Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan melalui pendekatan kontektual Siswa Kelas I SD Negeri
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Belajar adalah proses evolusi perilaku
dari proses yang tidak memahami apa-apa sampai-sampai mengenal sesuatu laksana huruf, kata dan kalimat,
Belajar ialah perubahan perilaku
berkat empiris dan tidak sedikit melakukan latihan.
Perubahan tingkah laku yang dimaksud baik yang mencantol pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Pelajar Bahasa
Indonesia pada dasarnya bertujuan guna meningkatkan keterampilan peserta didik supaya dapat berkomunikasi dengan
baik dengan memakai Bahasa
Indonesia yang baik, benar dan baku secara lisan maupun tulisan.
Dalam proses pembelajaran di
kelas, siswa-siswi adalah peserta
didik dalam proses belajar sementara orang
yang menyerahkan meteri latihan disebut dengan guru.
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dasar mencangkup aspek membaca,
menulis, mendengar dan menyimak, berbicara, dan apresiasi sastra. Semua aspek
berbahasa di atas bertujuan guna mengembangkan
bahasa lisan dan tulisan.
Tarigan (2006: 22) menuliskan “Pengajaran kemampuan berbahasa cocok dengan namanya bertujuan guna menumbuhkan dan mengembangkan
berbahasamurid “, terampil
berbahasa dan mencatat dalam
bahasa Indonesia yang baik dan benar dan baku. Bahasa adalahalat komuniksi dan
perangkat penghubung yang paling
ampuh. Dengan memakai bahasa, insan sebagai makluk sosial bisa saling bersangkutan antara satu dengan yang lainnya secara efektif dan
komunikatif. Dalam proses pekerjaan belajar-mengajar
penguna bahasa sebagai bahasa
pendahuluan sangat dibutuhkan karena
dapatmenyatakan materi yang akan dikatakan oleh guru baik dalam latihan menulis, berbicara, memperhatikan dan menyimak sehingga hubungan antara
guru dengan siswa dapat berjalan
dengan efektif baik antara guru denganmurid
,siswa dengan guru, dan murid dengan
siswa.
Berdasarkan riset yang diselenggarakan oleh
pengarang tentang masalah rendahnya keterampilan menulis permulaan siswa-siswi ruang belajar I SD Negeri 2 Xxx. Hasil yang didapatkan sangat memperihatinkan,
begitu pun siswa masih membutuhkan pembelajaran tambahan.
Hal ini dapat disaksikan dari mencatat permulaan ruang belajar I di SD Negeri 2 Xxx
dari hasilpemantauan penulis
masih tidak sedikit dari
siswa-siswi di ruang belajar tersebut
yang belum dapat menulis secara
baik, benar dan baku khususnya pengenalan
huruf kecil dan huruf besar.
Kurangnya keberhasilan
pembelajaran ini, diakibatkan oleh keterampilan menggunakan sekian banyak pendekatan strategi, metode, pengolahan
kelas,perangkat peraga yang
digunakan, sarana-prasarana kiat pembelajaran
yang masih kurang. Selama ini guru sangat tidak sedikit mengunakan
cara ceramah dalam pekerjaan belajar melatih sehingga pemakaian metode yangcocok serta perangkat peraga yang
sesuai jarang di gunakan. Hal ini yang mengakibatkan hasil belajar siswa-siswi SD Negeri 2 Xxx termasuk rendah. Lingkungan sekolah
serta sarana-prasarana yang belum memadai, lingkungan family yang tidak cukup mendukung urusan ini dapat di sebabkan tingkat
edukasi orang tua yang masih rendah. Selain tersebut juga dapat disebabkan sebab lingkungan masyarakat edukasi yang rendah dan kondisi yang tidak cukup mendukung,
misalnya tingkat keinginan belajar
sangat tidak cukup di samping itu dapat saja diakibatkan kurangnya perhatian orang tua dan guru dalam masalah
pendidikan. Sehinggadisaksikan dari
lingkungan formal, informal dan nonformal paling rendah.
Dalam menghadapi masalah ini
penulis berjuang mencari solusi masalah untuk membetulkan proses pembelajaran ini.
Perbaikan yang dirancangkan untuk
menambah hasil belajar mencatat permulaan
SD Negeri 2 Xxx dengan melakukan
pekerjaan tindakan ruang belajar
tersebut akan membawa hasil
yang lebih baik, sampai-sampai siswa-siswi
SD Negeri 2 Xxx, bakal terampil
serta dapat dalam penulisan
permulaan. Pembelajaran yang dipakai yaitu pemakaian alat praga yang tepat dan
mendukung, pemakaian metode campuran yang sesuai sampai-sampai proses pekerjaan belajar mengajar,
pengelolaan kelas, strategi dalam belajar melatih biasberlangsung dengan
lancer dan membuahkan hasil yang baik.
Sering guru yang melatih menulis permulaan pada ruang belajar I Sekolah Dasar belum memiliki strategi belajar melatih secara efektif dan efisien.
Nana Sudjana (2002:24) mengungkapkan bahwa guna mendapatkan prestasi belajar yang dikehendaki dalam pekerjaan belajar mengajar, gurubisa memilih strategi yang dicocokkan dengan situasi siswa ruang belajar I, yang tentunya bertolak belakang dengan
situasi siswa padaruang belajar yang
lebih tinggi. Salah satu teknik untuk
mengatasiurusan tersebut guru
dapat mengerjakan terapi dengan riset tindakan kelas. Dengan riset tindakan ruang belajar guru bakal memperoleh guna praktis yakni ia dapat memahami secara
jelas masalah-masalah yangterdapat di
kelasnya, dan bagaimana teknik mengatasi
masalah tersebut (Modul
Pelatihan Terintegrasi PTK, 2004: 6).
Dalam riset ini peneliti menawarkan di antara alternatit
perbuatan yangbutuh diterapkan
dalam pembelajaran mencatat permulaan
di ruang belajar I SD Negeri 2
Xxx dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
Pendekatan ini adalahkonsep
belajar yang menolong guru
mengaitkan antara pelajaran yang
diajarkan dengan kondisi dunia
nyatamurid dan mendorong siswa menciptakan hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggotafamily dan masyarakat
(Nurhadi, 2002:1). Guru merancang kegiatan supaya siswa merasakan dan mengejar sendiri pengetahuan baru sampai-sampai hasil pembelajaran
lebih bermakna dan bermanfaat untuk siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan hal-hal sebagai berikut: 1)
Pembelajaran menyimak menulis
permulaan menarik dan rumit, sampai-sampai seseorang tidak dapat mengerjakan tanpa mempelajarinya, 2)
Kesulitan-kesulitan dalam menyimak menulis
permulaan yang dirasakan siswa
akan berdampak rendahnya hasil
belajar siswa, 3) Guru hendaknyamengerjakan
tindakan dalam pembelajaran untuk
menambah hasil belajar siswa, 4) Kemampuan menyimak menulis permulaan siswa ruang belajar 1 sekolah dasar dapat dinaikkan dengan
merealisasikan pendekatan yang sesuai, 5) Pendekatan kontekstual adalahsalah satu pilihan untuk meningkatkan keterampilan membaca mencatat permulaan siswa ruang belajar 1 sekolah dasar.
