12 Kesalahan Guru Ketika Mengajar Dan Solusinya

12 Kesalahan Guru Ketika Mengajar Dan Solusinya

Pernahkah teman-teman pendidik merasa melakukan kekeliruan dalam menyelesaikan tugas dan faedah sebagai guru?

Sejatinya, kegagalan teman-teman pendidik dalam melatih di kelas diakibatkan karena kekeliruan mendasar yang tidak disadari, bahkan masih tidak sedikit diantara anda yang memandang urusan yang telah dilaksanakan adalah sesuatu yang biasa. Padahal sekecil apapun kekeliruan yang dilaksanakan oleh teman-teman pendidik, terutama dalam pembelajaran, akan dominan  negatif terhadap pertumbuhan peserta didik. Setuju?


Teman-teman pendidik mesti dapat mengendalikan diri dan mengetahui kondisi supaya terhindar dari kesalahan-kesalahan saat mengajar di kelas. Kita hanyalah insan biasa, yang tidak luput dari kekurangan dan kekeliruan ketika sedang di depan peserta didik. Namun, bukan berarti kekeliruan teman-teman pendidik mesti tidak dipedulikan dan tidak terdapat jalan keluarnya.




Setiap guru pasti mempunyai potensi untuk sukses menjalankan tugasnya sebagai agen pembelajaran yang handal. Keberhasilan guru ini secara nyata dapat disaksikan dari keberhasilan peserta didik saat mengikuti proses dan menjangkau tujuan pembelajaran.

Berikut ini ialah tujuh kekeliruan guru saat mengajar yang menyebabkan kegagalan peserta didik menjangkau tujuan pembelajaran secara optimal. Kesalahan-kesalahan itu diantaranya:

1. Tidak Ada Persiapan Ketika Mengajar

Adakah diantara teman-teman pendidik yang merasa melatih dengan baik diruang belajar walaupun tanpa persiapan sama sekali? Tentu tidak. Seharusnya, teman-teman pendidik tidak jarang kali mempersiapkan segala urusan sebelum mengajar, mulai dari RPP (Rencana Persiapan Pengajaran),perlengkapan atau media pembelajaran., hingga bahan-bahan penilaian materi. Teman-teman pendidik mesti tidak jarang kali ingat bahwa melatih tampa persiapan adalah tindakan yang bisa merugikan pertumbuhan siswa.

Tentu solusinya ialah buatlah persiapan yang matang sebelum teman-teman pendidik melatih di kelas. Seorang guru dalam merancang pembelajaran pun harus semakin terampil dalam mengelola ruang belajar sesuai dengan ciri khas peserta didik untuk menjangkau akhir dari destinasi materi yang diajarkan. Ingatlah bahwa dalam proses pembelajaran, tidak terdapat pembelajaran yang sukses tanpa persiapan yang benar.

Tipsnya, teman-teman pendidik bisa merancang pekerjaan pembelajaran borongan secara weekly saat teman-teman sedang tidak melatih (hari minggu). Semoga tidak merepotkan ya! Nah, caranya ialah membuat perancangan yang paling mudah, yaitu menciptakan RPP melulu satu halaman saja. RPP satu halaman saja semacam RPP guna diri anda sendiri yang terdiri dari destinasi pembelajaran, apersepsi, rancangan evaluasi, media yang digunakan, alur pembelajaran, dan ilham yang dibagikan. RPP satu halaman sangatlah simple dan semoga saja sangat menolong teman-teman pendidik mempersiapkan diri sebelum melatih di kelas.

Yuk, jadikan pekerjaan perancangan secara weekly sebagai sebuah sistem yang andai tidak digarap akan paling mengganggu komponen lainnya dari borongan sistem pembelajaran. Penulis telah mencobanya, dan perancangan pembelajaran secara weekly sangat menolong sekali lho. Semoga teman-teman pendidik tidak jarang kali istiqomah ya!

