Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan melalui pendekatan kontektual Siswa Kelas I SD Negeri


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Belajar adalah proses evolusi perilaku dari proses yang tidak memahami apa-apa sampai-sampai mengenal sesuatu laksana huruf, kata dan kalimat, Belajar ialah perubahan perilaku berkat empiris dan tidak sedikit melakukan latihan. Perubahan tingkah laku yang dimaksud baik yang mencantol pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Pelajar Bahasa Indonesia pada dasarnya bertujuan guna meningkatkan keterampilan peserta didik supaya dapat berkomunikasi dengan baik dengan memakai Bahasa Indonesia yang baik, benar dan baku secara lisan maupun tulisan.

Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa-siswi adalah peserta didik dalam proses belajar sementara orang yang menyerahkan meteri latihan disebut dengan guru. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dasar mencangkup aspek membaca, menulis, mendengar dan menyimak, berbicara, dan apresiasi sastra. Semua aspek berbahasa di atas bertujuan guna mengembangkan bahasa lisan dan tulisan.

Tarigan (2006: 22) menuliskan “Pengajaran kemampuan berbahasa cocok dengan namanya bertujuan guna menumbuhkan dan mengembangkan berbahasamurid “, terampil berbahasa dan mencatat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar dan baku. Bahasa adalahalat komuniksi dan perangkat penghubung yang paling ampuh. Dengan memakai bahasa, insan sebagai makluk sosial bisa saling bersangkutan antara satu dengan yang lainnya secara efektif dan komunikatif. Dalam proses pekerjaan belajar-mengajar penguna bahasa sebagai bahasa pendahuluan sangat dibutuhkan karena dapatmenyatakan materi yang akan dikatakan oleh guru baik dalam latihan menulis, berbicara, memperhatikan dan menyimak sehingga hubungan antara guru dengan siswa dapat berjalan dengan efektif baik antara guru denganmurid ,siswa dengan guru, dan murid dengan siswa.
  


Berdasarkan riset yang diselenggarakan oleh pengarang tentang masalah rendahnya keterampilan menulis permulaan siswa-siswi ruang belajar I SD Negeri 2 Xxx. Hasil yang didapatkan sangat memperihatinkan, begitu pun siswa masih membutuhkan pembelajaran tambahan. Hal ini dapat disaksikan dari mencatat permulaan ruang belajar I di SD Negeri 2 Xxx dari hasilpemantauan penulis masih tidak sedikit dari siswa-siswi di ruang belajar tersebut yang belum dapat menulis secara baik, benar dan baku khususnya pengenalan huruf kecil dan huruf besar.

Kurangnya keberhasilan pembelajaran ini, diakibatkan oleh keterampilan menggunakan sekian banyak  pendekatan strategi, metode, pengolahan kelas,perangkat peraga yang digunakan, sarana-prasarana kiat pembelajaran yang masih kurang. Selama ini guru sangat tidak sedikit mengunakan cara ceramah dalam pekerjaan belajar melatih sehingga pemakaian metode yangcocok serta perangkat peraga yang sesuai jarang di gunakan. Hal ini yang mengakibatkan hasil belajar siswa-siswi SD Negeri 2 Xxx termasuk rendah. Lingkungan sekolah serta sarana-prasarana yang belum memadai, lingkungan family yang tidak cukup mendukung urusan ini dapat di sebabkan tingkat edukasi orang tua yang masih rendah. Selain tersebut juga dapat disebabkan sebab lingkungan masyarakat edukasi yang rendah dan kondisi yang tidak cukup mendukung, misalnya tingkat keinginan belajar sangat tidak cukup di samping itu dapat saja diakibatkan kurangnya perhatian orang tua dan guru dalam masalah pendidikan. Sehinggadisaksikan dari lingkungan formal, informal dan nonformal paling rendah.

Dalam menghadapi masalah ini penulis berjuang mencari solusi masalah untuk membetulkan proses pembelajaran ini. Perbaikan yang dirancangkan untuk menambah hasil belajar mencatat permulaan SD Negeri 2 Xxx dengan melakukan pekerjaan tindakan ruang belajar tersebut akan membawa hasil yang lebih baik, sampai-sampai siswa-siswi SD Negeri 2 Xxx, bakal terampil serta dapat dalam penulisan permulaan. Pembelajaran yang dipakai yaitu pemakaian alat praga yang tepat dan mendukung, pemakaian metode campuran yang sesuai sampai-sampai proses pekerjaan belajar mengajar, pengelolaan kelas, strategi dalam belajar melatih biasberlangsung dengan lancer dan membuahkan hasil yang baik.

Sering guru yang melatih menulis permulaan pada ruang belajar I Sekolah Dasar belum memiliki strategi belajar melatih secara efektif dan efisien. Nana Sudjana (2002:24) mengungkapkan bahwa guna mendapatkan prestasi belajar yang dikehendaki dalam pekerjaan belajar mengajar, gurubisa memilih strategi yang dicocokkan dengan situasi siswa ruang belajar I, yang tentunya bertolak belakang dengan situasi siswa padaruang belajar yang lebih tinggi. Salah satu teknik untuk mengatasiurusan tersebut guru dapat mengerjakan terapi dengan riset tindakan kelas. Dengan riset tindakan ruang belajar guru bakal memperoleh guna praktis yakni ia dapat memahami secara jelas masalah-masalah yangterdapat di kelasnya, dan bagaimana teknik mengatasi masalah tersebut (Modul Pelatihan Terintegrasi PTK, 2004: 6).

Dalam riset ini peneliti menawarkan di antara alternatit perbuatan yangbutuh diterapkan dalam pembelajaran mencatat permulaan di ruang belajar I SD Negeri 2 Xxx dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Pendekatan ini adalahkonsep belajar yang menolong guru mengaitkan antara pelajaran yang diajarkan dengan kondisi dunia nyatamurid dan mendorong siswa menciptakan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggotafamily dan masyarakat (Nurhadi, 2002:1). Guru merancang kegiatan supaya siswa merasakan dan mengejar sendiri pengetahuan baru sampai-sampai hasil pembelajaran lebih bermakna dan bermanfaat untuk siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan hal-hal sebagai berikut: 1) Pembelajaran menyimak menulis permulaan menarik dan rumit, sampai-sampai seseorang tidak dapat mengerjakan tanpa mempelajarinya, 2) Kesulitan-kesulitan dalam menyimak menulis permulaan yang dirasakan siswa akan berdampak rendahnya hasil belajar siswa, 3) Guru hendaknyamengerjakan tindakan dalam pembelajaran untuk menambah hasil belajar siswa, 4) Kemampuan menyimak menulis permulaan siswa ruang belajar 1 sekolah dasar dapat dinaikkan dengan merealisasikan pendekatan yang sesuai, 5) Pendekatan kontekstual adalahsalah satu pilihan untuk meningkatkan keterampilan membaca mencatat permulaan siswa ruang belajar 1 sekolah dasar.