Berdasarkan masalah di atas
Penulis memungut tindakan dengan mengerjakan penelitian di ruang belajar khususnya ruang belajar SD Negeri 2 Xxx dengan
judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan melewati pendekatan kontektual Siswa Kelas I SD Negeri 2 Xxx”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
maka yang menjadi identifikasi masalah dalam riset ini ialah sebagai
berikut:
1) Kurangnya minat murid dalam menulis.
2) Rendahnya prestasi belajar murid dalam mencatat permulaan.
3) Belum diterapkannya model
pembelajaran yang cocok dalam mencatat permulaan.
4) Guru masih belum dapat meningkatkan pembelajaran murid dalammencatat permulaan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas bisa dirumuskan
permasalahan riset sebagai
berikut: “Bagaimanakah peningkatan
keterampilan menulis permulaanmelewati
pendekatan kontektual Siswa Kelas I SD Negeri 2 Xxx?”
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di
atas, maka tujuan riset dalam riset inimerupakan: Bagi meningkatan keterampilan menulis permulaan melewati pendekatan kontektual Siswa
Kelas I SD Negeri 2 Xxx.
1.5 Manfaat Penelitian
Setelah riset ini dilaksanakan,
diinginkan hasil riset ini
dapatberfungsi secara praktis
dan teoritis sebagai berikut:
1) Manfaat Teoretis
a) Hasil riset ini bisa dijadikan
bahan pengembangan di antara teori
belajar. Teori ini mengandung bagaimana
usaha supaya kemampuan menyimak dan mencatat permulaan siswa
ruang belajar 1 sekolah dasar
bisa ditingkatkan. Dengan demikian pembelajaran lebih efektif dan
efisien.
b) Selain tersebut hasil riset ini bisa dijadikan sebagai referensi
peneliti beda dalam upaya mengemban penelitian yang lebih
lanjut.
2) Manfaat Praktis
a) Untuk guru, hasil riset ini bisa dijadikan sebagai bahan
pertimbangan, terutama guru ruang belajar permulaan Sekolah
Dasar. Dengan pertimbangan tersebut guru memahami pentingnya mengerjakan tindakan ruang belajar dengan pendekatan
kontekstual supaya dapatmengolah dan meningkatkan keterampilan siswa dalam menyimak danmencatat permulaan.
b) Untuk siswa, dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaranmenyimak dan mencatat permulaan dapat
dialami manfaatnya. Siswa bakal cepat dapat membaca dan mencatat kata atau kalimat simpel dengan sekian banyak variasi sebab mengalami dan mengejar sendiri dan bukan menghafal huruf atau kata.
c) Untuk sekolah, dipakai sebagai
dasar dalam merangkai dan mengemban program pembinaan untuk guru terutama guru bahasa Indonesia.
d) Untuk lembaga berhubungan (Cabang
Dinas Pendidikan), sebagai bahanpenilaian
dan pengembangan profesi untuk para
pengawas atau kepala cabang dinas yang membawahi.
1.6 Definisi Operasional
Definisi operasional dipakai untuk mengurai kesalahpahaman ialah Peningkatan keterampilan menulis permulaan melewati pendekatan kontektual Siswa
Kelas I SD Negeri 2 Xxx, maka pengarang
mengidentifikasikan istilah-istilah itu sebagai berikut:
1) Peningkatan ialah suatu usaha menjadikan sesuatu
dari yang rendah menjadi lebih tinggi atau dari yang tidak cukup menjadi lebih baik.
2) Kemampuan mencatat permulaan ialah kesanggupan atau kemampuan dalampekerjaan penyampaian pesan dengan memakai bahasa tulis dimana adalahproses mula dalam perbuatan pengajaran
yang dilaksanakan oleh guru untuk siswa.
3) Pendekatan kontektual ialah pendekatan pembelajaran yang
menekankanuntuk proses
keterlibatan murid secara sarat untuk dapat mengejar materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan kondisi kehidupan
nyata sampai-sampai mendorong murid untuk bisa menerapkannya dalam kehidupan mereka.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1. Hakikat Menulis
Berdasarkan
keterangan dari Tarigan (2006;1) hakekat mencatat adalah: Pelajaran
mencatat adalahbagian dari
latihan bahasa Indonesia. Pelajaran mencatat dapat dikategorikan latihan tingkat 4 dari empat aspek latihan bahasa Indonesia. Pelajaran tingkat kesatu kemampuan menyimak (listening
skills), kemampuan tingkat kedua ialah pelajaranberkata (speaking skills), kemampuan tingkat ketiga menyimak (reading skills), sedangkan kemampuan menulis (writing skills) adalahaspek berbahasa etape akhir.
Dari keterangan diatas intisari atau dasar dari ke empat aspek
kebahasan yang tercantum diatas
dapat diputuskan bahwa antara
menyimak, berbicara, membaca, dan
mencatat adalahsatu kesatuan yang saling sehubungan dan tidak dapat
diceraikan antara satu aspek dengan aspek lainnya. Setiap keterampilan tersebut erat sekali hubungannya
dengan tiga kemampuan lainnya
dengan teknik yang berbagai ragam. Dalam memperoleh kemampuan berbahasa, seringkali kita melewati suatu hubungan urutan yang
teratur. Mula-mula pada masa kecil anda
belajar menyimak, lantas berbicara,
sesudah tersebut kita belajar
membaca, selepas tersebut kita
belajar menulis. Menyimak dan berkata kita
pelajari sebelum menginjak sekolah,
sedangkan menyimak dan mencatat dipelajari saat kita belajar di sekolah. Keempat kemampuan tersebut pada dasarnya adalahsatu kesatuan, adalahcatur tunggal.
2.1.1. Pengertian Menulis
Berdasarkan
keterangan dari Isnaini Leo Shanti dkk (2006:1) mengatakan: “Menulis bisa di definisikan sebagai suatu pekerjaan penyampaian pesan dengan memakai bahasa tulis sebagai perangkat atau medianya, pesanialah isi yang terdapat dalam sebuah tulisan.
Tulisan adalahsebuah symbol
bahasa yang bisa di lihat dan di
sepakati pemakaiannya. Dengan demikian dalam komunikasi tulis sangat tidak ada empat unsure yang terlibat. Penulis sebagai penyampai pesan
(penulis), pesan atau isi tulisan,
drainase atau media berupa
artikel dan pembaca sebagai penerima pesan.
Teori menulis, menurut keterangan dari pendapat
Mukhsin, (2000:2), dalam strategi belajar mengajar, Menulis ialah “meletakkan atau menata symbol-symbol grafis yang mengaku pemahaman sebuah bahasa sedemikian rupasampai-sampai orang beda dapat menyimak symbol-simbol grafis tersebut sebagai bahan pengajian satuan-satuan ekspresi
bahasa-bahasa tulisantersebut antara
lain ialah suatu jenis notasi
bunyi, kesenyapan, infleksi, tekanan, nada, isyarat atau gerakan, dan ekspresi
muka yang mengindahkan makna dalam perkataan atau bicara manusia.