2. Mamaksa Peserta Didik Harus Bisa Memahami Materi yang Kita Ajarkan

Sejujurnya, pengarang pernah mengeluh laksana itu. Penulis pernah beranggapan egosentris terhadap peserta didik yang tidak paham pelajaran yang diajarkan. Dan ketika itu, rasanya jengkel sekali. Rasa kejengkelan tersebut dapat berimbas untuk peserta didik lainnya lho. Target pelajaran menjadi tidak tercapai sebab keegoisan guru untuk menciptakan satu atau dua peserta didik itu harus paham pelajaran yang diajarkan. Tentu ini kekeliruan paling fundamental tetapi tidak cukup disadari oleh kita. Adakah diantara teman-teman pendidik merasakan hal yang sama dengan penulis?

Diantara teman-teman pendidik barangkali pernah memaksa peserta didikguna benar-benar paham dengan pelajaran yang anda ajarkan, padahal kenangan peserta didik tidak terlampau besar guna menampung seluruh materi pelajaran. Dan sejujurnya, anda pun mempunyai keterbatasan dalam menguasai latihan yang anda ajarkan. Nah, bagaimana barangkali kita memaksa peserta didik guna menguasai masing-masing mata pelajaran? Perlu teman-teman pendidik ketahui, tentu masing-masing peserta didik mempunyai perbedaan ciri khas tentang gaya belajarnya. Nah, anda tidak dapat memaksa gaya melatih guru mesti acceptable untuk peserta didik.

Ingatlah bahwa masing-masing peserta didik memiliki kemahiran yang berbeda-beda dalam menguasai pelajaran. Bagi itu, teman-teman pendidik paling perlu menyerahkan motivasi dan ilham kepada semua peserta didik guna memperdalam latihan yang dikuasai dan disukai. Jika anda memaksa,bisa jadi besar keterampilan peserta didik melulu berada di tengah-tengah tanpa kemahiran pasti. Amanah anda sebagai pendidik ialah mendidik mereka guna menjadi seseorang yang berguna untuk bangsa dan negara.

3. Merasa Diri Paling Pandai Saat di Kelas

Kalau boleh jujur, adakah diantara teman-teman pendidik yang pernah merasa sangat pandai saat mengajar di kelas? Atau, adakah diantara teman-teman pendidik yang memandang peserta didik ialah sebuah “tong kosong” yang mesti dipenuhi dengan sesuatu yang paling penting?

Terutama peserta didik di kota-kota besar, pasti mereka dengan paling mudah merasakan internet dan berlangganan koran atau majalah. Tak bisa dipungkiri media pembelajaran ketika ini sangatlah luas dan up to date. Jika teman-teman pendidik tidak meng-upgrade diri terus menerus, bukan tidak mungkin andai peserta didik anda lebih pandai daripada gurunya. Dan bahkan kita dapat belajar dari peserta didik sekalipun, atau saling membelajarkan.
Namun apa yang terjadi andai peserta didik bertanya mengenai sesuatu urusan yang belum anda ketahui? Maka akui sajalah bahwa anda belum memahami jawaban yang ditanyakan. Tapi teman-teman pendidik mesti berjanji untuk menggali tahunya, dan menyatakan kembali di pertemuan selanjutnya. Kuncinya ialah seorang guru juga harus tidak jarang kali belajar sebab kita yang diamanahkan untuk menolong peserta didik membuka gerbang inspirasinya.

Nah, untuk menanggulangi hal ini, teman-teman pendidik mesti menjadi pembelajar yang terus menyesuaikan ilmu pengetahuan dipunyai dengan pertumbuhan yang terjadi di masyarakat. Dengan kata lain, bahwa guru mesti menjadi pembelajar sepanjang hayat. Tipsnya ialah kita dapat menyusun jadwal teratur berapa kitab yang mesti dibaca dalam satu hari atau satu minggu untuk meningkatkan wawasan kita. Di samping itu, kitapun harus sering mengerjakan penelitian atau mencatat sebuah artikel supaya kita dapat lebih tidak sedikit mengamati dan menganalisa kejadian-kejadian di sekitar, serta rajin menggali solusi dari setiap persoalan yang ada. Yuk, jadi pendidik hebat!