Berdasarkan masalah di atas Penulis memungut tindakan dengan mengerjakan penelitian di ruang belajar khususnya ruang belajar SD Negeri 2 Xxx dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan melewati pendekatan kontektual Siswa Kelas I SD Negeri 2 Xxx”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi identifikasi masalah dalam riset ini ialah sebagai berikut:
1) Kurangnya minat murid dalam menulis.
2) Rendahnya prestasi belajar murid dalam mencatat permulaan.
3) Belum diterapkannya model pembelajaran yang cocok dalam mencatat permulaan.
4) Guru masih belum dapat meningkatkan pembelajaran murid dalammencatat permulaan.

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas bisa dirumuskan permasalahan riset sebagai berikut: “Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis permulaanmelewati pendekatan kontektual Siswa Kelas I SD Negeri 2 Xxx?”

1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan riset dalam riset inimerupakan: Bagi meningkatan keterampilan menulis permulaan melewati pendekatan kontektual Siswa Kelas I SD Negeri 2 Xxx.

1.5 Manfaat Penelitian
Setelah riset ini dilaksanakan, diinginkan hasil riset ini dapatberfungsi secara praktis dan teoritis sebagai berikut:
1) Manfaat Teoretis
a) Hasil riset ini bisa dijadikan bahan pengembangan di antara teori belajar. Teori ini mengandung bagaimana usaha supaya kemampuan menyimak dan mencatat permulaan siswa ruang belajar 1 sekolah dasar bisa ditingkatkan. Dengan demikian pembelajaran lebih efektif dan efisien.
b) Selain tersebut hasil riset ini bisa dijadikan sebagai referensi peneliti beda dalam upaya mengemban penelitian yang lebih lanjut.

2) Manfaat Praktis
a) Untuk guru, hasil riset ini bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan, terutama guru ruang belajar permulaan Sekolah Dasar. Dengan pertimbangan tersebut guru memahami pentingnya mengerjakan tindakan ruang belajar dengan pendekatan kontekstual supaya dapatmengolah dan meningkatkan keterampilan siswa dalam menyimak danmencatat permulaan.

b) Untuk siswa, dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaranmenyimak dan mencatat permulaan dapat dialami manfaatnya. Siswa bakal cepat dapat membaca dan mencatat kata atau kalimat simpel dengan sekian banyak  variasi sebab mengalami dan mengejar sendiri dan bukan menghafal huruf atau kata.
c) Untuk sekolah, dipakai sebagai dasar dalam merangkai dan mengemban program pembinaan untuk guru terutama guru bahasa Indonesia.
d) Untuk lembaga berhubungan (Cabang Dinas Pendidikan), sebagai bahanpenilaian dan pengembangan profesi untuk para pengawas atau kepala cabang dinas yang membawahi.

1.6 Definisi Operasional
Definisi operasional dipakai untuk mengurai kesalahpahaman ialah Peningkatan keterampilan menulis permulaan melewati pendekatan kontektual Siswa Kelas I SD Negeri 2 Xxx, maka pengarang mengidentifikasikan istilah-istilah itu sebagai berikut:
1) Peningkatan ialah suatu usaha menjadikan sesuatu dari yang rendah menjadi lebih tinggi atau dari yang tidak cukup menjadi lebih baik.
2) Kemampuan mencatat permulaan ialah kesanggupan atau kemampuan dalampekerjaan penyampaian pesan dengan memakai bahasa tulis dimana adalahproses mula dalam perbuatan pengajaran yang dilaksanakan oleh guru untuk siswa.
3) Pendekatan kontektual ialah pendekatan pembelajaran yang menekankanuntuk proses keterlibatan murid secara sarat untuk dapat mengejar materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan kondisi kehidupan nyata sampai-sampai mendorong murid untuk bisa menerapkannya dalam kehidupan mereka.

BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1. Hakikat Menulis

Berdasarkan keterangan dari Tarigan (2006;1) hakekat mencatat adalah: Pelajaran mencatat adalahbagian dari latihan bahasa Indonesia. Pelajaran mencatat dapat dikategorikan latihan tingkat 4 dari empat aspek latihan bahasa Indonesia. Pelajaran tingkat kesatu kemampuan menyimak (listening skills), kemampuan tingkat kedua ialah pelajaranberkata (speaking skills), kemampuan tingkat ketiga menyimak (reading skills), sedangkan kemampuan menulis (writing skills) adalahaspek berbahasa etape akhir.

Dari keterangan diatas intisari atau dasar dari ke empat aspek kebahasan yang tercantum diatas dapat diputuskan bahwa antara menyimak, berbicara, membaca, dan mencatat adalahsatu kesatuan yang saling sehubungan dan tidak dapat diceraikan antara satu aspek dengan aspek lainnya. Setiap keterampilan tersebut erat sekali hubungannya dengan tiga kemampuan lainnya dengan teknik yang berbagai ragam. Dalam memperoleh kemampuan berbahasa, seringkali kita melewati suatu hubungan urutan yang teratur. Mula-mula pada masa kecil anda belajar menyimak, lantas berbicara, sesudah tersebut kita belajar membaca, selepas tersebut kita belajar menulis. Menyimak dan berkata kita pelajari sebelum menginjak sekolah, sedangkan menyimak dan mencatat dipelajari saat kita belajar di sekolah. Keempat kemampuan tersebut pada dasarnya adalahsatu kesatuan, adalahcatur tunggal.

2.1.1. Pengertian Menulis

Berdasarkan keterangan dari Isnaini Leo Shanti dkk (2006:1) mengatakan: “Menulis bisa di definisikan sebagai suatu pekerjaan penyampaian pesan dengan memakai bahasa tulis sebagai perangkat atau medianya, pesanialah isi yang terdapat dalam sebuah tulisan. Tulisan adalahsebuah symbol bahasa yang bisa di lihat dan di sepakati pemakaiannya. Dengan demikian dalam komunikasi tulis sangat tidak ada empat unsure yang terlibat. Penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, drainase atau media berupa artikel dan pembaca sebagai penerima pesan.

Teori menulis, menurut keterangan dari pendapat Mukhsin, (2000:2), dalam strategi belajar mengajar, Menulis ialah “meletakkan atau menata symbol-symbol grafis yang mengaku pemahaman sebuah bahasa sedemikian rupasampai-sampai orang beda dapat menyimak symbol-simbol grafis tersebut sebagai bahan pengajian satuan-satuan ekspresi bahasa-bahasa tulisantersebut antara lain ialah suatu jenis notasi bunyi, kesenyapan, infleksi, tekanan, nada, isyarat atau gerakan, dan ekspresi muka yang mengindahkan makna dalam perkataan atau bicara manusia.

