka
ekspor produk pertanian relatif lebih tangguh dan relatif stabil dengan
penerimaan ekspor yang bertambah pada ketika terjadi krisis ekonomi.
Lebih dari tersebut sektor pertanian, perkebunan memiliki kelebihan khas dari sektor-sektor beda dalam perekonomian Nasional,
antara lain: buatan pertanian
berbasis pada sumberdaya domestik, kandungan impornya rendah dan relatif lebih
tangguh menghadapi gejolak perekonomian eksternal. Berarti upaya menjaga dan menambah peranan sektor pertanian merupakan teknik yang efektif guna meningkatkan keawetan perekonomian Nasional. Hal
ini terbukti dari kenyataan empiris,
disaat Indonesia menghadapi krisis dan secara nasional merasakan laju
perkembangan ekonomi negatif,
melulu sektor pertanian yang tumbuh positif (Solahuddin, 2009:75).
Ekonomi Skripsi |
Berdasarkan
keterangan dari Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
ditafsirkan sebagai rencanafinansial
tahunan Pemerintah Daerah yang
diamini oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Sedangkan menurut keterangan dari Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 (dalam Kawedar, dkk, 2008), Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah ialah rencanakeuangan
tahunan Pemerintah Daerah yangdibicarakan
dan disetujui bareng olehPemerintah
Daerah dan DPRD, dandiputuskan dengan
Peraturan Daerah.
Mengingat menurut teori Keyness, APBD adalahsalah satu mesin pendorong ekonomi, dan melakukan pembelian barang daerah ialah belanja yang tertuang dalam
APBD yang ditunjukkan untuk menyokong penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan. Peranan APBD sebagai
pendorongdan di antara penentu
tercapainya target dan sasaran makro ekonomi wilayah diarahkan guna mengatasi sekian banyak kendala dan persoalan pokok yangadalahtantangan
dalam mewujudkan kegiatan masyarakat
yang sejahtera dan mandiri.
Sebagaimana pula APBD provinsi
aceh terus terjadi evolusi dari
tahun ke tahun, di samping itu,
pemerintah pun didesak
mengevaluasi penerima hibah dan
pertolongan sosial, mengingat
melakukan pembelian barang daerah dalam sejumlah tahun terakhir, Pemerintah Aceh mestimeminimalisir secara signifikan ongkos perjalanan dinas dalam dan luarwilayah untuk menambah pertumbuhan
APBD tersebut sendiri. Hal tersebut sesuai dengan Kepmendagri
Nomor 903-832 Tahun 2016 mengenai Evaluasi
Rancangan Qanun Aceh mengenai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Aceh Tahun Anggaran 2016 dan Rancangan Peraturan
Gubernur Aceh mengenai Penjabaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh Tahun Anggaran 2016. Berikutpendapatan Belanja Daerah tidak
langsung dari tahun 2010-2015 Provinsi Aceh diterangkan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 1.1
Belanja Tidak Langsung Provinsi
Aceh tahun 2010-2015
No Tahun Belanja Tidak Langsung
(Rp)
1 2010 6.379.504.000
2 2011 49.641.800.000
3 2012 96.477.745.833
4 2013 61.380.277.961
5 2014 1.867.102.810
6 2015 3.645.096.200
Sumber: Laporan Keuangan Provinsi
Aceh, 2017
Sesuai dengan tabel diatas, dapat disaksikan belajan tidak langsung
pemerintah Provinsi Aceh paling tinggi, tetapi seiring tahun ketahun terus
terjadi penurunan melakukan pembelian
barang tidak langsungurusan tersebut dilaksanakan untuk mengurangi pengeluaran pemerintahguna program yang sedang dilakukan atau sedang dalam tahan
pelaksanaan.
Pengeluaran konsumsi pemerintah
yang terlampau kecil bakal merugikanperkembangan ekonomi, pengeluaran
pemerintah yang proporsional akanmenambah
pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah yang boros akan menghambat perkembangan ekonomi. Pada lazimnya pengeluaran pemerintah
membawa akibat positif untuk pertumbuhan ekonomi (Anaman,
2004:69).
Pengeluaran pemerintah
mencerminkan kepandaian pemerintah.
Apabila pemerintah telah memutuskan suatu kepandaian untuk melakukan pembelian barang dan jasa, pengeluaran
pemerintah mencerminkan ongkos yang mesti dikeluarkan oleh pemerintah guna melaksanakan kepandaian tersebut.
Keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi oleh pemerintah wilayah menuntut adanya suatukepandaian yang tepat dari pemerintah wilayah sendiri, upaya-upayapenambahan Pendapatan Asli Daerah dapat dilaksanakan pada situasi
tententu saja, sebab secara
umum upaya itu jusrtu dapat menambah beban yang mesti ditanggung masyarakat.
Begitu pula sektor pertanian,
perkebunan dan kehutanan Provinsi Acehdapat
memberikan penghasilan asli wilayah untuk terus dinaikkan melalui pemberdayaan tumbuhan perkebunan sawit, coklat,
karet dan kopi, dengan berkembangnya sektor perkebunan di Provinsi aceh masing-masing tahunnya, maka bakal terus dapat meningkatkan
pendapatan PAD. Berikutpendapatan
sektor perkebunan dari tahun 2010-2015 di Provinsi Aceh,diterangkan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 1.2
PDRB Sektor Perkebunan dari tahun
2010-2015 di Provinsi Aceh
Tahun PDRB Pertumbuhan
2010 25,579,575 3.75
2011 26,515,484 3.66
2012 27,685,114 4.41
2013 28,980,433 4.68
2014 29,690,562 2.45
2015 31,155,375 4.93
Sumber: BPS Provinsi Aceh, 2017
Sebagaimana tabel diatas, terlihat pendapatan PDRB Provinsi Aceh dari
tahun 2010-2015 terus berkembang dengan
diperlihatkan pada tahun 2015 PDRB yang didapatkan Rp. 31,155,375. Perkebunan member akibat terhadapevolusi perokonomian Provinsi Aceh, urusan itu melalui usaha budidayatumbuhan perkebunan yang dicoba perorangan atau dicoba oleh lokasi tinggal tangga petani tidak tergolong dalam konsep ini dan seringkali disebut usaha perkebunan rakyat, bakal member akibat terhadap peluang kerja
masyarakat dalam meningkatkan perekonomian.
