Makalah Perencanaan dan Pengembangan Kawasan Pariwisata


Makalah Perencanaan dan Pengembangan Kawasan Pariwisata

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perencanaan adalah sebuah proses pengembangan dan pengkoordinasian secara lengkap dari apa yang telah ada kini untuk menjadi lebih baik supaya dapat menjangkau suatu destinasi yang sudah ditetapkan. Dalam urusan perencanaan pembangunan kawawasan pariwisata, proses pengembangan dan pengkoordinasian itu menyangkut masa mendatang dari suatu tujuan pariwisata. Proses perencanaan mencerminkan lingkungan yang mencakup elemen-elemen : politik, fisik, sosial, kebiasaan dan ekonomi, sebagai komponen atau unsur yang saling bersangkutan dan saling tergantung, yang memerlukan sekian banyak  pertimbangan (Paturusi, 2001).

Jumlah perjalanan wisatawan mancanegara (wisman) di Indonesia pada tahun 2004 merasakan pertumbuhan sebesar 19,1% dibanding tahun 2003. Sedangkan penerimaan devisa menjangkau US$ 4,798 miliar, bertambah 18,8% dari penerimaan tahun 2003 sebesar US$ 4,037 miliar. Berdasarkan daftar sementara dari Biro Pusat Statistik, jumlah wisman ke Indonesia pada tahun 2005 berjumlah 5,007 juta atau merasakan penurunan sebesar 5,90%. Penerimaan devisa diduga mencapai US$ 4,526 miliar atau merasakan penurunan sebesar 5,66% dibanding tahun 2004. Namun demikian angka perjalanan wisata di domestik (pariwisata nusantara) tetap menunjukan perkembangan yang berarti. Di tahun 2005 diduga terjadi 206,8 juta perjalanan (trips) dengan pelaku sejumlah 109,9 juta orang dan menghasilkan pengeluaran sebesar Rp 86,6 Triliun.

Dalam proses suatu perencanaan area pariwisata, elemen-elemen yang dinamakan diatas adalah hal urgen yang mesti dipertimbangkan supaya mewujudkan pembangunan area pariwisata yang berkelanjutan dan menjangkau sasaran kesejahtraan masyarakat sebagai destinasi dari suatu pembangunan. Bagi menyikapi gejala yang terjadi pada “Negeri khayal” sebagai sebuah tujuan baru dimana arah kepandaian pengembangannya melulu semata-mata memburu pertumbuhan penghasilan (ekonomi makro).

Makalah Perencanaan dan Pengembangan Kawasan Pariwisata
Pada proses mula perencanaan sebuah area pariwisata baru laksana “Negeri khayal” pembangunan fasilitas-fasilitas penyokong seperti infrastruktur dan amenity core adalah sebuah urusan yang mutlak guna dilakukan, terlebih dengan potensi alam dan kebudayaan yang menjadi pesona kawasan pariwisata “Negeri khayal” yang secara signifikan akan memicu minat wisatawan guna berkunjung. Namun disisi lain, unsur lain yang tidak bisa dikesampingkan ialah keterlibatan masyarakat yang adalah bagian dari stakeholder dan pun sebagi pihak yang bakal merasakan akibat langsung pengembangan area tersebut baik akibat postitf maupun negative yang bakal ditimbulkan.

Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penulisan ini pengarang memilih judul “Perencanaan dan Pengembangan Kawasan Pariwisata “Negeri Khayal”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka persoalan yang ditekankan dalam riset ini ialah bagaimanakah Perencanaan dan Pengembangan Kawasan Pariwisata Negeri Khayal?

1.3 Tujuan Penelitian
Mengacu pada perumusan masalah diatas maka riset ini dilaksanakan guna menjangkau tujuan sebagai berikut; untuk memahami Perencanaan dan Pengembangan Kawasan Pariwisata Negeri Khayal.

1.4 Manfaat Penelitian
Dari riset ini guna yang diharapkan ialah :
1. Secara Teoritis
Menambah pengetahuan mengenai pengembangan Wahana Wisata beserta manfaatnya untuk masyarakat sekitar.
2. Secara Praktis
Diharapkan bisa menyerahkan masukan pada seluruh pihak yangberhubungan dalam pengembangan objek wisata.
  