Dari apa yang disebutkan oleh (Isnaini 2001:16) di
atas jelas bahwa suatuformat kegiatan mencatat permulaan khususnya ruang belajar 1 SD ini adalahsuatu format kegiatan mencatat permulaan
khususnya ruang belajar 1 SD ini
adalahsuatu proses kegiatan mula untuk mengenal huruf hurufmengenal huruf kecil dan huruf besar, selain tersebut juga bagaimana seorang murid dapat menggabungkan huruf itu dengan memakai awalan serta mengenal huruf cetak dan huruf bersambung.
Dapat di tegaskanpekerjaan pembelajaran
ini tidak terlepas dari perangkat serta
media pengajaran yang sesuai
sampai-sampai dapat menghasilkan proses pembelajaran yang sempurna.
Senada apa yang tercantum di
atas berasumsi seorang yang tak mau menulis sebab tidak tahu guna apa ia mencatat merasa tidak
berfungsi ia mencatat dan
tidak tahu bagaimana menulis.
Dari keterangan Graver di atas bahwa mencatat adalahsuatu
format proses pembelajaran yang perlu anda tanamkan untuk siswa-siswi
(anak didik) guna mencurahkan ilham atau khayalan si pengarang sehinggamemunculkan makna/ makna tertentu, sehingga susunan huruf menjadi kata, kata
menjadi suatu kalimat, kalimat
menjadi rentetan paragraph atau alinea
sampai-sampai muncullah suatu wacana
bacaan.
Senada dengan pendapat Isnaini,
Abdul Razak dan Hermandra (2006) iamenuliskan
: mencatat adalahsuatu pekerjaan menyampaikan pesan denganmemakai bahasa tulis sebagai perangkat atau medianya. Dapat disampaikan oleh Penulis bahwa mencatat bukan adalahpekerjaan yanggampang tetapi perlunya pelajaran yang terus menerus yang mestidilaksanakan oleh guru guna system pengajaran di ruang belajar terutama pengajaran mencatat permulaan ruang belajar I SDN 2 Xxx. Di samping guru memiliki kemampuan dalam mencatat guru pun tidak bosan-bosannyamengajar
anak guna huruf huruf
mengabungkan awalan menjadi kata serta kalimat di dukung cara serta perangkat peraga
yang tepat.
Berdasarkan
keterangan dari pendapat Abdul Malik, (2006:7-9) iamenuliskan dalam pelajaran mencatat (modul menulis) Universitas
Riau Pekanbaru. Tahap Pra penulisan adalahfase
persiapan menulis, fase pra penulisan terdapat kegiatan memilih topik
destinasi dan sasaran,mengoleksi
bahan yang dibutuhkan serta
mengorganisasikan gagasan dalamformat kerangka karangan. Tahap
penulisan menilai topik dan destinasi karangan, mengoleksi imformasi yang relevan
serta menciptakan kerangka
karangan. Tahap pasca penulisan adalahtahap
penghalusan dan penyempurnaan yang anda
hasilkan pekerjaan ini
terdiri atas penguntingan dan perbaikan.
Dari apa yang diajukan oleh Abdul malik di atas
jelas sekali prosespekerjaan menulis mesti dimulai dengan fase-fase pekerjaan pra penulisan yang adalahfase persiapan dilanjutkan
dengan fase etape penulisan dan diselesaikan dengan fase pasca
penulisan, mencatat menjadilatihan yang amat sukar untuk sebagian orang khususnya siswa-siswi SD yang baru menginjak jenjang edukasi dasar tidak sedikit masalah yangberkaitan
dengan itu. Bagi mencapai kecerdikan menulis bermacam-macamformat karangan ( eksposisi, narasi,
diskipsi, argumentasi) dibutuhkan sebagai keahlian (2006:11, Jhon E. Brewton
dkk) dalam Bukunya “Composition and Grammar 12” menguraikan bahwa yang tergolong dalam mekanisme mencatat dan mengarang ini merupakan kemahiran memakai ejaan, memakai tanda baca, pengembangan paragraph, merangkai kerangka karangan, menilai topik, memakai kalimat efektif, ilmu diksi dan sebagainya.
Hal ini paling jelas tercantum di
atas mencatat permulaan untuk siswaruang belajar 1 SD Negeri 2 Xxx adalahtahap mula dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, di
samping di perlukan guru yang berpotensi pun diperlikan kesabaran serta ketabahan untuk guru ruang belajar tersebutguna mengenal teknik dasar untuk anak-anak
SD. Selain memerlukan keterampilan,
kemahiran, urusan ini dibutuhkan kesabaran sertapemakaian metode pun alat peraga yang tepat pula dan
di dukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.
Melalui tulisan, seseorang dapat mengucapkan maksud dan ide-ide dan
saranuntuk orang lain. Hal itu dapat dilaksanakan dengan
memakai tutur kata yang dapat
memprovokasi hati dan perasaan si pembaca keraf (2002:4)menuliskan bahwa: “menulis sebagai perangkat komunikasi yangmengucapkan semua yang anda rasakan, fikiran dan anda ketahui untuk orang-orang lain. Dengan komunikasi saya dan anda bisa mempelajari dan mewarisi seluruh yang telah dijangkau oleh nenek moyang anda serta apa yang dijangkau oleh orang-orang yang
sezaman dengan kita”.
Dari apa yang tercantum diatas paling jelas seorang guru bertanggung
jawab atas kelangsungan dalam prosesbelajar mengajar, khususnya pada siswa-siswi
ruang belajar 1 SD Negeri 2 Xxx,
terutama pelajaranmencatat permulaan.
Hal ini berpedoman pada guru yang terkaitbagaimana
proses pengajaran tersebut dapat terjangkau dengan baik antara guru
dan murid.
2.1.2. Tujuan Menulis
Tujuan mencatat menurut keterangan dari Hermana (2000:138) tujuanmencatat adalah: Berdasarkan
pengertian mencatat diatas, maka
dapatdicerna bahwa destinasi dari pekerjaan tulis menulis
ialah mengungkapkan benak atau
perasaan dengan tulisan supaya dapat
dimengerti si pembaca. Pikiran-pikiran atau perasaan-perasaan dalam artikel tersebut, antara beda dapat berupa:
1) Pemberitahuan kepeda
pembaca,kegiatan menulisnya ditujukan untukmenyerahkan informasi
untuk pembaca.
2) Penghiburan untuk pembaca,kegiatan menulisnya
ditujukan untukmenyerahkan penghiburan untuk pembaca.
3) Usaha untuk memprovokasi pendapat atau pendirian
pembaca.
Berdasarkan
keterangan dari Semi dalam Emilia (2004;8) secara umum tujuanmencatat itu ialah :
a) Memberi arahan, yaitu memberi petunjuk untuk orang beda dalammenggarap sesuatu.
Misalnya tuntunan mengenai teknik menjalankan mesin,tuntunan minum obat, arahan tentang menyusun bunga dan sebagainya.
b) Menjelaskan sesuatu yakni menyerahkan uraian atau menyatakan tentang sesuatu urusan yang mesti diketahui oleh orang lain, contohnya penjelasan
mengenai pentingnya merawat kelestarian
lingkungan hidup.
c) Menceritakan kejadian yakni memberi informasi mengenai sesuatu yangdilangsungkan disuatu lokasi pada masa-masa misalnya
mengisahkan tentang perjuangan Tuanku Imam Bonjol dalam menjalani
penjajahan.
