Upaya Pelayanan Puskesmas Pada Pasien Jamkesmas Di Puskesmas
Upaya Pelayanan Puskesmas
Pada Pasien Jamkesmas Di Puskesmas
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya penambahan kualitas pelayanan kesehatan semakin mendapat perhatian yang lebih besar, urusan ini gampang di pahami oleh karena bilamana pelayanan kesehatan yang berbobot dapat diseleggarakan, tidak hanya dapat menambah hasil untuk pelayanan kesehatan namun sekaligus akan menambah guna pelayanan kesehatan.
Upaya penambahan kualitas pelayanan kesehatan ialah penting dan telah adalah tuntutan sebab adanya sekian banyak faktor yang bersangkutan dengan upaya penambahan mutu pelayanan. Untuk menjangkau kualitas yang lebih baik, maka upaya penambahan mutu pelayanan kesehatan mesti dilakukan secara terpadu multi disiplin, dengan melibatkan semua karyawan yang berhubungan baik pasien dan family serta pemerintah wilayah setempat. Sebagai empunya hendaknya menjadi unsur yang tidak terpisahkan dari pelayanan tersebut sendiri yang mesti dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan tanpa memisahkan status sosial masyarakat.
Ketika pelanggan memiliki suatu hal /keperluan pada suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta, ia bakal merasa senang atau tidak senang ketika dilayani oleh petugas. Jika pelanggan merasa senang dilayani oleh petugas tersebut, maka pelayanan petugas paling memuaskan atau pelayanan petugas berkualitas. Sebaliknya, saat pelanggan merasa dirugikan petugas dampak pelayanannya berbelit-belit, tidak terdapat komunikasi yang baik, tidak memahami keperluan pelanggan, pengetahuan danketerampilan petugas yang kurang, serta pelayanan yang diserahkan tidak akurat dan memuaskan, maka pelayanan dapat disebutkan tidak berkualitas.
Salah satu program kesehatan pemerintah ialah Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) sebagai kelanjutan program Askeskin. Jamkesmas berlaku mulai Tahun 2008. Jamkesmas ialah bantuan sosial guna pelayanan kesehatan. 19,1 juta lokasi tinggal tangga kurang mampu atau 76,4 juta rakyat kurang mampu dan nyaris miskin semua Indonesia. Termasuk di Provinsi Aceh dan di Kabupaten ...... dan pun di Kecamatan ....... Pemerintah mengalokasikan perkiraan Jamkesmas tahun 2008 sebesar Rp. 4,6 triliun. Perubahan fundamental dari sistem Askeskin ke Jamkesmas antara lain distribusi dana langsung ke pemberi pelayanan kesehatan. Dari Kas Negara ke Puskesmas dan jaringannya melewati PT Pos Indonesia, sementara ke lokasi tinggal sakit langsung ke tabungan bank lokasi tinggal sakit yang bersangkutan. Bagi mengontrol kendali biaya, mulai Juli-Desember 2008 bakal diberlakukan tarif paket pelayanan di lokasi tinggal sakit.
Perkembangan jamkesmas di Aceh tidak cukup memadai guna tahap pelayanannya. Memang progam jamkesmas ini paling mendukung untuk masyarakat Aceh guna mempermudakan dalam menangani hal kesehatan mereka. Dengan demikian masyarakat Aceh lebih mudah mengerjakan prosespenyembuhan mareka. Yang seharusnya, dengan adanya program ini masyarakat lebih puas sebab dapat merasakan hasilpelayanan kesehatan yang cocok dengan yang mereka harapkan yakni pelayanan yanglebih baik, tetapijusteru sebaliknya yang meraka dapatkan.
Untuk pertumbuhan jamkesmas di kabupaten ...... pun mengalami urusan yang
sama yakni ketidak puasan penduduk ...... terhadap pelayanan
yeagsudah di sediakan. Demikian
pula yang berada di rasakan penduduk ......ketika ini . Warga ...... jaga Sedang
memperdebatkan ketidak normalnya pelayanan kesehatan yang mereka terima. Adapun penduduk atau sanak famili yang cukup bagus mendapankan perhatian
dari pihak Pukesmas ...... sebab ada
hubungan saudara atau suka-suka semua karyawan
...... dalam melayani pasien jamkesmas mereka.
Bagi orang biasa atau orang yang tidak cukup mereka kenal maka
dilayani begitu-begitu saja. Seharusnya pasien jamkesmas manapun yang terdapat disemua kecamatan ...... baik yang mereka kenal maupun tidak, mesti tetap di layani sebaik mungkin.