4. Tidak Peka dengan Perilaku Peserta Didik yang Membanggakan Ketika Sedang Belajar

Dalam pembelajaran di kelas, teman-teman pendidik berhadapan dengan sebanyak peserta didik yang semuanya hendak diperhatikan. Mereka senang andai mendapat pujian dari guru dan merasa kecewa andai kurang diperhatikan. Betul? Namun, sayangnya banyak sekali diantara anda sering melalaikan perkembangan jati diri peserta didik, serta lupa menyerahkan pujian untuk mereka yang melakukan baik dan tidak menciptakan masalah saat sedang belajar di kelas.

Biasanya guru lebih sering menyerahkan perhatian untuk peserta didik saat ribut, istirahat di kelas, ataupun tidak menyimak pelajaran. Kondisi tersebut tidak jarang kali menemukan tanggapan yang salah dari peserta didik. Mereka berpikir bahwa guna mendapatkan perhatian dari guru, maka peserta didik mesti melakukan salah, burbuat gaduh, menganggu atau mengerjakan tindakan tidak disiplin lainnya.

Kita butuh sekali belajar untuk menciduk perilaku positif yang ditunjukan oleh semua peserta didik, kemudian segera memberi hadiah atas perilaku itu dengan pujian dan perhatian. Kedengarannya urusan ini sederhana. tetapi membutuhkan upaya betul-betul untuk tetap menggali dan memberi hadiah atas perilaku-perilaku positif peserta didik, baik secara kumpulan maupun individual.

Disisi lain, teman-teman pendidik pun harus menyimak perilaku-perilaku peserta didik yang negatif dan mengeliminasi perilaku-perilaku tersebut supaya tidak terulang kembali. Teman-teman pendidik dapat mencontohkan sekian banyak  perilaku peserta negatif, misalnya melewati ceritera dan ilustrasi, serta menyerahkan pujian untuk mereka sebab tidak mengerjakan perilaku negatif tersebut. Kita pun usahakan memutuskan rules yang jelas dalam proses pembelajaran. Agar suasana ruang belajar menjadi kondusif dan peserta didik ikut belajar guna disiplin, komitmen, dan bertanggung jawab terhadap proses pembejaran di kelas.

5. Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik

Setiap peserta didik mempunyai perbedaan yang unik, mereka mempunyai kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang sosial ekonomi, dan lingkungan,menciptakan peserta didik bertolak belakang dalam aktifitas, kreatifitas, intlegensi, dan kompetensinya. Dalam urusan ini, teman-teman pendidik pun harus mengetahui ciri-ciri peserta didik yang mesti dikembangkan dan yang mesti ditunjukkan kembali.

Dalam proses pembelajaran, barangkali teman-teman pendidik pernah melalaikan perbedaan peserta didiknya di kelas. Hal ini bisa diterlihat dari pemakaian metode pembelajaran yang tidak cukup bervariasi. Anak didik yang anda hadapi, setiap mempunyai tingkat keterampilan dan kompetensi yang bertolak belakang dalam menyerap pelajaran. Oleh karena itu, pemakaian metode pembelajaran yang bervariasi sangatlah dianjurkan.

Aspek-aspek peserta didik yang peru dicerna teman-teman pendidik antara lain, kemampuan, potensi, minat, kebiasaan, hobi, sikap, kepribadian, hasil belajar, daftar kesehatan, latar belakang sekolah dan kegiatannya disekolah. Informasi itu dapat dieroleh dan dipelajari dari laporan atau daftar sekolah, informasi dari peserta didik beda (teman dekat), observasi langsung dalam kondisi kelas, dan dalam sekian banyak  kegiatan beda di luar kelas, serta informasi dari peserta didik tersebut sendiri melewati wawancara, percakapan, dan autobiografi.