Akhadiah (2002:4-5) melafalkan delapan manfaat menulis, kegunaanmencatat tersebut ialah :
a) Penulis bisa mengerti
keterampilan dan potensi dirinya dalam menulis.
b) Penulis diajar dalam mengembangkan
usulan dengan penalaran, menghubungkan dan membandingkan kenyataan yang mengembangkan sekian banyak gagasannya.
c) Penulis lebih tidak sedikit menyerap, menggali informasi denganpekerjaan menulis bisa memperluas wawasan secara teoritis tentang fakta-fakta yang dihubungkan.
d) Dapat mengorganisasikan usulan secara sistematis serta
mengungkapkan secara tersusun dan dapat
menyatakan yang semula masih sama.
e) Dapat meninjau serta menilai usulan lebih objektif.
f) Dengan mencatat di atas kertas
bakal lebih gampang memecahkan
masalah dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang konkrit.
g) Dengan menulis, pengarang mendorong guna terus belajar secara aktif
menjadi penemu sekaligus solusi masalah
dan menyadap informasi.
h) Dengan menulis membudayakan berfikir serta membicarakan secara tertib dan
teratur.
2.1.3. Jenis-jenis Menulis
Ditinjau dari sisi dan destinasi dan teknik pemaparannya, jenis-jenis
karangan atau karya tulis, dapat
dipisahkan atas lima macam yaitu: narasi, deskripsi, argumentasi,
persuasi dan reproduksi.
1) Narasi
Narasi ialah suatu format wacana
yang berjuang menggambarkan
dengan sejelas-jelasnya untuk pembaca mengenai sesuatu peristiwa yang sudah terjadi.
Unsur terpenting dalam suatu narasi ialah unsur perbuatan atau
perbuatan. Tindakan atau tindakan ini
terjadi dalam suatu susunan waktu
tertentu. Jadi, suatu narasi
berisi sebuah rangkaian tindakan atauperbuatan yang
dilaksanakan oleh tokoh-tokohnya dan dijalin sedemikian rupa sampai-sampai adalahsuatu peristiwa
yang terjadi dalam satu kesatuan waktu.
2) Deskripsi
Deskripsi ialah suatu format wacana
yang berjuang melukiskan ataumencerminkan dengan kata-kata, wujud
atau sifat lahiriah dari sebuah obyek.
Sebuah obyek dalam pemaparan tidak melulu terbatas pada sesuatu yangbisa dilihat, didengar, dicium,
diraba, dan dirasa saja, namun dapat
pula berupa perasaan hati laksana rasa
cemas, rasa takut, rasa jijik, rasa kasih, rasa cinta, rasa haru, dan
sebagainya.
3) Argumentasi
Argumentasi adalahsuatu format keterampilan berbahasayang efektif, yangberjuang untuk memprovokasi sikap dan pendapat orang lain, supaya mereka percaya dan akhirnya beraksi sebagaimana yang diharapkan oleh penulis.
Argumentasi adalahdasar yang paling mendasar dalam ilmu pengetahuan.
Melalui argumentasi, dunia ilmu pengetahuan berjuang mengajukan bukti-bukti atau menilai kemungkinan-kemungkinan untuk mengaku sikap atau pendapat tentang sebuah hal.
4) Persuasi
Persuasi ialah suatu format bujukan
atau anjuran dengan teknik seorangmengerjakan suatu yang dikehendaki penceramah (penulis) pada
masa-masa ini atau pada
masa-masa yang bakal datang.
Persuasi menggunakan format paksaan
terhadap penerimannya, oleh karena
tersebut dalam artikel persuasi dibutuhkan upaya-upaya tertentu untuk memicu orang memungut keputusan cocok keinginannya.
Salah satu upaya yang bisa dilakukanialah dengan teknik menyodorkan bukti-bukti walaupun tidak setegas argumentasi.
5) Reproduksi
Reproduksi adalahketerampilan-keterampilan yang
bertolak dari karya asli, dalam format yang
lebih singkat. Bentuk reproduksi bisa berupa
ringkasan, resensi, dan abstrak.
a) Ringkasan
Ringkasan merupakan format yang efektif guna menyajikan sebuah karangan yang panjang dalam format yang singkat. Ringkasan tidak
sama dengan ikhtisar, walaupun
dua-duanya sama-sama adalahsuatu
penyajian singkat. Ringkasan adalahpenyajian
singkat dari sebuah karangan
asli, namun dengan menjaga perbandingan unsur atau bab dari karangan secara
proposional. Sedangkan ikhtisar, tidak perlu menjaga urutan karangan asli, serta tidak perlu mencerminkan isi dari borongan karangan secara proposional.
b) Resensi
Resensi ialah suatu artikel yang
berupa ulasan tentang nilai
sebuahkitab atau karangan.
Resensi bertujuan guna menyampaikan untuk para pembaca apakah sebuah kitab atau karangan layak untuk mendapat sambutan(dibaca)
ataukah tidak. Selain diserahkan terhadap kitab atau karangan, resensi tidak jarang juga diserahkan kepada karya-karyalaksana film, drama, dan sebagainya.
2.2 Menulis permulaan
Menulis permulaan merupakan: sebuah proses mula dalam sebuah tindakan pengajaran yang dilaksanakan oleh guru untuk siswa serta penyampain pesan
dengan memakai bahasa tulis
sebagai perangkat atau medianya.
Menulis ialah melahirkan benak atau usulan (seperti mengarang,menciptakan
surat) dengan artikel (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2003:968) menurut
keterangan dari pengertian ini
mencatat adalahhasil, yaitu
mencetuskan pikiran dalam perasaan kedalam tulisan. Menulis atau
mengarang ialah proses mencerminkan suatu bahasa sampai-sampai pesan yang dikatakan penulis dapat dicerna pembaca (Tarigan, 2006:21).
2.2.1 Tahap-tahap Menulis
Permulaan
Beberapa langkah perkembangan
mencatat anak dicerminkan sebagi
berikut:
1) Tahap mencoreng atau Membuat Goresan (Scribble Stage)
Tahap ini anak ditandai dengan
mulainya anak memakai alat tulis
untukmenciptakan coretan.
Sebelum ia belajar untuk menciptakan
huruf yangbisa dikenali.
2) Tahap Pengulangan secara
linear (Linear Repetitif Stage)
Tahap ini anak mengejar bahwa tulisan seringkali berarah horizontal dan
huruf-huruf tersusun berupa deretan pada halaman kertas. Anak pun telah memahami bahwa kata yang panjang bakal ditulis dalam
deretan huruf yang lebih panjang di bandingkan dengan kata yang pendek.
3) Tahap Menulis secara
Random/acak (Random Letter Stage)
Pada etape ini anak balajar mengenai format coretan yang bisa diterima
sebagai huruf dan bisa menyebutkan huruf-huruf itu dalam urutanrandom dengan maksud menyebutkan huruf tertentu.
4) Tahap Berlatih (Menyebutkan
Huruf-huruf)
Kebanyakan anak-anak, seringkali sangat tertarik
huruf-huruf menyusun nama mereka
sendiri.