Agar pasien jamkesmaspun merasa di
simaklah akan kesehatan mereka walaupun kitika semua pasien berobat
melulu membawa sepucuk kartu jamkesmas. Berdasarkan uraian yang telah pengarang sebutkan di atas, maka
penulis memungut judul riset “Upaya Pelayanan Puskesmas Pada
Pasien Jamkesmas Di Puskesmas ...... Kabupaten ......”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang terdapat maka perumusan masalah padariset ini merupakan:
1. Apakah penerapan pelayanan
kesehatan di pukesmas ...... telah berjalancocok dengan stuktur pelayanan ?
2. Upaya apa saja yang di kerjakan untuk meningkankan peranan
system pelayanan supaya pelayanan dapat terlaksana dengan baik ?
3. Faktor-faktor apa saja yang dilaksanakan untuk menambah penerapan system pelayanan
dipukesmas ...... Kabupaten ...... ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan riset ini menurut rumusan masalah yang menjadi destinasi penelitian
ialah sebagai berikut:
1. Untuk memahami Apakah Penerapan sistem pelayanan telah berjalancocok dengan
struktur pelayanan ?
2. Untuk memahami Upaya apa saja yang dilaksanakan untuk
menambah penerapan sistem pelayanan supaya pelayanan dapat terlaksana
dengan baik ?
3. Untuk memahami Faktor-faktor apa saja yang di kerjakan untukmerealisasikan
penerepan sistem pelayanan dipukesmas ...... Kecamatan ...... ?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun guna penelitian dalam proposal ini ialah sebagai berikut:
1. Manfaat Ilmiah
Merupakan empiris berharga serta dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai kualitas pelayanan Kesehatan
pada pasien Jamkesmas di Puskesmas ...... Kabupaten .......
2. Manfaat Institusi.
Hasil riset ini diinginkan dapat
menjadi bahan bacaan dan sebagai masukan yang sehubungan dengan pengembangan ilmu serta dapat dipakai sebagai bahan riset lanjutan ataupun sebagai bahan
pembandingan untuk penelitian
dimasa mendatang.
3. Manfaat praktis
Sebagai bahan informasi untuk stakeholders yang sehubungan langsung maupun tidak
langsung, terutama yang mencantol kualitas pelayanan di
Puskesmas guna lebih mengetahui atribut kualitas pelayanan
sebagai citra Puskesmas bakal dinilai
positif.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pelayanan
2.1.1 Pengertian Pelayanan
Berdasarkan
keterangan dari (Ratminto, 2005:2)
mengaku bahwa pelayananialah suatau kegiatan atau serangkaian kegiatan yang mempunyai sifat tidak kasat mata (tidak bisa diraba) yang terjadi sehingga dampak adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau
hal-hal yang disediakan oleh Perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan guna memecahkanpersoalan konsumen/pelanggan.
Sedangkan pelayanan ialah produk-produk
yang tidak kasat mata yang melibatkan usaha-¬usaha insan dan menguraikan peralatan.
Pada dunia bisnis yang sarat persaingan tidak sedikit Perusahaan yang saling berlomba dalam kualitas produk,
kualitas pelayanan yang baik. Dalam strategi yang laksana ini maka yang akan
sangat menilai ialah organisasi yang dapat menyerahkan pelayanan yang terbaik.
Pengalaman mengindikasikan bahwa
semangat untuk melayani secara baikdibuka dari dalam organisasi sendiri. Langkah kesatu guna melayani pelanggan secara
baik dibuka dengan mencoba menyerahkan pelayanan yang lebih baik untuk rekan kerja dan dalam kehidupan
sehari-hari. Memuaskan pelanggan sebenarnya ialah memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sebagai seorang pemberi
pelayanan, maka dihadapkan pada fakta untuk bisa memenuhi keperluan pelanggan.
Bagi Perusahaan yang menghasilkan
jasa, pelayanan yang diserahkan kepada
pelanggan sangat urgen karena:
1. Pelanggan adalahsumber penghasilan Perusahaan,
semua pelangganmenunaikan jasa
yang dijual.
2. Kompetisi pada ketika ini, dimana teknologi paling maju, persaingan semakin hebat.
3. Hubungan erat produk konsumen.
Produk dan konsumsi ialah 2 unsur yang tak terpisahkan.
4. Masyarakat yang semakin kritis
dan semakin memahami hak-hak guna dilayani dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan
keterangan dari (Lupiyoadi, 2001:148) ada 5 dimensi kualitas pelayanan yakni sebagai berikut:
1. Tangibles (bukti fisik) yaitu keterampilan suatu Perusahaanmengindikasikan eksistensinya untuk pihak ekstenal.
2. Responsivieness (ketanggapan) yakni suatu keterampilan untukmenolong
dan menyerahkan pelayanan
yang cepat dan tepat untuk pelanggan
dengan paparan informasi yang
jelas.