Dari apa yang disebutkan oleh (Isnaini 2001:16) di atas jelas bahwa suatuformat kegiatan mencatat permulaan khususnya ruang belajar 1 SD ini adalahsuatu format kegiatan mencatat permulaan khususnya ruang belajar 1 SD ini adalahsuatu proses kegiatan mula untuk mengenal huruf hurufmengenal huruf kecil dan huruf besar, selain tersebut juga bagaimana seorang murid dapat menggabungkan huruf itu dengan memakai awalan serta mengenal huruf cetak dan huruf bersambung. Dapat di tegaskanpekerjaan pembelajaran ini tidak terlepas dari perangkat serta media pengajaran yang sesuai sampai-sampai dapat menghasilkan proses pembelajaran yang sempurna. Senada apa yang tercantum di atas berasumsi seorang yang tak mau menulis sebab tidak tahu guna apa ia mencatat merasa tidak berfungsi ia mencatat dan tidak tahu bagaimana menulis.

Dari keterangan Graver di atas bahwa mencatat adalahsuatu format proses pembelajaran yang perlu anda tanamkan untuk siswa-siswi (anak didik) guna mencurahkan ilham atau khayalan si pengarang sehinggamemunculkan makna/ makna tertentu, sehingga susunan huruf menjadi kata, kata menjadi suatu kalimat, kalimat menjadi rentetan paragraph atau alinea sampai-sampai muncullah suatu wacana bacaan.

Senada dengan pendapat Isnaini, Abdul Razak dan Hermandra (2006) iamenuliskan : mencatat adalahsuatu pekerjaan menyampaikan pesan denganmemakai bahasa tulis sebagai perangkat atau medianya. Dapat disampaikan oleh Penulis bahwa mencatat bukan adalahpekerjaan yanggampang tetapi perlunya pelajaran yang terus menerus yang mestidilaksanakan oleh guru guna system pengajaran di ruang belajar terutama pengajaran mencatat permulaan ruang belajar I SDN 2 Xxx. Di samping guru memiliki kemampuan dalam mencatat guru pun tidak bosan-bosannyamengajar anak guna huruf huruf mengabungkan awalan menjadi kata serta kalimat di dukung cara serta perangkat peraga yang tepat.

Berdasarkan keterangan dari pendapat Abdul Malik, (2006:7-9) iamenuliskan dalam pelajaran mencatat (modul menulis) Universitas Riau Pekanbaru. Tahap Pra penulisan adalahfase persiapan menulis, fase pra penulisan terdapat kegiatan memilih topik destinasi dan sasaran,mengoleksi bahan yang dibutuhkan serta mengorganisasikan gagasan dalamformat kerangka karangan. Tahap penulisan menilai topik dan destinasi karangan, mengoleksi imformasi yang relevan serta menciptakan kerangka karangan. Tahap pasca penulisan adalahtahap penghalusan dan penyempurnaan yang anda hasilkan pekerjaan ini terdiri atas penguntingan dan perbaikan.

Dari apa yang diajukan oleh Abdul malik di atas jelas sekali prosespekerjaan menulis mesti dimulai dengan fase-fase pekerjaan pra penulisan yang adalahfase persiapan dilanjutkan dengan fase etape penulisan dan diselesaikan dengan fase pasca penulisan, mencatat menjadilatihan yang amat sukar untuk sebagian orang khususnya siswa-siswi SD yang baru menginjak jenjang edukasi dasar tidak sedikit masalah yangberkaitan dengan itu. Bagi mencapai kecerdikan menulis bermacam-macamformat karangan ( eksposisi, narasi, diskipsi, argumentasi) dibutuhkan sebagai keahlian (2006:11, Jhon E. Brewton dkk) dalam Bukunya “Composition and Grammar 12” menguraikan bahwa yang tergolong dalam mekanisme mencatat dan mengarang ini merupakan kemahiran memakai ejaan, memakai tanda baca, pengembangan paragraph, merangkai kerangka karangan, menilai topik, memakai kalimat efektif, ilmu diksi dan sebagainya.

Hal ini paling jelas tercantum di atas mencatat permulaan untuk siswaruang belajar 1 SD Negeri 2 Xxx adalahtahap mula dalam pembelajaran bahasa Indonesia, di samping di perlukan guru yang berpotensi pun diperlikan kesabaran serta ketabahan untuk guru ruang belajar tersebutguna mengenal teknik dasar untuk anak-anak SD. Selain memerlukan keterampilan, kemahiran, urusan ini dibutuhkan kesabaran sertapemakaian metode pun alat peraga yang tepat pula dan di dukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.

Melalui tulisan, seseorang dapat mengucapkan maksud dan ide-ide dan saranuntuk orang lain. Hal itu dapat dilaksanakan dengan memakai tutur kata yang dapat memprovokasi hati dan perasaan si pembaca keraf (2002:4)menuliskan bahwa: “menulis sebagai perangkat komunikasi yangmengucapkan semua yang anda rasakan, fikiran dan anda ketahui untuk orang-orang lain. Dengan komunikasi saya dan anda bisa mempelajari dan mewarisi seluruh yang telah dijangkau oleh nenek moyang anda serta apa yang dijangkau oleh orang-orang yang sezaman dengan kita”.

Dari apa yang tercantum diatas paling jelas seorang guru bertanggung jawab atas kelangsungan dalam prosesbelajar mengajar, khususnya pada siswa-siswi ruang belajar 1 SD Negeri 2 Xxx, terutama pelajaranmencatat permulaan. Hal ini berpedoman pada guru yang terkaitbagaimana proses pengajaran tersebut dapat terjangkau dengan baik antara guru dan murid.

2.1.2. Tujuan Menulis

Tujuan mencatat menurut keterangan dari Hermana (2000:138) tujuanmencatat adalah: Berdasarkan pengertian mencatat diatas, maka dapatdicerna bahwa destinasi dari pekerjaan tulis menulis ialah mengungkapkan benak atau perasaan dengan tulisan supaya dapat dimengerti si pembaca. Pikiran-pikiran atau perasaan-perasaan dalam artikel tersebut, antara beda dapat berupa:

1) Pemberitahuan kepeda pembaca,kegiatan menulisnya ditujukan untukmenyerahkan informasi untuk pembaca.

2) Penghiburan untuk pembaca,kegiatan menulisnya ditujukan untukmenyerahkan penghiburan untuk pembaca.

3) Usaha untuk memprovokasi pendapat atau pendirian pembaca.