Di samping itu, teman-teman pendidik dapat berangjangsana ke lokasi tinggal peserta didik yang sedang memerlukan perhatian terutama untuk peserta didik yang bermasalah di sekolah, mungkin perlu diterapkan sampai-sampai terjalin komunikasi terbuka, dan kita dapat memahami ciri khas peserta didik tersebut. Penulis pernah melakukan sejumlah kunjungan ke lokasi tinggal peserta didik, dan hasilnya ialah sangat mengolah persepsi yang sekitar ini belum terpecahkan, di samping itu ilham sangat tersingkap luas guna mengatasi sekian banyak  problem kependidikan di sekolah.

6. Memperlakukan Peserta Didik Secara Tidak Adil

Pembelajaran yang baik dan efektif ialah yang dapat memberi fasilitas belajar secara adil dan merata (tidak diskriminatif), sampai-sampai peserta didik bisa mengembangkan potensinya secara optimal. Keadilan dalam pembelajaran merupakan keharusan guru dan hak peserta didik guna memperolehnya.

Dalam praktiknya, mungkin tidak sedikit diantara teman-teman pendidik yang tidak adil, sampai-sampai merugikan pertumbuhan peserta didik, dan ini merupakan kekeliruan yang tidak jarang kita lakukan, khususnya dalam evaluasi peserta didik sekitar proses pembelajaran. Oleh sebab itu, dalam menyerahkan penilaian mesti dilaksanakan secara adil, dan benar-benar adalah cermin dari perilaku peserta didik.

Ketidakadilan dalam proses pembelajaran akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat pada peserta didik. Disisi lain, beberapa peserta didik mungkin energik dalam belajarnya, namun disisi beda pula terdapat peserta didik yang merasa tersisihkan. Perhatian meyeluruh dan sarat rasa cinta pada masing-masing peserta didik mesti tidak jarang kali ditumbuh kembangkan pada diri seorang guru untuk menanggulangi ketidakadilan tersebut.

7. Tidak Sadar Memberikan Contoh Tindakan Kurang Tepat Pada Peserta Didik

Teman-teman pendidik merupakan misal dan panutan untuk peserta didik. Tanpa disadari, perbuatan guru ialah doktrin yang melekat pada peserta didik. Perlu teman-teman pendidik ketahui, peserta didik ialah penyontoh sangat andal. Mereka dapat menyontoh gaya guru mengucapkan materi dan bagaimana alur pikir guru dalam mengetahui materi.

Untuk itu, tidak boleh pernah mengerjakan tindakan yang tidak cukup tepat pada peserta didik, seperti menerbitkan kata keras dan kotor, menghina peserta didik di depan kelas, memerintah pada sesuatu yang tidak dilaksanakan oleh anda sendiri, tidak jarang terlambat masuk ke kelas, merokok, dan lain-lainnya. Wibawa anda sebagai seorang guru bakal hilang dimata peserta didik. Dan urusan tersebut lumayan menyulitkan kita saat mengajar di dalam kelas.

“Yang sangat hebat untuk seorang guru ialah mendidik, dan rekreasi yang sangat indah ialah mengajar. Ketika menyaksikan murid-murid yang menjengkelkan dan melelahkan, terkadang hati teruji kesabarannya, tetapi hadirkanlah cerminan bahwa diantara satu dari mereka besok akan unik tangan kita mengarah ke surga”. –kh. Maimun zubair

Ingatlah bahwa anda sebagai guru bakal diminta pertanggungjawaban di akhirat. Di dunia gaji memang tidak seberapa, tidak boleh kotori deviden akhirat dengan menodai profesi mulia ini. Niatkan menjadi guru sebagai ibadah. Jadikan kegiatan guru sebagai ladang amal yang bakal dipanen hasilnya besok di akhirat. Selamat berusaha wahai semua pahlawan ilmu! Semoga dari tanganmu bakal lahir generasi tangguh, berilmu, dan berakhlak yang dapat memimpin bangsa dan negara ini.