BAB II
KONSEP TEORI

2.1. Pengertian Pariwisata

Pada hakikatnya berpariwisata ialah sebuah proses kepergian sedangkandari seseorang atau lebih mengarah ke lokasi beda diluar lokasi tinggalnya. Dorongan kepergiannya ialah karena sekian banyak  kepentingan, baik sebab kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain laksana sekedar hendak tahu,meningkatkan pengalaman guna belajar.

1) Kepentingan Ekonomi.

Meliputi peningkatan peluang kerja dan kesempatan berusaha. Peningkatan pembangunan bisa membuka lapangan kerja dan lapangan berusaha. Serta untuk menambah devisa.

2) Kepentingan Sosial dan Budaya.

Keanekaragaman kekayaan sosial kebiasaan Indonesia adalahmodal dari pengembangan pariwisata. Oleh sebab tersebut dengan pengembangan pariwisata mesti dapat melestarikan dan mengembangkan kebiasaan yang ada. Memudarnya daya tarik kebiasaan kita tentu akan merugikan pengembangan pariwisata Indonesia.

3) Kepentingan Politik

Perjalanan yang dilaksanakan guna mendatangi sebuah kejadian yangbersangkutan dengan pekerjaan sebuah Negara. Seperti perayaan 17 Agustus di Jakarta, konggres/konvensi politik.

4) Kepantingan Agama

Meliputi wisata ziarah, wisata guna memahami upacara-upacara keagamaan di sebuah daerah. Upacara keagamaan untuk mengucapkan syukur atas apa yang saya dan anda bisa dengan teknik menyumbangkan beberapa panghasilannya guna perbaikan pura.

5) Kepentingan Kesehatan

Perjalanan dilaksanakan guna penyembuhan dengan menjungi tempat-tempat peristirahatan, pemandian air hangat, kubangan Lumpur yang berkasiat dan lain-lain.

Berdasarkan keterangan dari Gamal Suwantoro (2004:15) istilah pariwisata berhububungan erat dengan definisi perjalanan wisata yakni sebagai suatuevolusi tempat tinggal sedangkan seseorang diluar lokasi tinggalnyasebab sebuah dalil dan bukan guna melakukan pekerjaan yang menghasilkan upah, tetapi guna mendapatkan kesenangan dan mengisi hasrat hendak mengetahui sesuatu.

Pariwisata digolongkan dalam sejumlah bentuk yakni :

1. Berdasarkan keterangan dari jumlah orang yang bepergian.

a. Pariwisata Individu

Perjalanan yang dilaksanakan hanya seorang/satu keluarga.

b. Pariwisata Rombongan

Sekelompok orang yang seringkali terbelenggu oleh hubungan-hubungan tertentu lantas mengerjakan perjalanan bersamasama.

2. Berdasarkan keterangan dari maksud bepergian.

a. Pariwisata Rekreasi

Maksud bepergian guna mencairkan keterampilan jasmani dan mentalmasing-masing peserta wisata dan memberikan peluang rileks untuk mereka dari kejemuan dan kelelahan kerja sama di lokasi rekreasi.

b. Pariwisata Budaya

Maksudnya guna memperkaya informasi dan pengetahuan mengenai Negarabeda dan guna memuaskan keperluan hiburan. Dalam urusan ini tergolongpula trafik ke pameran-pameran, perayaan adat, tempat-tempat cagar alam, cagar purbakala dan lain-lain.

c. Pariwisata Kesehatan

Maksud kepergian ini guna memuaskan keperluan perawatan medis didaerah atau lokasi lain dengan kemudahan penyembuhan. Misalnya :sumber air panas, lokasi kubangan Lumpur berkasiat, perawatan dengan pasir hangat.

d. Pariwisata Olah raga

Perjalanan ini guna memuaskan kegemaran orang-orang laksana mengail ikan, berburu, menyelam, bertanding dan memanjat gunung.

e. Pariwisata Konvensi

Mencakup pertemuan-pertemuan ilmiah, seprofesi dan bahkan politik.