Berdasarkan keterangan dari Semi dalam Emilia (2004;8) secara umum tujuanmencatat itu ialah :

a) Memberi arahan, yaitu memberi petunjuk untuk orang beda dalammenggarap sesuatu. Misalnya tuntunan mengenai teknik menjalankan mesin,tuntunan minum obat, arahan tentang menyusun bunga dan sebagainya.

b) Menjelaskan sesuatu yakni menyerahkan uraian atau menyatakan tentang sesuatu urusan yang mesti diketahui oleh orang lain, contohnya penjelasan mengenai pentingnya merawat kelestarian lingkungan hidup.

c) Menceritakan kejadian yakni memberi informasi mengenai sesuatu yangdilangsungkan disuatu lokasi pada masa-masa misalnya mengisahkan tentang perjuangan Tuanku Imam Bonjol dalam menjalani penjajahan.

Akhadiah (2002:4-5) melafalkan delapan manfaat menulis, kegunaanmencatat tersebut ialah :

a) Penulis bisa mengerti keterampilan dan potensi dirinya dalam menulis.

b) Penulis diajar dalam mengembangkan usulan dengan penalaran, menghubungkan dan membandingkan kenyataan yang mengembangkan sekian banyak  gagasannya.

c) Penulis lebih tidak sedikit menyerap, menggali informasi denganpekerjaan menulis bisa memperluas wawasan secara teoritis tentang fakta-fakta yang dihubungkan.

d) Dapat mengorganisasikan usulan secara sistematis serta mengungkapkan secara tersusun dan dapat menyatakan yang semula masih sama.

e) Dapat meninjau serta menilai usulan lebih objektif.

f) Dengan mencatat di atas kertas bakal lebih gampang memecahkan masalah dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang konkrit.

g) Dengan menulis, pengarang mendorong guna terus belajar secara aktif menjadi penemu sekaligus solusi masalah dan menyadap informasi.

h) Dengan menulis membudayakan berfikir serta membicarakan secara tertib dan teratur.

2.1.3. Jenis-jenis Menulis

Ditinjau dari sisi dan destinasi dan teknik pemaparannya, jenis-jenis karangan atau karya tulis, dapat dipisahkan atas lima macam yaitu: narasi, deskripsi, argumentasi, persuasi dan reproduksi.

1) Narasi

Narasi ialah suatu format wacana yang berjuang menggambarkan dengan sejelas-jelasnya untuk pembaca mengenai sesuatu peristiwa yang sudah terjadi.

Unsur terpenting dalam suatu narasi ialah unsur perbuatan atau perbuatan. Tindakan atau tindakan ini terjadi dalam suatu susunan waktu tertentu. Jadi, suatu narasi berisi sebuah rangkaian tindakan atauperbuatan yang dilaksanakan oleh tokoh-tokohnya dan dijalin sedemikian rupa sampai-sampai adalahsuatu peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu.

2) Deskripsi

Deskripsi ialah suatu format wacana yang berjuang melukiskan ataumencerminkan dengan kata-kata, wujud atau sifat lahiriah dari sebuah obyek.

Sebuah obyek dalam pemaparan tidak melulu terbatas pada sesuatu yangbisa dilihat, didengar, dicium, diraba, dan dirasa saja, namun dapat pula berupa perasaan hati laksana rasa cemas, rasa takut, rasa jijik, rasa kasih, rasa cinta, rasa haru, dan sebagainya.

3) Argumentasi

Argumentasi adalahsuatu format keterampilan berbahasayang efektif, yangberjuang untuk memprovokasi sikap dan pendapat orang lain, supaya mereka percaya dan akhirnya beraksi sebagaimana yang diharapkan oleh penulis.

Argumentasi adalahdasar yang paling mendasar dalam ilmu pengetahuan. Melalui argumentasi, dunia ilmu pengetahuan berjuang mengajukan bukti-bukti atau menilai kemungkinan-kemungkinan untuk mengaku sikap atau pendapat tentang sebuah hal.

4) Persuasi

Persuasi ialah suatu format bujukan atau anjuran dengan teknik seorangmengerjakan suatu yang dikehendaki penceramah (penulis) pada masa-masa ini atau pada masa-masa yang bakal datang. Persuasi menggunakan format paksaan terhadap penerimannya, oleh karena tersebut dalam artikel persuasi dibutuhkan upaya-upaya tertentu untuk memicu orang memungut keputusan cocok keinginannya. Salah satu upaya yang bisa dilakukanialah dengan teknik menyodorkan bukti-bukti walaupun tidak setegas argumentasi.

5) Reproduksi

Reproduksi adalahketerampilan-keterampilan yang bertolak dari karya asli, dalam format yang lebih singkat. Bentuk reproduksi bisa berupa ringkasan, resensi, dan abstrak.
a) Ringkasan

Ringkasan merupakan format yang efektif guna menyajikan sebuah karangan yang panjang dalam format yang singkat. Ringkasan tidak sama dengan ikhtisar, walaupun dua-duanya sama-sama adalahsuatu penyajian singkat. Ringkasan adalahpenyajian singkat dari sebuah karangan asli, namun dengan menjaga perbandingan unsur atau bab dari karangan secara proposional. Sedangkan ikhtisar, tidak perlu menjaga urutan karangan asli, serta tidak perlu mencerminkan isi dari borongan karangan secara proposional.

b) Resensi
Resensi ialah suatu artikel yang berupa ulasan tentang nilai sebuahkitab atau karangan. Resensi bertujuan guna menyampaikan untuk para pembaca apakah sebuah kitab atau karangan layak untuk mendapat sambutan(dibaca) ataukah tidak. Selain diserahkan terhadap kitab atau karangan, resensi tidak jarang juga diserahkan kepada karya-karyalaksana film, drama, dan sebagainya.

2.2 Menulis permulaan
Menulis permulaan merupakan: sebuah proses mula dalam sebuah tindakan pengajaran yang dilaksanakan oleh guru untuk siswa serta penyampain pesan dengan memakai bahasa tulis sebagai perangkat atau medianya. Menulis ialah melahirkan benak atau usulan (seperti mengarang,menciptakan surat) dengan artikel (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:968) menurut keterangan dari pengertian ini mencatat adalahhasil, yaitu mencetuskan pikiran dalam perasaan kedalam tulisan. Menulis atau mengarang ialah proses mencerminkan suatu bahasa sampai-sampai pesan yang dikatakan penulis dapat dicerna pembaca (Tarigan, 2006:21).

2.2.1 Tahap-tahap Menulis Permulaan
Beberapa langkah perkembangan mencatat anak dicerminkan sebagi berikut:
1) Tahap mencoreng atau Membuat Goresan (Scribble Stage)
Tahap ini anak ditandai dengan mulainya anak memakai alat tulis untukmenciptakan coretan. Sebelum ia belajar untuk menciptakan huruf yangbisa dikenali.
2) Tahap Pengulangan secara linear (Linear Repetitif Stage)
Tahap ini anak mengejar bahwa tulisan seringkali berarah horizontal dan huruf-huruf tersusun berupa deretan pada halaman kertas. Anak pun telah memahami bahwa kata yang panjang bakal ditulis dalam deretan huruf yang lebih panjang di bandingkan dengan kata yang pendek.