5) Tahap Menulis Tulisan Nama
(Letter Name Writing, Phonetic Writing)
Tahap ini anak-anak mulai
mamahami hubungan artikel dengan
bunyi tertentu. Anak bisa manuliskan
satu atau sejumlah huruf untukmenggambarkan suatu kata, laksana menyebutkan huruf
depan namanya saja atau mencatat
“bu” dengan sebagai emblem dari
“buku”.
6) Tahap Menyalin ucapan-ucapan yang terdapat dilingkungan
Anak-anak menyenangi menyalin
ucapan-ucapan yang ada pada
poster di dinding atau dari kantong kata sendiri.
7) Tahap Menemukan Ejaan
(Transitional Spelling)
Tahap ini anak mulai memahami teknik menulis secara konvensional,
yaitumemakai ejaan yang berlaku
umum. Anak bisa menyebutkan kata
yang mempunyai ejaan dan bunyi
sama dengan benar laksana kata
“buku” tetapi masih tidak jarang salah menyebutkan kata yang ejaannya
mengikutiteknik konvensional dan
tidak melulu ditentukan oleh
bunyi yang terdengar laksana hari
“sabtu” tidak ditulis “saptu”
sebenarnya kedua tulisan itu berbunyi
sama andai dibaca.
8) Tahap Ejaan Sesuai Ucapan
(Conventional Spelling)
Tahap ini anak sudah menguasai teknik menyebutkan secara
konvensionalyakni menggunakan format huruf dan ejaan yang berlaku
umum guna mengekspresikan
barbagai gagasan abstrak. Pada
anak umur sekolah, perkembangan mencatat telah berada etape akhir yakni conventional spelling, selain sudah dapat mencatat dengan
huruf dan ejaan yang benar, anak
SD telah menyimak aspek visual
mereka.
2.2.3 Kesulitan Menulis Permulaan
1) Ciri-ciri Kesulitan Menulis
Beberapa anak merasakan gangguan dalam menulis. Ada sejumlah cirieksklusif anak kendala menulis
permulaan, di antaranya merupakan:
a) Terdapat ketidakkonsistenan format
huruf dalam tulisannya; b) Saat menulis, pemakaian huruf besar dan huruf
kecil masih tercampur; c) Ukuran dan format huruf dalam tulisannya tidak proporsional; d) Anakterlihat harus berjuang keras ketika mengomunikasikan sebuah ide, pengetahuan, atau
pemahamannya lewat tulisan; e) Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan
mantap metodenya memegang perangkat tulis tidak jarang kali terlampau dekat, bahkan nyaris menempel dengan kertas; f)
Berbicara pada diri sendiri saat sedang
menulis, atau justeru terlalu
memerhatikan tangan yang digunakan untuk
menulis; g) Cara mencatat tidak
konsisten, tidak mengekor alur
garis yang tepat dan proporsional; dan h) Tetap mengalami kendala meskipun melulu diminta menyalin misal tulisan yang telah ada
2) Jenis Kesulitan Menulis
Beberapa jenis indikator kendala menulis yang dirasakan oleh anak, antara beda sebagai berikut:
a) Terlalu lambat dalam menulis
b) Salah arah pada penulisan
huruf, misalnya mencatat huruf n dibuka dari ujung bawah kaki kanan
huruf, naik, lengkung kekanan, kebawah, barupulang naik.
c) Terlalu miring
d) Jarak anatara huruf tidak konsisten
e) Tulisan kotor
f) Tidak dapat mengekor garis horizontal
g) Bentuk huruf tidak terbaca
h) Tekanan pensil tidak tepat
(terlalu tebal atau terlampau tipis)
i) Ukuran tulisan terlampau besar atau terlampau kecil
j) Bentuk terbalik (seperti
bercermin)
Kesulitan mencatat yang dirasakan anak
dapat diakibatkan oleh sejumlah faktor, contohnya gangguan motorik, gangguan
persepsi visual, atau gangguan ingatan. Gangguan gerak halus bisa mengganggu kemampuan menulis. Kesulitan menulus pun dapat mengakibatkan pembelajaran yangtidak cukup baikdan
semangat belajar anak rendah (Yusuf, 2005: 181-182). Kesulitan belajar menyimak dan mencatat permulaan pada anak umur dinibilamana tidak
dideteksi secara dini dapat
mengakibatkan kegagalan dalam proses edukasi anak. Riwayat penyakit terdahulu laksana anak pernahmerasakan
sakit keras sampai demam
tinggi, atau anak tercetus prematur,
merupakan hal resiko terjadinya kendala belajar mencatat permulaan.
Terdapat sejumlah faktor yang menghambat belajar mencatat adalah:
a) Minat mencatat pada anak belum ada
b) Kurangnya pembiasaan mencatat pada anak
c) Tingkat kepintaran anak tidak
cukup dan sarana pasarana tidak mendukung.
Beberapa indikator kendala menulis permulaan antara
lain:
a) Kesulitan mencatat dan mengurutkan huruf.
b) Kesulitan dengan ekspresi
tulisan
c) Lemah dalam
menginterprestasikan kata yang didengar
d) Bingung menyebutkan arah huruf
e) Problem dengan artikel tangan (Mulyadi, 2010: 155)
2.3 Pendekatan Kontektual
2.3.1 Pengertian Pendekatan
Kontektual
Pendekatan pembelajaran menurut keterangan dari Syaiful
(2003:68) ialah sebagai kegiatan guru dalam memilih pekerjaan pembelajaran. Pendekatan
pembelajaran sebagai penjelas dan pun mempermudah untuk para gurumenyerahkan pelayanan belajar dan pun mempermudah murid untukmengetahui materi ajar yang
dikatakan guru, dengan merawat suasana
pembelajaran yang menyenangkan.
Pendekatan kontekstual dapat menciptakan variasi dalam
pembelajaran dan hasil belajar yang
diinginkan dapat dicapai. Pendekatan pembelajaranpasti tidak kaku mesti
memakai pendekatan tertentu,
dengan kata lain memilih pendekatan dicocokkan dengan
keperluan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran yang sering
digunakan oleh semua guru
antara lain: pendekatan konsep dan proses, pendekatan deduktif dan induktif
pendekatan ekspositori dan heuristik, pendekatan kepintaran dan pendekatan konstektual.
Landasan filosofi pendekatan
kontekstual ialah kontruktivisme, yakni filisofi belajar yang
menekankan bahwa belajar tidak melulu sekedar
menghafal namun mengkonstruksikan
atau membina pengetahuan dankemampuan baru lewat fakta-fakta atau
proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya (Masnur 2007:41). Tiap orang mesti mengkontruksi pengetahuan
sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang
telah jadi, tetapi suatu
proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses tersebut keaktifan seseorang yang hendak tahu amat berperan dalam pertumbuhan pengetahuannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja dari seseorang untuk yang lain, namun harus diinterpretasikan sendiri
oleh setiap orang.
Depdiknas (2002:5) mengaku pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) sebagai konsep belajar yang menolong guru mengaitkan antarapelajaran yang diajarkan dengan kondisi dunia nyata murid dan mendorong siswa menciptakan hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen, yakni: (1) kontruktivisme
(Constuctivism), (2) bertanya (Questioning), (3) mengejar (Inquiri), (4) masyarakat belajar (Learning Community),
(5) permodelan (Modeling), (6) Refleksi (Reflection), (7)evaluasi sebenarnya (Authentic
Assessment).