3. Berdasarkan keterangan dari letak Geografis

a. Pariwisata Domestik Nasional

Menunjukkkan arus wisata yang dilaksanakan oleh penduduk dan warga asing yang bertugas disana yang terbatas dalam sebuah Negara tertentu.

b. Pariwisata Regional

Kepergian wisatawan terbatas pada sejumlah Negara yang menyusun sebuaharea pariwisata. Misalnya perjalanan wisatwan di Negara-negara eropa barat.

c. Pariwisata Internasional

Meliputi gerak wisatawan dari sebuah Negara ke Negara lain.


2.2 Pengertian Objek Wisata

Pengertian objek wisata dalam UU RI no 9 tahun 1990 mengenai kepariwisataan Bab I.b melafalkan objek dan daya tarik wisata ialah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.

1) Objek dan pesona wisata terdiri atas :

a) Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan YME yang berwujud suasana alam, serta tumbuhan dan fauna.

b) Objek dan daya tarik wisata hasil karya insan yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya,wisata agro,wisata tirta,wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan lokasi hiburan.

2) Pemerintah memutuskan objek dan daya tarik wisata di samping sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 huruf b. Selanjutnya objek wisata ini dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu :

a) Objek dan pesona wisata alam

Objek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan dan kekayaan alam.

b) Objek dan pesona wisata budaya

Objek daya tarik bersumber pada kebudayaan, laksana peninggalan sejarah, museum, atraksi kesenian, dan objek beda yang sehubungan dengan budaya.

c) Objek dan pesona wisataminat kusus.

Objek wisata yang daya tariknya bersumber pada minat kusus wisatawantersebut sendiri, contohnya olag raga, memancing.

Berdasarkan definisi di atas makapenulis menyerahkan batasan objek wisata ialah sesuatu yang bisa dilihat,dirasakan, serta dinikmati olehinsan sampai-sampai memunculkan perasaan senang dan kepuasan fisik maupun rohani sebagai sebuah hiburan.


BAB III
METODEOLOGI

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan keterangan dari Sugiyono (2010:45): Penelitian kualitatifialah penelitian yang bermaksud guna memahami gejala tentang apa yangdirasakan oleh subyek riset misalnya: perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan teknik deskripsi dalam format kata-kata dan bahasa, pada sebuah konteks eksklusif yang alamiah dan dengan memanfaatkan sekian banyak  metode alamiah.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat ini dengan dalil peneliti memilih tempatriset ini ialah di karenakan peneliti menyaksikan masih banyaknyakepandaian pemerintah wilayah terhadap perencanaan pembangunan daerah.

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu pendataan data yang dilakukan pada bulan juni 2014.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi ialah segala sesuatu yang bakal dijadikan subyek riset dengan mempunyai sifat dan ciri khas yang sama (M. Nasir, 2003:335).

3.3.2 Sampel

Sampel dalam riset ini memakai purposive sampling yakni sampel yang didasarkan pada sebuah pertimbangan tertentu yang diciptakan oleh peneliti sendiri, menurut sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya (Notoadmodjo, 2002).

3.4. Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan keterangan dari Sugiyono (2010:47), bila disaksikan dari sumber datanya, maka jenis data dipecah dua, yaitu:

1) Sumber primer ialah sumber data yang langsung menyerahkan data untuk pengumpul data.

2) Sumber sekunder adalahsumber yang tidak langsung menyerahkan datauntuk pengumpul data, misalnya melewati orang beda atau melewati dokumen.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilaksanakan dalam sekian banyak  setting, sekian banyak  sumber dan sekian banyak  cara. Bila disaksikan dari setting-nya, data dapat dikoleksi pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan cara eksperimen, di lokasi tinggal dengan sekian banyak  responden, pada sebuah seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain (Sugiyono, 2010:48).