Kesempatan kerja didefinisikan
sebagai sebuah proses atau usaha
memberikegiatan atau penghidupan
yang layak untuk seseorang.
Kesempatan kerjaialah mencakup
lapangan kegiatan yang sudah dipenuhi dan seluruh lowongan kegiatan
yang belum diisi. Gambaran mengenai peluang kerjaialah dengan memakai data sensus penduduk, jumlah warga yang bekerja, biasa di anggap mencerminkan jumlah peluang kerja yang ada. Dalamurusan ini peluang kerja bukanlah lapangan kerja yang masih terbuka,
walaupun komponen terakhir ini bakal menambah peluang kerja yangterdapat di masa-masa yang bakal datang.
Berikut diterangkan tingkatpeluang kerja di Provinsi Aceh dalam
tabel di bawah ini:
Tabel 1.1 Tingkat Kesempatan
Kerja Provinsi Aceh Tahun 2010 - 2015
No Tahun Kesempatan Kerja
1 2010 1.938,5
2 2011 2.001,2
3 2012 1.798,5
4 2013 2.034,1
5 2014 2.123,3
6 2015 2.182,8
Sumber: BPS Provinsi Aceh, 2016
Berdasarkan tabel 1.1 data dari
Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh pada kurun masa-masa 2008-2015. Dalam kurun waktu itu terlihat dari tahun ketahun peluang kerja terus
bertambah tingkat peluang kerja
yang terjadi evolusi dari tahun
ke tahun.
Tingginya peluang kerja di Provinsi Aceh akan dominan terhadap pencapaian ekonomi sebuah daerah. Alasannya,
pekerjaan ekonomi masyarakat ditujukan untuk menambah kinerja buatan masyarakat
yangseringkali di cerminkan oleh
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara makro, laju pertumbuhan peluang kerja bisa dikaitkan dengan lajuperkembangan
ekonomi. Dengan kata lain, laju
perkembangan ekonomi akanmemprovokasi
pertumbuhan peluang kerja melewati elastisitas peluang kerja, dimana elastisitas peluang kerja yang semakin tinggi
berarti lajuperkembangan ekonomi dapat menciptakan peluang kerja yang lebih luas.
Seiring dengan tuntutan akan peradaban pertumbuhan ekonomi yang
pesat di Indonesia pada lazimnya dan
di Provinsi Aceh khususnya, dibutuhkan tenaga-tenaga
kerja yang professional. Hal ini
dibutuhkan untuk menambah produktivitas
usaha yang tinggi dan untuk menambah taraf
hidup semua pekerja, menilik masih tingginya tingkat taraf
hidup kemiskinan masyarakat kita.
Agar dapat bangkit dari keterpurukan itu pemerintah dan semua lapisan
masyarakat dituntut guna bekerja
keras. Apalagi kita kini telahmenginjak era globalisasi dimana
saling ketergantungan perekonomian lintas Negara kian kuat dan penuh dengan
persaingan. Dengan demikianbutuh pembenahan
dan persiapan diberbagai bidang antara lain mencantol sumber daya
insan dan ketenagakerjaan.
Berdasarkan uraian di atas pengarang tertarik mengerjakan penelitiantentang “Pengaruh Belanja Tidak
Langsung Terhadap Kontribusi Sektor Perkebunan Serta Dampaknya Terhadap
Kesempatan Kerja Sektor Pertanian Provinsi Aceh”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalamriset ini yakni bagaimanakah
pengaruh melakukan pembelian barang tidak
langsung terhadap kontribusi sektor perkebunan serta dampaknya terhadappeluang kerja sektor pertanian
Provinsi Aceh?
1.3 Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah
diatas, maka riset ini bertujuan
untukmenyatakan pengaruh melakukan pembelian barang tidak
langsung terhadap kontribusi sektor perkebunan serta dampaknya terhadap peluang kerja sektor pertanian
Provinsi Aceh.
1.4. Manfaat Penelitian.
Didalam riset ini guna yang diinginkan adalah:
1. Untuk Pemerintah
Untuk lebih menerapkan kepandaian Belanja Tidak Langsung
Terhadap Kontribusi Sektor Perkebunan Serta Dampaknya Terhadap Kesempatan Kerja
Sektor Pertanian Provinsi Aceh.
2. Bagi pengarang sebagai sumber referensi untuk peneliti berikutnya yang hendak melakukan riset mengenai melakukan pembelian barang tidak
langsung terhadap kontribusi sektor perkebunan serta dampaknya terhadappeluang kerja sektor pertanian
Provinsi Aceh.
LINK UNDUH:
DAFTAR PUSTAKA
Download
SEMOGA BERMANFAAT..
0 Response to "Pengaruh Belanja Tidak Langsung Terhadap Kontribusi Sektor Perkebunan Serta Dampaknya Terhadap Kesempatan Kerja Sektor Pertanian"
Post a Comment