8. Mengambil Jalan Pintas Dalam Pembelajaran

Tugas guru sangat utama ialah mengajar, dalam pengertian mengatur lingkungan supaya terjadi pekerjaan belajar pada peserta didik. Berbagaipermasalahan menunjukan bahwa diatara semua guru tidak sedikit yang merasa dirinya telah dapat melatih dengan baik, meskipun tidak bisa menunjukan dalil yang mendasari asumsi itu.

Asumsi keliru tersebut biasanya menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehinga tidak sedikit guru yang suka memungut jalan pintas dalam pembelajaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.

Agar tidak tergiur untuk memungut jalan pintas dalam pembelajaran, guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai sebuah system, yang andai salah satu komponennya terganggu, maka bakal menggangu semua system tersebut. Sebagai contoh, guru mesti selalu menciptakan dan menyaksikan persiapan masing-masing mau melakukan pekerjaan pembelajaran., serta merevisi cocok dengan keperluan peserta didik, dan pertumbuhan zamannya.
Harus selalu dikenang mengajar tampa persiapan adalah jalan pintas, dan perbuatan yang berbahaya, yang bisa merugikan pertumbuhan peserta didik, dan menakut-nakuti kenyamanan guru.

9. Menunggu Peserta Didik Berperilaku Negative

Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan dengan sebanyak peserta didik yang semuanya hendak diperhatikan. Peserta didik bakal berkembang secara optimal melewati perhatian guru yang positif , kebalikannya perhatian yang negative bakal menghambat pertumbuhan peserta didik. Mereka senang andai mendapat pujian dari guru dan merasa kecewa andai kurang diacuhkan .

Namun sayang banyak sekali guru terperangkap dengan pemahaman yang keliru mengenai mengajar, mereka memandang mengajar ialah menyampaikan materi untuk peserta didik, mereka pun memandang mengajar ialah memberikan pengetahuan untuk peserta didik. Tidak tidak banyak guru yang sering melalaikan perkembangan jati diri peserta didik, serta lupa menyerahkan pujian untuk mereka yang melakukan baik, dan tidak menciptakan masalah.

Biasanya guru baru menyerahkan perhatian untuk peserta didik saat rebut, istirahat dikelas, tidak menyimak pelajaran, sehingga menantikan peserta didik berperilaku buruk. Kondisi tersebut tidak jarang kali menemukan tanggapan yang salah dari peserta didik, mereka berpikir bahwa guna mendapatkan perhatian dari guru mesti melakukan salah, burbuat gaduh, menganggu atau mengerjakan tindakan tidak disiplin lainnya. Seringkali terjadi perkelahian pelajar melulu sebab mereka tidak menemukan perhatian, dan meluapkannya melewati perkelahian. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa banyak sekali peserta didik tidak tahu bagaimana teknik yang tepat guna mendapatkan perhatian dari guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya, namun mereka tahu teknik menggangu teman, menciptakan keributan, serta perkelahian, dan ini lantas yang mereka pakai untuk menemukan perhatian.

Guru butuh belajar untuk menciduk perilaku positif yang ditunjukan olehsemua peserta didik, kemudian segera memberi hadiah atas prilaku itu dengan pujian dan perhatian. Kedengarannya urusan ini sederhana. tetapi membutuhkan upaya betul-betul untuk tetap menggali dan memberi hadiah atas perilaku-perilaku positif peserta didik, baik secara kumpulan maupun individual.