Adapun teknik pendataan data yang dipakai dalam riset ini ialah sebagai berikut:

a) Observasi

Yaitu pemantauan langsung terhadap objek kajian yang sedangdilangsungkan untuk memperoleh penjelasan dan informasi sebagai data yang akurat mengenai hal-hal yang dianalisis serta untuk memahami relevansi antara jawaban informan dengan fakta yang ada, melewati pengamatan langsung yang terdapat di lapangan yang erat kaitannya dengan objek penelitian.

b) Wawancara

Yaitu teknik pendataan data melewati proses tanya jawab langsung dengan informan dengan peneliti yang dilangsungkan secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap muka memperhatikan secara langsung informasi ataupenjelasan sehubungan dengan rumusan masalah penelitian.

c) Dokumentasi

Dokumentasi bisa terbagi dalam dua ketegori yakni sumber sah dan sumber tidak resmi. Sumber sah adalahdokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh lembaga/perorangan atas nama lembaga. Sumber tidak resmi ialah dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh pribadi tidak atas nama lembaga.

3.6 Teknik Analisis Data

Berdasarkan keterangan dari Meoleng (2007) secara umum, laksana halnya kegiatan-kegiatan yang lain, mesti terdapat persiapan guna berlanjut ketahap berikutnya. Setiap cara analisis mesti dimulai dengan langkah persiapan data. Tahapan persiapan data ini dilaksanakan dengan tujuan:

a. Mengetahui ciri khas umum dari data yang dimiliki, contohnya peubah apa saja yang dimiliki, tipe-tipe dari masing-masing peubah dan sebagainya. Pengetahuan ini diperlukan untuk menilai cara apa yang nanti dapat digunakan.

b. Menyaring data yang akan dipakai dalam analisis. Sebelum dilaksanakan analisis lebih jauh, anda harus dapat menyaring data yang ada. Mungkin saja tidak seluruh data yang digunakan, tapi melulu sebagian.

c. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terdapat pada data. Bukan urusanyang jarang terjadi andai terdapat kekeliruan pada data yang anda miliki.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perencanaan Pariwisata oleh Inskeep & Gunn

Sebelum mengawali pelaksanaan pengembangan area “Negeri Khayal” sebagai sebuah area pariwisata baru, sangat urgen diawal untuk seluruh stakeholder yang bersangkutan mengetahui pengertian, maksud dandestinasi perencanaan pariwisata tersebut sendiri supaya arah pengembangannya nanti bisa terkontrol dan cocok dengan tujuan bareng yaitu Pro Growth, Pro Poor dan Pro Job. Dibawah ini ialah definisi perencanaan pariwisata oleh Inskeep & Gunn.

Inskeep mendefinisikan perencanaan sebagai “mengorganisasikan masa mendatang untuk meraih destinasi tertentu.” (hal. 26) Pendekatan yang komprehensif dan lengkap dibutuhkan tidak hanya karena borongan aspek (dalam perencanaan pariwisata) saling bersangkutan, tetapi pula terhubung dengan lingkungan alamiah dan lokasi sosial. Dengan segera, pemikiran Inskeep merubah kecenderungan semua perencana pariwisata dalammemandang alam dan komunitas. Kedua urusan tersebut kini di anggap sebagai subjek, bukan objek yang dapat dieksplorasi maupun dieksploitasi. Ide berikut yang lantas diresapi oleh Inskeep dalam sekian banyak  penjelasan selanjutnya terhadap teknik serta proses bagaimanamengerjakan perencanaan pariwisata dalam lingkup nasional dan regional, serta dalam meneliti perencanaan, memformulasikan kebijakan, mendesain pembangunan, mempertimbangkan dampak, maupun menstrategikan dan mengimplementasikan tourism plan.

Inskeep & Gunn (1994), menyampaikan bahwa suatu area wisata yang baik dan sukses bila secara optimal didasarkan untuk empat aspek yakni :

1) Mempertahankan kelestarian lingkungannya
2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di area tersebut
3) Menjamin kepuasan pengunjung
4) Meningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan masyarakat di dekatarea dan zone pengembangannya.