3) Tahap Menulis secara Random/acak (Random Letter Stage)
Pada etape ini anak balajar mengenai format coretan yang bisa diterima sebagai huruf dan bisa menyebutkan huruf-huruf itu dalam urutanrandom dengan maksud menyebutkan huruf tertentu.

4) Tahap Berlatih (Menyebutkan Huruf-huruf)
Kebanyakan anak-anak, seringkali sangat tertarik huruf-huruf menyusun nama mereka sendiri.

5) Tahap Menulis Tulisan Nama (Letter Name Writing, Phonetic Writing)
Tahap ini anak-anak mulai mamahami hubungan artikel dengan bunyi tertentu. Anak bisa manuliskan satu atau sejumlah huruf untukmenggambarkan  suatu kata, laksana menyebutkan huruf depan namanya saja atau mencatat “bu” dengan sebagai emblem dari “buku”.

6) Tahap Menyalin ucapan-ucapan yang terdapat dilingkungan
Anak-anak menyenangi menyalin ucapan-ucapan yang ada pada poster di dinding atau dari kantong kata sendiri.

7) Tahap Menemukan Ejaan (Transitional Spelling)
Tahap ini anak mulai memahami teknik menulis secara konvensional, yaitumemakai ejaan yang berlaku umum. Anak bisa menyebutkan kata yang mempunyai ejaan dan bunyi sama dengan benar laksana kata “buku” tetapi masih tidak jarang salah menyebutkan kata yang ejaannya mengikutiteknik konvensional dan tidak melulu ditentukan oleh bunyi yang terdengar laksana hari “sabtu” tidak ditulis “saptu” sebenarnya kedua tulisan itu berbunyi sama andai dibaca.

8) Tahap Ejaan Sesuai Ucapan (Conventional Spelling)
Tahap ini anak sudah menguasai teknik menyebutkan secara konvensionalyakni menggunakan format huruf dan ejaan yang berlaku umum guna mengekspresikan barbagai gagasan abstrak. Pada anak umur sekolah, perkembangan mencatat telah berada etape akhir yakni conventional spelling, selain sudah dapat mencatat dengan huruf dan ejaan yang benar, anak SD telah menyimak aspek visual mereka.

2.2.3 Kesulitan Menulis Permulaan

1) Ciri-ciri Kesulitan Menulis
Beberapa anak merasakan gangguan dalam menulis. Ada sejumlah cirieksklusif anak kendala menulis permulaan, di antaranya merupakan: a) Terdapat ketidakkonsistenan format huruf dalam tulisannya; b) Saat menulis, pemakaian huruf besar dan huruf kecil masih tercampur; c) Ukuran dan format huruf dalam tulisannya tidak proporsional; d) Anakterlihat harus berjuang keras ketika mengomunikasikan sebuah ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan; e) Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap metodenya memegang perangkat tulis tidak jarang kali terlampau dekat, bahkan nyaris menempel dengan kertas; f) Berbicara pada diri sendiri saat sedang menulis, atau justeru terlalu memerhatikan tangan yang digunakan untuk menulis; g) Cara mencatat tidak konsisten, tidak mengekor alur garis yang tepat dan proporsional; dan h) Tetap mengalami kendala meskipun melulu diminta menyalin misal tulisan yang telah ada

2) Jenis Kesulitan Menulis

Beberapa jenis indikator kendala menulis yang dirasakan oleh anak, antara beda sebagai berikut:

a) Terlalu lambat dalam menulis
b) Salah arah pada penulisan huruf, misalnya mencatat huruf n dibuka dari ujung bawah kaki kanan huruf, naik, lengkung kekanan, kebawah, barupulang naik.
c) Terlalu miring
d) Jarak anatara huruf tidak konsisten
e) Tulisan kotor
f) Tidak dapat mengekor garis horizontal
g) Bentuk huruf tidak terbaca
h) Tekanan pensil tidak tepat (terlalu tebal atau terlampau tipis)
i) Ukuran tulisan terlampau besar atau terlampau kecil
j) Bentuk terbalik (seperti bercermin)

Kesulitan mencatat yang dirasakan anak dapat diakibatkan oleh sejumlah faktor, contohnya gangguan motorik, gangguan persepsi visual, atau gangguan ingatan. Gangguan gerak halus bisa mengganggu kemampuan menulis. Kesulitan menulus pun dapat mengakibatkan pembelajaran yangtidak cukup baikdan semangat belajar anak rendah (Yusuf, 2005: 181-182). Kesulitan belajar menyimak dan mencatat permulaan pada anak umur dinibilamana tidak dideteksi secara dini dapat mengakibatkan kegagalan dalam proses edukasi anak. Riwayat penyakit terdahulu laksana anak pernahmerasakan sakit keras sampai demam tinggi, atau anak tercetus prematur, merupakan hal resiko terjadinya kendala belajar mencatat permulaan.

Terdapat sejumlah faktor yang menghambat belajar mencatat adalah:
a) Minat mencatat pada anak belum ada
b) Kurangnya pembiasaan mencatat pada anak
c) Tingkat kepintaran anak tidak cukup dan sarana pasarana tidak mendukung.

Beberapa indikator kendala menulis permulaan antara lain:
a) Kesulitan mencatat dan mengurutkan huruf.
b) Kesulitan dengan ekspresi tulisan
c) Lemah dalam menginterprestasikan kata yang didengar
d) Bingung menyebutkan arah huruf
e) Problem dengan artikel tangan (Mulyadi, 2010: 155)

2.3 Pendekatan Kontektual
2.3.1 Pengertian Pendekatan Kontektual
Pendekatan pembelajaran menurut keterangan dari Syaiful (2003:68) ialah sebagai kegiatan guru dalam memilih pekerjaan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran sebagai penjelas dan pun mempermudah untuk para gurumenyerahkan pelayanan belajar dan pun mempermudah murid untukmengetahui materi ajar yang dikatakan guru, dengan merawat suasana pembelajaran yang menyenangkan.

Pendekatan kontekstual dapat menciptakan variasi dalam pembelajaran dan hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai. Pendekatan pembelajaranpasti tidak kaku mesti memakai pendekatan tertentu, dengan kata lain memilih pendekatan dicocokkan dengan keperluan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang sering digunakan oleh semua guru antara lain: pendekatan konsep dan proses, pendekatan deduktif dan induktif pendekatan ekspositori dan heuristik, pendekatan kepintaran dan pendekatan konstektual.

Landasan filosofi pendekatan kontekstual ialah kontruktivisme, yakni filisofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak melulu sekedar menghafal namun mengkonstruksikan atau membina pengetahuan dankemampuan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya (Masnur 2007:41). Tiap orang mesti mengkontruksi pengetahuan sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang telah jadi, tetapi suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses tersebut keaktifan seseorang yang hendak tahu amat berperan dalam pertumbuhan pengetahuannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja dari seseorang untuk yang lain, namun harus diinterpretasikan sendiri oleh setiap orang.