Menghargai perilaku peserta didik yang postif sungguh memberikan hasil nyata. Sangat efektif andai pujian guru langsung ditunjukkan kepada perilaku eksklusif dari pada melulu diekspresikan dengan pengakuan positif yang sifatnya paling umum. Sangat efektif guru berbicara “termakasih kalian telah menggarap pekerjaan lokasi tinggal dengan sungguh-sungguh” daripada “kalian paling baik hari ini”
Disisi lain, guru mesti menyimak perilaku-perilaku peserta didik yang negatf, dan mengeliminasi perilaku-perilaku tersebut supaya tidak terulang kembali. Guru dapat mencontohkan sekian banyak  perilaku peserta negatif , misalnya melewati ceritera dan ilustrasi, dan menyerahkan pujian untuk mereka sebab tidak mengerjakan perilaku negative tersebut. Sekali lagi “Jangan menantikan peserta didik berperilaku negative”.

10. Menggunakan Destructive Disclipline

Akhir-akhir ini tidak sedikit perilaku negatif yang dilaksanakan oleh semua peserta didik, bahkan mendahului batas kewajaran sebab telah menjurus pada tindak melawan hokum, melanggar tata tertib, melanggar norma agama, criminal, dan sudah membawa dampak yang paling merugikan masyarakat. Demikian halnya dengan pembelajaran, guru bakal mengahadapi situasi-situasi yang menuntut guru mesti mengerjakan tindakan disiplin.

Seperti alat edukasi lain, andai guru tidak mempunyai rencana perbuatan yang benar, maka bisa melakukan kekeliruan yang tidak perlu. Seringkali guru menyerahkan hukuman untuk peserta didik tanpa menyaksikan latar belakang kekeliruan yang diperbuat, sering guru menyerahkan hukuman diluar batas kewajaran pendidikan, dan tidak sedikit guru yang menyerahkan hukuman untuk peserta didik tidak cocok dengan jenis kesalahan.

Dalam pada tersebut seringkali guru menyerahkan tugas-tugas yang mesti digarap peserta didik diluar ruang belajar (PR), tetapi jarang sekali guru yang mengoreksi kegiatan peserta didik dan mengembalikannya dengan sekian banyak  komentar, kritik dan saran untuk peradaban peserta didik. Yang sering dirasakan peserta didik ialah guru sering menyerahkan tugas , namun tidak pernah memberi umpan balik terhadap tugas-tugas yang dikerjakan. Tindakan itu adalahupaya pembelajaran dan penegakan disiplin yang destruktrif, yang paling merugikan pertumbuhan peserta didik.

Bahkan sering tindakan destructive disclipline yang dilaksanakan oleh guru menimbulkan kekeliruan yang paling fatal yang tidak melulu mengancam pertumbuhan peserta didik, tetapi pun mengancam keselamatan guru. Di Jawa Timur pernah ada permasalahan seorang peserta didikinginkan membunuh gurunya dengan seutas tali raffia, hanya karena gurunya menyerahkan coretan-coretan merah pada hasil ulangannya.

Kesalahan-kesalahan laksana yang diuraikan diatas dapat menyebabkan penegakan disiplin menjadi tidak cukup efektif, dan merusak jati diri dan harga diri peserta didik. Agar guru tidak mengerjakan kesalahan-kesalahan dalam mendirikan disiplin ada sejumlah hal yang perludiacuhkan yaitu :
1. Disiplinkan peserta didik ketika kamu dalam suasana tenang
2. Gunakan disiplin secara tepat masa-masa dan tepat sasaran
3. Hindari menghina dan mengolok-olok peserta didik
4. pilihlah hukuman yang dapat dilaksanakan secara tepat
5. Gunakan disiplin sebagai perangkat pembelajaran.