Sehingga melewati konsep perencanaan pariwisata yang diterangkan oleh Gunn dan Inskeeps bisa di terik benang merah bahwa dalam mengerjakan sebuah perencanaan sebuah objek wisata, dibutuhkan adanya konsentrasi yang lebih lengkap pada aspek beda di samping sumber daya (atraksi) yang ada wilayah sehingga pembangunan dan pengembangan objek pariwisata di suatu wilayah selain guna menggerakan roda ekonomi, diinginkan dapat berperan dalam mengawal kelestarian lingkungan hidup dan menambah kesejahtraan masyarakat disekitarnya melewati keterlibatan secara langsung dalam suatu pembangunan dan pengembangan pariwisata itu (Community Involvement).

4.2 Konsep “Tourism Area Life Cycle of Evolution” oleh Butler

Seperti halnya diawal, setelah mengetahui latar belakang suatu perencanaan area pariwisata “Negeri Khayal”, stakeholder tergolong pemerintah dan masyarakat diinginkan mampu untuk mengetahui konsep dari Tourism Area Life Cycle of Evolution dimana konsep ini sangat urgen untuk mengantisipasi penurunan kualitas area karena pemerasan yang berlebihan yang dilakukan. Berikut ialah penjelasannya;

Seperti yang disebutkan oleh Butler 1980 dalam http://tourismbali.wordpress.com/, bahwa ada enam tingkatan atau langkah dalam pembangunan pariwisata. Ke enam langkah tersebut ialah :

A. Tahap Penemuan (Exploration)

Potensi pariwisata berada pada langkah identifikasi dan menunjukkantujuan mempunyai potensi guna dikembangkan menjadi pesona atau tujuan wisata sebab didukung oleh keindahan alam yang masih alami, pesona wisata alamiah masih paling asli, pada sisi lainnya sudah ada trafik wisatawan dalam jumlah kecil dan mereka tetap leluasa bisa bertemu dan berkomunikasi serta berinteraksi dengan warga local. Karakteristik inilumayan untuk dijadikan dalil pengembangan sebuah area menjadi sebuahtujuan atau pesona wisata.

B. Tahap Pelibatan (Involvement)

Pada etape pelibatan, masyarakat local memungut inisiatif dengan menyediakan sekian banyak  pelayanan jasa untuk semua wisatawan yang mulai mengindikasikan tanda-tanda penambahan dalam sejumlah periode,. Masyarakat dan pemerintah local telah mulai mengerjakan sosialiasi atau periklanan dalam skala terbatas, pada musim atau bulan atau hari-hari tertentu contohnya pada liburan sekolah terjadi trafik wisatawan dalam jumlah besar, dalam situasi ini pemerintah local memungut inisiatif untuk membina infrastruktur pariwisata tetapi masih dalam skala dan jumlah yang terbatas.

C. Tahap Pengembangan (Development)

Pada langkah ini, sudah terjadi trafik wisatawan dalam jumlah besar dan pemerintah telah berani mengundang investor nasional atau internatsionalguna menanamkan modal di area wisataw yang bakal dikembangkan. Perusahaan asing (MNC) Multinational companytelah beroperasi dan ingin mengantikan perusahan local yang sudah ada, dengan kata lain usaha kecil yang dikelola oleh warga local mulai tersisih urusan ini terjadi sebab adanya tuntutan wisatawan global yang menginginkan standar bobot yang lebih baik. Organisasi pariwisata mulai terbentuk dan menjalankankegunaannya khususnya faedah promotif yang dilaksanakan bersama-sama dengan pemerintah sampai-sampai investor asing mulai tertarik dan memilihtujuan yang terdapat sebagai destinasi investasinya.