Jonhson (2007:67) mengaku bahwa pendekatan pembelajaran
konstekstual atau CTL (Contextual Teaching and Learning) ialah sebuah proses
edukasi yangmembantu para
siswa menyaksikan makna dalam pelajaran akademik dengan konteks
dalam kehidupan seharian mereka, yakni konteks suasana pribadi, social, dan kebiasaan mereka. Untuk menjangkau tujuan ini sistem tersebut mencakup delapan komponen berikut:
(1) menciptakan kebersangkutanan-kebersangkutanan yang bermakna, (2) mengerjakan pekerjaan yang berarti,
(3) mengerjakan pekerjaan yang ditata sendiri, (4) mengerjakan kerja sama, (5) berfikir
kritis dan kreatif, (6) membantupribadi
untuk tumbuh dan berkembang, (7)
menjangkau standar yang tinggi, (8) memakai penilaian autentik.
Pendekatan kontektual atau
Contextual Teching and Learning, Wina (2005:109) menjelaskan, sebuah pendekatan pembelajaran yang
menekankanuntuk proses keterlibatan murid secara sarat untuk dapat
mengejar materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan kondisi kehidupan nyata sampai-sampai mendorong murid untuk bisa menerapkannya dalam kehidupan mereka. Terdapat lima ciri khas penting dalam proses
pembelajaran yang memakai pendekatan
kontekstual yakni :
a) Dalam pendekatan kontekstual
pembelajaran adalahproses
pengaktifan pengetahuan yang telah ada
(activiting knowledge).
b) Pembelajaran yang kontekstual ialah belajar dalam rangka mendapat dan meningkatkan pengetahuan baru (acquiring knowlwdge).
c) Pemahaman pengetahuan
(understanding knowledge), dengan kata
lain pengetahuan yang didapatkan
bukan guna dihafal namun untuk dipercayai dan dipahami.
d) Mempraktekkan pengetahuan dan empiris tersebut (applying
knowledge),dengan kata lain pengetahuan
dan empiris yang didapatkan harus bisa diaplikasikan dalam kehidupan
siswa, sampai-sampai tampak evolusi prilaku siswa.
e) Melakukan refleksi (reflecting
knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
Setiap unsur pendekatan kontekstual atau CTL yang bertolak belakang ini akan
menyerahkan sumbangan dalam
membantu siswa mengetahui tugas
sekolah. Secara bersama-sama mereka
menyusun suatu sistem yang memungkinkan semua siswa menyaksikan makna
di dalamnya, dan menilik materi
akademik.
Wina (2005:125) menjelaskan sejumlah hal urgen dalam pembelajaranmelewati
pendekatan kontekstual atau CTL sebagai berikut:
a) CTL ialah model pembelajaran yang menekankan pada kegiatan siswa secara penuh, baik jasmani maupun mental.
b) CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal akan namun porsesempiris dalam kehidupan nyata.
c) Kelas dalam pembelajaran CTL,
bukan sebagai tempat mendapat informasi, akan namun sebagi lokasi untuk
menguji data hasil temuan mereka dilapangan.
d) Materi latihan ditemukan oleh
murid sendiri bukan hasil pemberian orang lain.
2.3.2 Langkah-langkah
Pembelajaran Kontektual
Untuk bisa mengimplementasikan pembelajaran kontekstual, guru dalam
pembelajarannya mengaitkan antara
pelajaran yang bakal diajarkannya
dengan dunia nyata murid dan
mendorong siswa menciptakan hubungan
antara pengetahuan yang dipunyai dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
komponen utama CTL yaitu sebagai
berikut.
a) Mengembangkan pemikiran bahwa murid akan belajar lebih bermakna andai ia diberi peluang untuk bekerja, menemukan, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
kemampuan baru (constructivism).
b) Membentuk group belajar yang
saling tergantung (interdependent learning groups) yaitu supaya hasil pembelajaran
didapatkan dari kerjasama dengan orang lain, maka pembelajaran hendaknya
selalu dilakukan dalam
kelompok-kelompok belajar atau proses pembe- lajaran yang melibatkan murid dalam kelompok.
c) Memfasilitasi pekerjaan penemuan (inquiry), yaitu supaya siswamendapat pengetahuan dan kemampuan melalui penemuannya sendiri
(bukan hasil menilik sejumlah
fakta).
d) Mengembangkan sifat hendak tahu siswa melewati pengajuan pertanyaan
(questioning). Bertanya di anggap sebagai pekerjaan guru guna mendorong, membimbing, dan mengetahui kemampuan
beranggapan siswa, sedangkan
untuk siswa pekerjaan bertanya
untuk mencari informasi,
mengkonfirmasikan apa yang telah diketahui
dan mengindikasikan perhatian
pada aspek yang belum diketahuinya. Bertanya bisa diterapkan antaramurid
dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara murid dengan guru, antara
murid dengan orang baru yang didatangkan di kelas.
e) Pemodelan (modeling),
maksudnya dalam suatu pembelajaran tidak jarang kali ada model yang dapat ditiru. Guru memberi model mengenai bagaimanateknik belajar, tetapi demikian guru bukan satu-satunya model. Modelbisa dirancang dengan melibatkan murid atau dapat pun mendatangkan dari luar.
f) Refleksi (reflection), ialah cara beranggapan tentang apa yang baru dipelajari atau beranggapan kebelakang mengenai apa-apa yang sudah saya dan anda lakukan dimasa yang kemudian kuncinya ialah bagaimana pengetahuan tersebut mengendap di pikiran siswa.
g) Penilaian bahwasannya (authentic assesment), ialah proses pengumpulansekian banyak data yang dapat memberikan cerminan
perkembangan belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya
ditekankan pada upayamenolong siswa supaya mampu mempelajari (learning
how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak barangkali informasi diakhir periode
pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan hanya hasil, dan dengan sekian banyak cara. Tes melulu salah satunya itulah akekat evaluasi yang sebetulnya (Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama, 2003: 10-20).
2.4 Kekurangan dan Kelebihan
Pendekatan Kontektual
Berdasarkan
keterangan dari Wina (2005:129) ada sejumlah kelebihan dankelemahan
pendekatan kontektuan yaitu:
1) Kelebihan
a) Pembelajaran menjadi lebih
bermakna dan riil. Artinya murid dituntutguna dapat menagkap hubungan antara empiris belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini paling penting, karena dengan bisa mengorelasikan
pelajaran yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja untuk siswa materi tersebut akan bermanfaat secara fungsional, akan namun materi yang dipelajarinya bakal tertanam erat dalam
kenangan siswa, sihingga tidak akan gampang dilupakan.
b) Pembelajaran lebih produktif
dan dapat menumbuhkan penguatan
konsepuntuk siswa sebab metode pembelajaran CTL menganut
aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dibimbing untuk mengejar pengetahuannya
sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswadiinginkan belajar melewati ”mengalami” bukan
”menghafal”.
2) Kelemahan
a) Guru lebih intensif dalam membimbing.