11. Diskriminatif

Pembelajaran yang baik dan efektif ialah yang dapat memberi fasilitas belajar secara adil dan merata (tidak diskriminatif), sampai-sampai peserta didik bisa mengembangkan potensinya secara optimal. Keadilan dalam pembelajaran merupakan keharusan guru dan hak peserta didik guna memperolehnya. Dalam prakteknya tidak sedikit guru yang tidak adil,sampai-sampai merugikan perkembangan peserta didik, dan ini merupakan kekeliruan guru yang sering dilaksanakan , khususnya dalam penilaian. Penilaian adalahupayakan untuk menyerahkan penghargaan untuk peserta didik cocok dengan usaha yang dilakukannya sekitar proses pembelajaran.

Oleh sebab itu, dalam memeberikan evaluasi harus dilaksanakan secara adil, dan benar-benar adalahcermin dari perilaku peserta didik. Namun demikian tidak tidak banyak guru yang menyalahgunakan penilaian,contohnya sebagai ajang guna balas dendam, atau ajang untuk mengalirkan kasih sayang diluar tanggung jawabnya sebagai seorang guru.

12. Memaksa Hak Peserta Didik

Memaksa hak peserta didik merupakan kekeliruan yang sering dilaksanakan guru, sebagai akubat dari kelaziman guru berbisnis dalam pembelajaran,sampai-sampai menghalalkan segala teknik untuk menemukan keuntungan. Guru boleh saja mempunyai pekerjaan sampingan, mendapat  penghasilan tambahan, tersebut sudah menjadi haknya, namun tindakkan memaksa bahkanmengharuskan peserta didik guna membeli kitab tertentu paling fatal serta kurang dapat digugu dan ditiru. Sebatas menawarkan boleh saja, tetapi bila memaksa kasihan untuk orangtua yang tidak mampu.

Kondisi semacam ini tidak jarang kali menciptakan prustasi peserta didik, bahkan di Garut pernah pernah terdapat peserta didik bunuh dirimelulu karena dipaksa untuk melakukan pembelian alat latihan tertentu oleh gurunya. . Kerna peserta didik itu tidak mempunyai uang atau tidakdapat dia nekat bunuh diri. Ini contoh dampak fatal dari guru yang suka berbisnis disekolah dengan memaksa peserta didiknya guna membeli. Hindarilah, ingat sebagai guru bakal diminta pertanggungjawaban di akhirat. Di dunia gaji tidak seberapa, tidak boleh kotori deviden akhirat dengan menodai profesi. Niatkan menjadi guru sebagai ibadah. Jadikan kegiatan guru sebagai ladang amal yang bakal dipanen hasilnyabesok diakhirat. Percayalah, dan tanyakan pada hati nurani. Janganmemungut keuntungan sesaat, namun menyesatkan. Sadarlah wahai guru,supaya namamu tidak jarang kali sejuk dalam sanubariku. Demikianlahketerangan E. Mulyasa tentang 7 Kesalahan Yang Sering Dilakukan Guru Dalam Pembelajaran.

Sedangkan menurut keterangan dari Dr. Wina Sanjaya ( 2005 : 70 )melafalkan ada 4 kesalahan dalam proses belajar melatih yangdilaksanakan oleh guru yakni :

1. Ketika mengajar, guru tidak berjuang mencari informasi, apakahpelajaran yang diajarkannya sudah dicerna oleh murid atau belum.
2. Dalam proses belajar melatih guru tidak berjuang mengajakberanggapan kepada siswa. Komunikasi dapat terjadi satu arah, yakni dari guru ke siswa. Guru memandang bahwa untuk siswa menguasai materilatihan lebih penting dikomparasikan dengan mengembangkan keterampilan berpikir.
3. Guru tidak berjuang mencari umpan balik kenapa siswa tidak maumemperhatikan penjelasannya.
4. Guru memandang bahwa ia ialah orang yang paling dapat dan menguasai pelajaran dikomparasikan dengan siswa. Siswa dirasakan sebagai " tong kosong " yang mesti dipenuhi dengan sesuatu yang dianggapnya paling penting.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "12 Kesalahan Guru Ketika Mengajar Dan Solusinya"

Post a Comment