Depdiknas (2002:5) mengaku pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) sebagai konsep belajar yang menolong guru mengaitkan antarapelajaran yang diajarkan dengan kondisi dunia nyata murid dan mendorong siswa menciptakan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen, yakni: (1) kontruktivisme (Constuctivism), (2) bertanya (Questioning), (3) mengejar (Inquiri), (4) masyarakat belajar (Learning Community), (5) permodelan (Modeling), (6) Refleksi (Reflection), (7)evaluasi sebenarnya (Authentic Assessment).

Jonhson (2007:67) mengaku bahwa pendekatan pembelajaran konstekstual atau CTL (Contextual Teaching and Learning) ialah sebuah proses edukasi yangmembantu para siswa menyaksikan makna dalam pelajaran akademik dengan konteks dalam kehidupan seharian mereka, yakni konteks suasana pribadi, social, dan kebiasaan mereka. Untuk menjangkau tujuan ini sistem tersebut mencakup delapan komponen berikut: (1) menciptakan kebersangkutanan-kebersangkutanan yang bermakna, (2) mengerjakan pekerjaan yang berarti, (3) mengerjakan pekerjaan yang ditata sendiri, (4) mengerjakan kerja sama, (5) berfikir kritis dan kreatif, (6) membantupribadi untuk tumbuh dan berkembang, (7) menjangkau standar yang tinggi, (8) memakai penilaian autentik.

Pendekatan kontektual atau Contextual Teching and Learning, Wina (2005:109) menjelaskan, sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankanuntuk proses keterlibatan murid secara sarat untuk dapat mengejar materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan kondisi kehidupan nyata sampai-sampai mendorong murid untuk bisa menerapkannya dalam kehidupan mereka. Terdapat lima ciri khas penting dalam proses pembelajaran yang memakai pendekatan kontekstual yakni :

a) Dalam pendekatan kontekstual pembelajaran adalahproses pengaktifan pengetahuan yang telah ada (activiting knowledge).
b) Pembelajaran yang kontekstual ialah belajar dalam rangka mendapat  dan meningkatkan pengetahuan baru (acquiring knowlwdge).
c) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), dengan kata lain pengetahuan yang didapatkan bukan guna dihafal namun untuk dipercayai dan dipahami.
d) Mempraktekkan pengetahuan dan empiris tersebut (applying knowledge),dengan kata lain pengetahuan dan empiris yang didapatkan harus bisa diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sampai-sampai tampak evolusi prilaku siswa.
e) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan.

Setiap unsur pendekatan kontekstual atau CTL yang bertolak belakang ini akan menyerahkan sumbangan dalam membantu siswa mengetahui tugas sekolah. Secara bersama-sama mereka menyusun suatu sistem yang memungkinkan semua siswa menyaksikan makna di dalamnya, dan menilik materi akademik.

Wina (2005:125) menjelaskan sejumlah hal urgen dalam pembelajaranmelewati pendekatan kontekstual atau CTL sebagai berikut:
a) CTL ialah model pembelajaran yang menekankan pada kegiatan siswa secara penuh, baik jasmani maupun mental.
b) CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal akan namun porsesempiris dalam kehidupan nyata.
c) Kelas dalam pembelajaran CTL, bukan sebagai tempat mendapat  informasi, akan namun sebagi lokasi untuk menguji data hasil temuan mereka dilapangan.
d) Materi latihan ditemukan oleh murid sendiri bukan hasil pemberian orang lain.

2.3.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kontektual

Untuk bisa mengimplementasikan pembelajaran kontekstual, guru dalam pembelajarannya mengaitkan antara pelajaran yang bakal diajarkannya dengan dunia nyata murid dan mendorong siswa menciptakan hubungan antara pengetahuan yang dipunyai dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama CTL yaitu sebagai berikut.

a) Mengembangkan pemikiran bahwa murid akan belajar lebih bermakna andai ia diberi peluang untuk bekerja, menemukan, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan kemampuan baru (constructivism).
b) Membentuk group belajar yang saling tergantung (interdependent learning groups) yaitu supaya hasil pembelajaran didapatkan dari kerjasama dengan orang lain, maka pembelajaran hendaknya selalu dilakukan dalam kelompok-kelompok belajar atau proses pembe- lajaran yang melibatkan murid dalam kelompok.

c) Memfasilitasi pekerjaan penemuan (inquiry), yaitu supaya siswamendapat  pengetahuan dan kemampuan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil menilik sejumlah fakta).
d) Mengembangkan sifat hendak tahu siswa melewati pengajuan pertanyaan (questioning). Bertanya di anggap sebagai pekerjaan guru guna mendorong, membimbing, dan mengetahui kemampuan beranggapan siswa, sedangkan untuk siswa pekerjaan bertanya untuk mencari informasi, mengkonfirmasikan apa yang telah diketahui dan mengindikasikan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Bertanya bisa diterapkan antaramurid dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara murid dengan guru, antara murid dengan orang baru yang didatangkan di kelas.
e) Pemodelan (modeling), maksudnya dalam suatu pembelajaran tidak jarang kali ada model yang dapat ditiru. Guru memberi model mengenai bagaimanateknik belajar, tetapi demikian guru bukan satu-satunya model. Modelbisa dirancang dengan melibatkan murid atau dapat pun mendatangkan dari luar.
f) Refleksi (reflection), ialah cara beranggapan tentang apa yang baru dipelajari atau beranggapan kebelakang mengenai apa-apa yang sudah saya dan anda lakukan dimasa yang kemudian kuncinya ialah bagaimana pengetahuan tersebut mengendap di pikiran siswa.
g) Penilaian bahwasannya (authentic assesment), ialah proses pengumpulansekian banyak  data yang dapat memberikan cerminan perkembangan belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upayamenolong siswa supaya mampu mempelajari (learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak barangkali informasi diakhir periode pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan hanya hasil, dan dengan sekian banyak  cara. Tes melulu salah satunya itulah akekat evaluasi yang sebetulnya (Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2003: 10-20).

2.4 Kekurangan dan Kelebihan Pendekatan Kontektual

Berdasarkan keterangan dari Wina (2005:129) ada sejumlah kelebihan dankelemahan pendekatan kontektuan yaitu:
1) Kelebihan
a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya murid dituntutguna dapat menagkap hubungan antara empiris belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini paling penting, karena dengan bisa mengorelasikan pelajaran yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja untuk siswa materi tersebut akan bermanfaat secara fungsional, akan namun materi yang dipelajarinya bakal tertanam erat dalam kenangan siswa, sihingga tidak akan gampang dilupakan.
b) Pembelajaran lebih produktif dan dapat menumbuhkan penguatan konsepuntuk siswa sebab metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dibimbing untuk mengejar pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswadiinginkan belajar melewati ”mengalami” bukan ”menghafal”.