D. Tahap Konsolidasi (Consolidation)

Pada etape ini, sector pariwisata menunjukkan kekuasaan dalam struktur ekonomi pada suatu area dan terdapat kecenderungan kekuasaan jaringan international semakin powerful memegang peranannya pada area wisata atautujuan tersebut. Kunjungan wisatawan masih mengindikasikan peningkatan yang lumayan positif tetapi telah terjadi kompetisi harga diantara perusahaan sejenis pada industri pariwisata pada area tersebut. Peranan pemerintah local mulai semakin berkurang sehingga dibutuhkan konsolidasi untuk mengerjakan re-organisasional, dan balancing peran dan tugas antara sector pemerintah dan swasta. Hubungan antara swasta (MNC dan Nasional) dan pemerintah wilayah semakin bertambah baik hubungan Government to Government (G2G), Business to Business (B2B), dan Business to government (B2G).

E. Tahap Stagnasi (Stagnation)

Pada langkah ini, angka trafik tertinggi sudah tercapai dan sejumlah periode mengindikasikan angka yang ingin stagnan. Walaupun angka trafik masih relative tinggi namun tujuan sebenarnya tidak unik lagi untuk wisatawan. Wisatawan yang masih datang ialah mereka yang tergolong repeater guest atau mereka yang termasuk wisatawan yang loyal dengansekian banyak  alasan. Program-program promosi dilaksanakan denganpaling intensif tetapi usaha untuk menyebabkan wisatawan atau pelanggan baru paling sulit terjadi. Pengelolaan tujuan melampui daya dukungsampai-sampai terjadi hal-hal negatif tentang tujuan seperti kehancuran lingkungan, maraknya perbuatan kriminal, kompetisi harga yang tidak sehat pada industry pariwisata, dan sudah terjadi degradasi kebiasaan masyarakat lokal.

F. Tahap Penurunan atau Peremajaan (Decline/Rejuvenation)

Setelah terjadi Stagnasi, terdapat dua kemungkinan dapat terjadi pada kelangsungan suatu destinasi. Jika tidak dilaksanakan usaha-usahaterbit dari etape stagnasi, besar kemungkinan tujuan ditinggalkan oleh wisatawan dan mereka bakal memilih tujuan lainnya yang dirasakan lebih menarik. Destinasi melulu dikunjungi oleh wisatawan dalam negeri saja itupun melulu ramai pada akhir pekan dan hari liburan saja. Banyakkemudahan wisata berubah faedah menjadi kemudahan di samping pariwisata. Jika Ingin Melanjutkan pariwisata?, perlu dilaksanakan pertimbangan dengan mengolah pemanfaatan destinasi, mengupayakan menyasar pasar baru, mereposisi attraksi wisata ke format lainnya yang lebih menarik. Jika Manajemen Destinasi mempunyai modal yang cukup?, atauterdapat pihak swasta yang tertarik untuk mengerjakan penyehatan sepertimembina atraksi man-made, usaha seperti tersebut dapat dilakukan,tetapi semua usaha belum memastikan terjadinya peremajaan.

4.3 Daya Dukung (Carrying Capacity) dan Kedudukannya Dalam Proses Perencanaan oleh MacLeod & Cooper

Bagi menghindari decline atau penurunan kualitas yang telah diterangkan pada teori Butler diatas, teori daya dukung atau mesti dicerna oleh pemegang kepandaian dan masyarakat “Negeri Khayal” guna menghindari kerusakana yang terjadi karena pemerasan yang berlebihan baik pemerasan pada sumber daya alam dan ranah sosial kebiasaan masyakat “Negeri Khayal” sebagai tuan rumah.

Daya dukung mengacu pada keterampilan sebuah sistem untuk menyokong suatu kegiatan pada derajat (level) tertentu (MacLeod and Cooper, 2005). daya dukung lingkungan didefinisikan sebagai jumlah optimum pribadi suatu speseis yang bisa didukung keperluan hidupnya oleh satu area tertentu pada periode pertumbuhan spesis secara maksimum. Sementara menurutketerangan dari Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 mengenai Pengelolaan Lingkungan Hidup, daya dukung dimaksudkan sebagai keterampilan lingkungan hidup guna dapat menyokong peri kehidupan insan dan makhluk hidup lainnya di dalam sebuah ekosistem.

Konsep daya dukung menurut keterangan dari MacLeod and Cooper (2005) dikategorikan atas : daya dukung fisik, daya dukung ekologi, daya dukung sosial dan daya dukung ekonomi.