Karena dalam cara CTL. Gurubukan lagi berperan sebagai pusat
informasi. Tugas guru ialah mengelolaruang belajar sebagai suatu tim yang bekerja bareng untuk mengejar pengetahuan dan ketrampilan yang baru untuk siswa. Siswa di anggap sebagai pribadi yang sedang berkembang.
Kemampuan belajar seseorang akandiprovokasi
oleh tingkat pertumbuhan dan
keluasan empiris yang
dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”
penguasa ” yang memaksa kehendak tetapi
guru ialah pembimbing
siswasupaya mereka bisa belajar cocok dengan etape perkembangannya.
b) Guru menyerahkan kesempatan
untuk siswa untuk mengejar ataumerealisasikan sendiri ide–ide dan menyuruh siswa supaya dengan menyadari dan dengan sadar memakai strategi–strategi mereka sendiri guna belajar. Namun dalam konteks ini pastinya guru membutuhkan
perhatian dantuntunan yang tambahan terhadap siswa supaya tujuan pembelajaran cocok dengan apa yang diterapkan
semula.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis
Penelitian
Pendekatan yang dipakai dalam riset ini ialah pendekatan
kualitatifsebab data hasil
penelitian ialah berbentuk ucapan-ucapan dan diteliti dalam format uraian atau penjelasan. Berdasarkan keterangan dari Danim (2002:51) "Salah satu ciri riset kualitatif ialah bersifat deskriptif,yakni data terkumpul berbentuk
kata-kata, gambar bukan angka-angka. Kalaupun terdapat angka sifatnya
melulu sebagai penunjang. Data-data yang didapatkan melalui transkrip intervieuw, daftar lapangan, foto, dokumen pribadi, dan lain-lain."
Jenis riset ini ialah penelitian
tindakan ruang belajar (Clasroom
Action Research). Penelitian perbuatan kelas ialah penelitian yangdilaksanakan untuk merealisasikan suatu cara pembelajaran sampai-sampai dengan merealisasikan metode itu dapat menambah hasil pembelajaran. Hal ini cocok dengan yang diungkapkan oleh Kemmis (Damaianti, 2006:191)
"Penelitian perbuatan adalahupaya
mengujikan ide-ide ke dalam praktik untuk membetulkan atau mengolah
sesuatu supaya memperoleh akibat nyata dari situasi."
PTK mempunyai ciri eksklusif yang memisahkan dengan jenis riset lain. Berkaitan dengan ciri eksklusif tersebut, Arikunto, dkk.
(2007:62)menyatakan ada sejumlah karakteristik PTK tersebut,
antara lain: (1) adanya perbuatan yang
nyata yang dilaksanakan dalam kondisi yang alami dan ditujukan untuk menuntaskan masalah, (2) meningkatkan wawasan keilmiahan dan
keilmuan, (3) sumber persoalan berasal
dari masalah yangdirasakan guru
dalam pembelajaran, (4) persoalan yang
diangkat mempunyai sifat sederhana,
nyata, jelas, dan penting, (5) adanya kolaborasi antara praktikan dan peneliti,
(6)terdapat tujuan urgen dalam pengamalan PTK, yaitu
menambah profesionalisme guru,
terdapat keputusan kelompok, bertujuan untukmenambah dan meningkatkan pengetahuan.
Dalam riset ini ide-ide yang
bakal diujikan ialah mengujikan muriddalam upaya meningkatkan keterampilan menulis permulaan melewati pendekatan kontekstual pada
siswa ruang belajar I SD Negeri
2 Xxx. Penelitian ini dilaksanakan secara
bertahap dalam satu siklus. Satu siklus terdiri dari (I) perencanaan, (2) pengamalan tindakan, (3) observasi,
dan (4) refleksi.
3.2 Lokasi Penelitian
Penilitian ini dilaksanakan di ruang belajar I SD Negeri 2 Xxx,
sekolahitu berada tidak jauh
dari pemukiman pendudukan dan jalan raya, yang terdiri dari ruang ruang belajar I, II, III, IV, V dan
VI dengan jumlah ruang tergolong ruang
dewan guru yaitu: 10 ruang. Pemilihan
tempat ini didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: diantaranya, sekitar ini guru dimana mengajarkan mencatat permulaan tidak memakai pendekatan yang terarah untuk mempermudah siswa dalam mencatat permulaan, sampai-sampai anak-anak tidak dapat memahami isi dan huruf yang sudah ditulis.
3.3 Kehadiran Peneliti
Sesuai dengan pendekatan yang dipakai dalam riset ini maka kehadiran peneliti di Kelas I SD Negeri 2 Xxx ini paling diutamakan, dimana peneliti ialah sebagai pemberi tindakan,
pembuat dan penyaji bahanlatihan yang cocok dengan pelajaran yang dikatakan yaitu pelajaran belajar mencatat permulaan dengan pendekatan
kontekstual dan menciptakan tes untuk siswa tersebut. Selain tersebut juga peneliti beraksi sebagai penganalisis data dan
sekaligus pembuat laporan hasil riset ini.
Manusia sebagai instrumen utama
dalam riset kualitatif yang
berperan sebagai peneliti sekaligus pengelola riset kualitatif, peneliti
mestiterjun sendiri guna berpartisipasi
dengan mengunjungi subjek danmenyediakan waktunya guna melakukan kegiatan yang dibutuhkan dimana
subjek tersebut berada.
3.4 Data dan Sumber Data
Adapun data dalam riset ini ialah nilai hasil
masing-masing akhir siklus, hasil observasi yang mencakup observasi
pekerjaan guru dan siswa, hasil wawancara dengan narasumber penelitian, dan hasil cacatan lapangan. Sedangkan yang
menjadi sumber data dalam riset ini ialah siswaruang belajar I SD Negeri 2 Xxx yang berjumlah …… orang siswa.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pendataan data yang
dipakai dalam riset ini ialah sebagai berikut:
1) Tes, Tes dilaksanakan untuk untuk mengoleksi informasi tentangketerampilan siswa dalam mencatat permulaan dengan pendekatan
kontekstual. Tes yang dilaksanakan dalam riset ini meliputi: Tes pratindakan, yakni tes yang dilakukan sebelum digunakannya pendekatan kontekstual. Tes Siklus
I dan II yang dilakukan setelah
tes pratindakan diketahui, memakai pendekatan
kontekstual untuk memahami terjadi
tidaknya peningkatan keterampilan siswa
dalam mencatat permulaan.
2) Observasi, dilaksanakan untuk meneliti akitfitas murid dan peneliti sebagai pengajar sekitar proses pembelajaran
berlangsung. Kegiatan yangdicermati meliputi kegiatan peneliti sebagai pengajar
dan kegiatan siswa selama mengekor pembelajaran. Dalam pekerjaan observasi inipengarang di tolong oleh 2 orang guru pengamat yang bertugas guna mengamati pekerjaan belajaran
melatih dengan memakai pedoman
observasi yang sudah disediakan.
3) Wawancara, dilaksanakan peneliti untuk memahami pemahaman murid terhadap menyimak intensif; selain
tersebut wawancara pun di kerjakan untuk memahami respon murid terhadap
pembelajaran yang sudah di
ikuti.