2) Kelemahan
a) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam cara CTL. Gurubukan lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru ialah mengelolaruang belajar sebagai suatu tim yang bekerja bareng untuk mengejar pengetahuan dan ketrampilan yang baru untuk siswa. Siswa di anggap sebagai pribadi yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akandiprovokasi oleh tingkat pertumbuhan dan keluasan empiris yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak tetapi guru ialah pembimbing siswasupaya mereka bisa belajar cocok dengan etape perkembangannya.
b) Guru menyerahkan kesempatan untuk siswa untuk mengejar ataumerealisasikan sendiri ide–ide dan menyuruh siswa supaya dengan menyadari dan dengan sadar memakai strategi–strategi mereka sendiri guna belajar. Namun dalam konteks ini pastinya guru membutuhkan perhatian dantuntunan yang tambahan terhadap siswa supaya tujuan pembelajaran cocok dengan apa yang diterapkan semula.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang dipakai dalam riset ini ialah pendekatan kualitatifsebab data hasil penelitian ialah berbentuk ucapan-ucapan dan diteliti dalam format uraian atau penjelasan. Berdasarkan keterangan dari Danim (2002:51) "Salah satu ciri riset kualitatif ialah bersifat deskriptif,yakni data terkumpul berbentuk kata-kata, gambar bukan angka-angka. Kalaupun terdapat angka sifatnya melulu sebagai penunjang. Data-data yang didapatkan melalui transkrip intervieuw, daftar lapangan, foto, dokumen pribadi, dan lain-lain."

Jenis riset ini ialah penelitian tindakan ruang belajar (Clasroom Action Research). Penelitian perbuatan kelas ialah penelitian yangdilaksanakan untuk merealisasikan suatu cara pembelajaran sampai-sampai dengan merealisasikan metode itu dapat menambah hasil pembelajaran. Hal ini cocok dengan yang diungkapkan oleh Kemmis (Damaianti, 2006:191) "Penelitian perbuatan adalahupaya mengujikan ide-ide ke dalam praktik untuk membetulkan atau mengolah sesuatu supaya memperoleh akibat nyata dari situasi."

PTK mempunyai ciri eksklusif yang memisahkan dengan jenis riset lain. Berkaitan dengan ciri eksklusif tersebut, Arikunto, dkk. (2007:62)menyatakan ada sejumlah karakteristik PTK tersebut, antara lain: (1) adanya perbuatan yang nyata yang dilaksanakan dalam kondisi yang alami dan ditujukan untuk menuntaskan masalah, (2) meningkatkan wawasan keilmiahan dan keilmuan, (3) sumber persoalan berasal dari masalah yangdirasakan guru dalam pembelajaran, (4) persoalan yang diangkat mempunyai sifat sederhana, nyata, jelas, dan penting, (5) adanya kolaborasi antara praktikan dan peneliti, (6)terdapat tujuan urgen dalam pengamalan PTK, yaitu menambah profesionalisme guru, terdapat keputusan kelompok, bertujuan untukmenambah dan meningkatkan pengetahuan.

Dalam riset ini ide-ide yang bakal diujikan ialah mengujikan muriddalam upaya meningkatkan keterampilan menulis permulaan melewati pendekatan kontekstual pada siswa ruang belajar I SD Negeri 2 Xxx. Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap dalam satu siklus. Satu siklus terdiri dari (I) perencanaan, (2) pengamalan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.


3.2 Lokasi Penelitian
Penilitian ini dilaksanakan di ruang belajar I SD Negeri 2 Xxx, sekolahitu berada tidak jauh dari pemukiman pendudukan dan jalan raya, yang terdiri dari ruang ruang belajar I, II, III, IV, V dan VI dengan jumlah ruang tergolong ruang dewan guru yaitu: 10 ruang. Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: diantaranya, sekitar ini guru dimana mengajarkan mencatat permulaan tidak memakai pendekatan yang terarah untuk mempermudah siswa dalam mencatat permulaan, sampai-sampai anak-anak tidak dapat memahami isi dan huruf yang sudah ditulis.

3.3 Kehadiran Peneliti
Sesuai dengan pendekatan yang dipakai dalam riset ini maka kehadiran peneliti di Kelas I SD Negeri 2 Xxx ini paling diutamakan, dimana peneliti ialah sebagai pemberi tindakan, pembuat dan penyaji bahanlatihan yang cocok dengan pelajaran yang dikatakan yaitu pelajaran belajar mencatat permulaan dengan pendekatan kontekstual dan menciptakan tes untuk siswa tersebut. Selain tersebut juga peneliti beraksi sebagai penganalisis data dan sekaligus pembuat laporan hasil riset ini.

Manusia sebagai instrumen utama dalam riset kualitatif yang berperan sebagai peneliti sekaligus pengelola riset kualitatif, peneliti mestiterjun sendiri guna berpartisipasi dengan mengunjungi subjek danmenyediakan waktunya guna melakukan kegiatan yang dibutuhkan dimana subjek tersebut berada.

3.4 Data dan Sumber Data
Adapun data dalam riset ini ialah nilai hasil masing-masing akhir siklus, hasil observasi yang mencakup observasi pekerjaan guru dan siswa, hasil wawancara dengan narasumber penelitian, dan hasil cacatan lapangan. Sedangkan yang menjadi sumber data dalam riset ini ialah siswaruang belajar I SD Negeri 2 Xxx yang berjumlah …… orang siswa.

3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pendataan data yang dipakai dalam riset ini ialah sebagai berikut:
1) Tes, Tes dilaksanakan untuk untuk mengoleksi informasi tentangketerampilan siswa dalam mencatat permulaan dengan pendekatan kontekstual. Tes yang dilaksanakan dalam riset ini meliputi: Tes pratindakan, yakni tes yang dilakukan sebelum digunakannya pendekatan kontekstual. Tes Siklus I dan II yang dilakukan setelah tes pratindakan diketahui, memakai pendekatan kontekstual untuk memahami terjadi tidaknya peningkatan keterampilan siswa dalam mencatat permulaan.
2) Observasi, dilaksanakan untuk meneliti akitfitas murid dan peneliti sebagai pengajar sekitar proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan yangdicermati meliputi kegiatan peneliti sebagai pengajar dan kegiatan siswa selama mengekor pembelajaran. Dalam pekerjaan observasi inipengarang di tolong oleh 2 orang guru pengamat yang bertugas guna mengamati pekerjaan belajaran melatih dengan memakai pedoman observasi yang sudah disediakan.
3) Wawancara, dilaksanakan peneliti untuk memahami pemahaman murid terhadap menyimak intensif; selain tersebut wawancara pun di kerjakan untuk memahami respon murid terhadap pembelajaran yang sudah di ikuti.