- Daya dukung fisik; Didasarkan pada batas spasial suatu areal denganmenyimak berapa pelajaran (unit) yang bisa ditampung dalam areal tersebut.

- Daya dukung ekologi: secara sederhana ialah berapa ukuran populasi padasebuah ekosistem supaya ekosistem itu dapat berkelanjutan, batas kepadatan populasi yang melebihi daya dukung dapat mengakibatkan laju tingkat kematian spesies menjadi lebih besar dikomparasikan angka kelahiran. Pada prakteknya, hubungan antar spesies amatlah perumahan dan angka kelahiran maupun kematian rata-rata bisa menyeimbangkan kepadatan populasi pada sebuah tempat.

- Daya dukung sosial : intinya ialah ukuran yang bisa ditoleransi padasebuah tempat yang dikerumuni orang banyak.

- Daya dukung ekonomi: dapat dicerminkan sebagai tingkat dimana sebuah area dapat diolah sebelum kegiatan ekonomi terjadi sebelum mendapat pengaruh yang merugikan.

Sehingga, melewati konsep daya dukung yang dipaparkan diatas, dapatdiputuskan bahwa daya dukung (Carrying Capacity) memegang peranan danstatus yang vital dalam mengontrol arah pengembangan perencanaan sebuah obyek pariwisata sehingga kegiatan pariwisata yang dibangun itu dapat berjalan cocok dengan yang direncanakan dengan meneliti daya dukung yangterdapat di sebuah obyek wisata untuk mengisi permintaan/aktifitas kepariwisataan itu baik tersebut wisatawan (demand) ataupun sumber dayainsan dan alam (supply)

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Arah pengembangan suatu area pariwisata mesti dikaji secara komprehensif dan berbasis pada pengembangan dan keterlibatan masyarakat lokal CBT (Community Based Tourism) yang adalahsalah satu pilar utama untukmenambah pertumbuhan ekonomi dan mempertimbangkan aspek lainnya yakni sosial kebiasaan dan lingkungan. Di samping hal tersebut, kosep daya dukung suatu area pariwisata mesti diacuhkan untuk menghindari terjadinya pemerasan atau kehancuran yang mempunyai sifat tangible maupun intangible oleh sebuah kegiatan pariwisata.

Begitupula dalam menyikapi gejala yang terjadi pada “Negeri Khayal” dimana terjadi suatu pengembangan area pariwisata yang tidak berbasis pada konsep keberlanjutan dengan secara eksploratif mengerjakan pembangunan “amenity core” atau kemudahan pariwisata tanpa mempertimbangkan carrying capacity atau daya dukung area tersebut. Sehingga dengan arah pengembangan itu dikhawatirkan area pariwisata “Negeri Khayal” bakal menjadi sebuah area wisata yang kehilangan karakterisitk yang sebelumnya menjadi atraksi utama yang memotivasi wisatawan guna datang. Di samping itu, dengan pembangunan amenity core yang berlebihan dan pastinya lebih dikuasai oleh pemodal asing dikhawatirkan penghasilan ekonomi yang didapatkan dikawasan itu tidak mempunyai multiplier effect untuk masyarakat sekitar area “Negeri Khayal” dan destinasi pengembangan area yang berujung pada kesejahtraan masyarakat lokal tidak bakal pernah terwujud.

5.2 Saran

Dengan adanya perencanaan yang baik tentu urusan itu dapat diinginkan proses pembangunan yang berjalan cocok dengan yang telah diputuskan tersebut, supaya nantinya destinasi yang telah diputuskan dapatterjangkau dengan sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
Paturusi, Samsul A. 2001. Perencanaan Tata Ruang Kawasan Pariwisata, Materi kuliah Perencanaan Kawasan Pariwisata Program Magister (S2) Kajian Pariwisata, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Denpasar.
Yoeti, Oka. A. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya Paramita: Jakarta

Jangan tak sempat like and sharenya guys, semoga bermanfaat...

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Perencanaan dan Pengembangan Kawasan Pariwisata"

Post a Comment