4) Catatan Lapangan, ini memuat
hal-hal urgen yang terjadi sekitar pembelajaran berlangsung, dan
dapat dipakai untuk melengkapi
data yang tidak terdapat dalam
tabel observasi.
3.6 Teknik Analisis Data
Setelah dikoleksi data, maka
tahapan selanjutnya ialah menganalisis
data. Analisis data dilaksanakan dengan
pendekatan kualitatif model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009:246) yakni dengan tahapan sebagai berikut: 1) reduksi data, 2) Penyajian data, dan
3) Verifikasi atau unik kesimpulan.
Ketiga tahapan tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:
1) Mereduksi Data (Data
Reduction)
Mereduksi data berarti mencakup atau mengoleksi data memilih hal¬-hal yang pokok, memusatkan pada hal-hal yang urgen dan melemparkan hal-hal yang tidak perlu. Hal yang pokok atau urgen yang dimaksud di sini ialah hal yang berkaitan dengan peningkatan keterampilan menulis permulaan dengan pendekatan kontekstual pada
siswa ruang belajar I SD Negeri
2 Xxx.
2) Menyajikan Data (Data Display)
Setelah mereduksi data, maka tahapan selanjutnya ialah menyajikan data. Dalam riset ini data yang sudah direduksi disajikan dalam format uraian singkat dalam format teks naratif. Data yang
disajikan mengenai peningkatan keterampilan menulis permulaan dengan
pendekatan kontekstual pada siswa ruang
belajar I SD Negeri 2 Xxx.
3) Menarik Simpulan (Conclusion
drawing/verifikasi)
Langkah ketiga dalam analisis
data kualitatif ialah penarikan
simpulan. Penarikan simpulan
dilaksanakan setelah data yang
dikoleksi dan disajikan dianalisis. Penarikan benang merah dapat berupa
pemaparan atauketerangan tentang
peningkatan keterampilan menulis
permulaan dengan pendekatan kontekstual pada siswa ruang belajar I SD Negeri 2 Xxx.
3.7 Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data adalahkonsep urgen yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan
keterandalan (reliabilitas). Penelitian adalahkarya
ilmiah, untuk mengerjakan ini
mutlak dituntut secara objektivitas, untuk mengisi kriteria ini dalam
riset maka kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas) mesti diisi kalau tidak maka proses
penelitian tersebut perlu
dipertanya keilmiahannnya.
Dalam riset kualitatif, kiat triangulasi
dimanfaatkan sebagaipemeriksaan keabsahan data yang peneliti temukan
dari hasil wawancara peneliti dengan informan kunci dikomparasikan dengan hasil wawancara dengan sejumlah orang informan lainnya lantas peneliti mengkonfermasikan
dengan studi arsip yang bersangkutan dengan riset serta hasilpemantauan peneliti di lapangan sampai-sampai kemumian dan keabsahan
data terjamin. Berdasarkan keterangan
dari Danim (2002:197) denganmemakai
triangulasi cara memungkinkan
peneliti melengkapi kelemahan informasi
yang didapatkan dengan cara tertentu dengan memakai metode lain. Masing-masing
metode bakal mengungkapkan gejala yang berbeda,walau sangat barangkali pula ada
keserupaan atau minimal bersentuhan.
3.8 Tahap-tahap Penetitian
Pelaksanaan riset tindakan ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap
siklus terdiri dari tahap-tahap, yakni tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan. dan refleksi. Tahapan-tahapan tersebut diterangkan sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan
a) Menyusun RPP
b) Membuat LKS
c) Menyusun alat-alat evaluasi
d) Lembar Observasi Guru
e) Lembar Observasi Siswa
f) Membuat pedoman wawancara
g) Membuat soal tes
2) Tahap Pelaksanaan
Pada saat mengerjakan tatap muka kegiatan mula dilakukan ialah melaksanakan
pretes guna menguji keterampilan siswa atau yang dinamakan dengan appersepsi lantas peneliti melaksanakan pekerjaan pembelajarancocok dengan langkah-langkah yang sudah ditentukan dan pekerjaan akhir peneliti kembali menciptakan tes atau pemberian soal
untuk menyaksikan apakah
pembelajaran tadi menjangkau KKM
yang sudah ditentukan atau
sebaliknya.
3) Tahap Pengamatan/Observasi
Kegiatan pengamatan ialah mengamati kegiatan siwa dengan mengunakan
lembaran pemantauan yang sudah disiapkan. Pengamatan dilaksanakan oleh teman kolega dan guru yang mengamati kegiatan siswa dan peneliti yangsudah disiapkan sebelumnya. Bagi menindaklanjuti hasil pemantauan akandilaksanakan wawancara terhadap subjek
penelitian.
4) Tahap Refleksi
Semua yang bersangkutan dengan riset
ini baik tersebut evaluasi,
observasi maupun hasil wawancara bakal dideskripsikan.
Berdasarkan hasil deskripsi,
dilaksanakan refleksi untuk
memahami apakah murid telahmengetahui dengan baik pelajaran yang terdapat dalam pelajaran tersebut.
Dari hasil refleksi itu dapat diputuskan apakah pemberian perbuatan Isehubungan dengan
siklus dan apakah siklus itu perlu
diulangi atau bisa diteruskan
dengan pemberian perbuatan untuk cara selanjutnya. Jika ternyata
pemberian perbuatan masih perlu diserahkan tindakan ulang, maka
peneliti mesti memberi perbuatan selanjutnya, sampai-sampai siswa benar-benar menjangkau tujuan pembelajaran laksana yang diharapkan.
Adapun kriteria proses dalam
riset ini merujuk pada pendapat yang dikemukan oleh Usman, ddk (2008:23)
yaitu andai hasil observasi
telahmenjangkau skor > 80%,
maka proses pembelajaran dirasakan berhasil.
Sedangkan criteria hasil, penulis merujuk pada pendapat yang diajukan oleh Wahyono dan Rahmandani
(2008:5) yakni hasil belajar
akan dirasakan berhasil bilamana tingkat pemahaman murid terhadap materi menjangkau 80% atau lebih. Kriteria
taraf keberhasilan perbuatan dalam riset ini ditentukan sebagai berikut:
90%≥-NR ≥100% : Sangat Baik
80%≥NR ≤90% : Baik
70%≥ NR≤80% : Cukup Baik
60%≥ NR ≤70% : Kurang
0%≥ NR ≤60% : Sangat Kurang
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah. S. 2002. Menulis.
Jakarta : Depdikbud.
Arikunto. Suharshimi. 2007.
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
Danim. 2003. Melodeologi
Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Depdiknas. 2003. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Keraf, Gorys. 2002. Menulis
Karangan. Jakarta: Nusa Indah.
Semi, M. Atar. 1993. Menulis
Efektif. Padang: Angkasa Raya
St.Y. Slamet. 2007. Dasar-Dasar
Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press
Sugiono. 2007. Metode Penelitian
Pendidikan. Jakarta. Alvabet
Rusman. Dr. 2000. Model - Model
Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo.
Usman, ddk. 2008. Evaluasi
Pendidikan. Bumi Aksara.
Tarigan. 2006. Menulis Suatu
Penelitian Tindakan. Bandung : Angkasa
0 Response to "Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan melalui pendekatan kontektual Siswa Kelas I SD Negeri"
Post a Comment