4) Catatan Lapangan, ini memuat hal-hal urgen yang terjadi sekitar pembelajaran berlangsung, dan dapat dipakai untuk melengkapi data yang tidak terdapat dalam tabel observasi.

3.6 Teknik Analisis Data
Setelah dikoleksi data, maka tahapan selanjutnya ialah menganalisis data. Analisis data dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009:246) yakni dengan tahapan sebagai berikut: 1) reduksi data, 2) Penyajian data, dan 3) Verifikasi atau unik kesimpulan. Ketiga tahapan tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:
1) Mereduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti mencakup atau mengoleksi data memilih hal¬-hal yang pokok, memusatkan pada hal-hal yang urgen dan melemparkan hal-hal yang tidak perlu. Hal yang pokok atau urgen yang dimaksud di sini ialah hal yang berkaitan dengan peningkatan keterampilan menulis permulaan dengan pendekatan kontekstual pada siswa ruang belajar I SD Negeri 2 Xxx.

2) Menyajikan Data (Data Display)
Setelah mereduksi data, maka tahapan selanjutnya ialah menyajikan data. Dalam riset ini data yang sudah direduksi disajikan dalam format uraian singkat dalam format teks naratif. Data yang disajikan mengenai peningkatan keterampilan menulis permulaan dengan pendekatan kontekstual pada siswa ruang belajar I SD Negeri 2 Xxx.

3) Menarik Simpulan (Conclusion drawing/verifikasi)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif ialah penarikan simpulan. Penarikan simpulan dilaksanakan setelah data yang dikoleksi dan disajikan dianalisis. Penarikan benang merah dapat berupa pemaparan atauketerangan tentang peningkatan keterampilan menulis permulaan dengan pendekatan kontekstual pada siswa ruang belajar I SD Negeri 2 Xxx.

3.7 Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data adalahkonsep urgen yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas). Penelitian adalahkarya ilmiah, untuk mengerjakan ini mutlak dituntut secara objektivitas, untuk mengisi kriteria ini dalam riset maka kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas) mesti diisi kalau tidak maka proses penelitian tersebut perlu dipertanya keilmiahannnya.

Dalam riset kualitatif, kiat triangulasi dimanfaatkan sebagaipemeriksaan  keabsahan data yang peneliti temukan dari hasil wawancara peneliti dengan informan kunci dikomparasikan dengan hasil wawancara dengan sejumlah orang informan lainnya lantas peneliti mengkonfermasikan dengan studi arsip yang bersangkutan dengan riset serta hasilpemantauan peneliti di lapangan sampai-sampai kemumian dan keabsahan data terjamin. Berdasarkan keterangan dari Danim (2002:197) denganmemakai triangulasi cara memungkinkan peneliti melengkapi kelemahan informasi yang didapatkan dengan cara tertentu dengan memakai metode lain. Masing-masing metode bakal mengungkapkan gejala yang berbeda,walau sangat barangkali pula ada keserupaan atau minimal bersentuhan.

3.8 Tahap-tahap Penetitian

Pelaksanaan riset tindakan ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap-tahap, yakni tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan. dan refleksi. Tahapan-tahapan tersebut diterangkan sebagai berikut:

1) Tahap Perencanaan
a) Menyusun RPP
b) Membuat LKS
c) Menyusun alat-alat evaluasi
d) Lembar Observasi Guru
e) Lembar Observasi Siswa
f) Membuat pedoman wawancara
g) Membuat soal tes

2) Tahap Pelaksanaan
Pada saat mengerjakan tatap muka kegiatan mula dilakukan ialah melaksanakan pretes guna menguji keterampilan siswa atau yang dinamakan dengan appersepsi lantas peneliti melaksanakan pekerjaan pembelajarancocok dengan langkah-langkah yang sudah ditentukan dan pekerjaan akhir peneliti kembali menciptakan tes atau pemberian soal untuk menyaksikan apakah pembelajaran tadi menjangkau KKM yang sudah ditentukan atau sebaliknya.

3) Tahap Pengamatan/Observasi
Kegiatan pengamatan ialah mengamati kegiatan siwa dengan mengunakan lembaran pemantauan yang sudah disiapkan. Pengamatan dilaksanakan oleh teman kolega dan guru yang mengamati kegiatan siswa dan peneliti yangsudah disiapkan sebelumnya. Bagi menindaklanjuti hasil pemantauan akandilaksanakan wawancara terhadap subjek penelitian.

4) Tahap Refleksi
Semua yang bersangkutan dengan riset ini baik tersebut evaluasi, observasi maupun hasil wawancara bakal dideskripsikan. Berdasarkan hasil deskripsi, dilaksanakan refleksi untuk memahami apakah murid telahmengetahui dengan baik pelajaran yang terdapat dalam pelajaran tersebut.

Dari hasil refleksi itu dapat diputuskan apakah pemberian perbuatan Isehubungan dengan siklus dan apakah siklus itu perlu diulangi atau bisa diteruskan dengan pemberian perbuatan untuk cara selanjutnya. Jika ternyata pemberian perbuatan masih perlu diserahkan tindakan ulang, maka peneliti mesti memberi perbuatan selanjutnya, sampai-sampai siswa benar-benar menjangkau tujuan pembelajaran laksana yang diharapkan.

Adapun kriteria proses dalam riset ini merujuk pada pendapat yang dikemukan oleh Usman, ddk (2008:23) yaitu andai hasil observasi telahmenjangkau skor > 80%, maka proses pembelajaran dirasakan berhasil. Sedangkan criteria hasil, penulis merujuk pada pendapat yang diajukan oleh Wahyono dan Rahmandani (2008:5) yakni hasil belajar akan dirasakan berhasil bilamana tingkat pemahaman murid terhadap materi menjangkau 80% atau lebih. Kriteria taraf keberhasilan perbuatan dalam riset ini ditentukan sebagai berikut:

90%≥-NR ≥100% : Sangat Baik
80%≥NR ≤90% : Baik
70%≥ NR≤80% : Cukup Baik
60%≥ NR ≤70% : Kurang
0%≥ NR ≤60% : Sangat Kurang


DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah. S. 2002. Menulis. Jakarta : Depdikbud.
Arikunto. Suharshimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
Danim. 2003. Melodeologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Keraf, Gorys. 2002. Menulis Karangan. Jakarta: Nusa Indah.
Semi, M. Atar. 1993. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya
St.Y. Slamet. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press
Sugiono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta. Alvabet
Rusman. Dr. 2000. Model - Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo.
Usman, ddk. 2008. Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara.
Tarigan. 2006. Menulis Suatu Penelitian Tindakan. Bandung : Angkasa

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan melalui pendekatan kontektual Siswa Kelas I SD Negeri"

Post a Comment