3. Assurance (kepastian) yakni pengetahuan, kesopan santunan
danketerampilan para pegawai
Perusahaan guna menumbuhkan rasa
percayasemua pelanggan untuk Perusahaan.
4. Empathy yaitu menyerahkan perhatian yang tulus dan mempunyai sifat pribadi yang diserahkan kepada semua pelanggan dengan berupaya mengisi konsumen.
Ini berarti bahwa masyarakat tersebut merupakan pekerjaan yangdilaksanakan oleh sebuah organisasi
yang diperlihatkan untuk
kepentingan masyarakat atas dasar keikhlasan, rasa senang, jujur danmengkhususkan rasa puas untuk yang menerima pelayanan. Dalam urusan ini pelayanan yang diserahkan Perum Pegadaian berupa
kredit pinjaman untuk masyarakat
yang memerlukan dana mendesak
tanpa memisahkan untukkeperluan konsumtif (misalnya untuk keperluan sehari-hari, dana
pendidikan, ongkos kesehatan)
atau guna usaha (kegiatan
produktif) dengan formalitas yang
sederhana. Dengan demikian diinginkan masyarakat
mau memakai jasa pelayanan
tersebut.
Payne (1995:6) mendefinisikan
pelayanan sebagai kegiatan ekonomi
yangmemiliki sejumlah unsur (nilai dan manfaat) intangible
yang sehubungan dengannya, yang
melibatkan sebanyak interaksi
dengan konsumen/barang-barang kepunyaan
dan tidak menghasilkan transfer kepemilikan. Perubahan dalam kondisi dapat saja atau dapat juga tidak memiliki kaitan denganbuatan fisik. Pelayanan (jasa) ialah tugas atau kegiatan yangdilaksanakan untuk seorang pelanggan dengan memakai produk ataukemudahan
organisasi. (Hansen, Mowen, 2005:46)
Bebarapa ciri khas dari pelayanan yaitu:
1. Tidak berwujud
(intangiability)
Pelayanan memiliki sifat tidak berwujud, tidak bisa dilihat, tidak
bisa dirasakan, dan dinikmati sebelum dibeli konsumen. Berdasarkan keterangan dari Berry
(dalam Tjiptono, 2002: 15) konsep intangiability mempunyai dua definisi yaitu:
a. Sesuatu yang tidak bisa disentuh dan tidak bisa dirasa.
b. Sesuatu yang tidak gampang didefinisikan,
diformulasikan, ataudicerna secara
rohaniah.
2. Tidak dapat diceraikan (inseparitibility)
Pada lazimnya pelayanan yang diproduksi (dihasilkan) dan dialami padamasa-masa bersamaan dan
bilamana dikehendaki oleh seseorang guna deserahkan untuk pihak
lainnya, maka mereka adalahbagian
dari pelayanan itu. Ciri eksklusif dalam
pemasaran jasa ialah adanya
interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan.
3. Variability/heterogeneity/inconsistency
Pelayanan senantiasa merasakan perubahan tergantung dari
siapa penyedia pelayanan dan situasi dimana
pelayanan itu diberikan.
Pelayananmempunyai sifat sangat
variabel sebab adalahnonstandardized
output,dengan kata lain banyak
variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan di mana
pelayanan itu dihasilkan.
Ada tiga factor yang mengakibatkan variabilitas kualitas
pelayanan (Bovee, Houston, dan Thill, 1995, dalam Tjiptono, 2002:17) yakni kerjasama atau partisipasi
pelanggan selama paparan jasa,
moral/motivasi karyawan dalam melayani pelanggan, dan beban kerja perusahaan.
4. Tidak duratif (Perishability)
Pelayanan tidak dapat ditabung sebagai persediaan yang siap dipasarkan atau dikonsumsi pada ketika diperlukan, karena urusan itu maka pelayanan tidak tahan
lama. Dengan demikian bila sebuah pelayanan
tidak digunakan, maka pelayanan itu akan selesai begitu saja.
5. Lack of ownership
Lack of ownership adalahperbedaan dasar antara barang dan
jasa/pelayanan. Pada pembelian barang, konsumen mempunyai hak sarat atas pemakaian danguna produk yang dibelinya. Mereka biasa mengkonsumsi, menyimpan
atau menjualnya. Di beda pihak,
pada pembelian jasa atau pelayanan, pelanggan mungkin melulu mempunyai akses personal atas sebuah jasa guna jangkamasa-masa yang terbatas. Pembayaran seringkali ditujukan guna pemakaian, akses atau penyewaan
item-item tertentu sehubungan dengan
jasa/pelayanan yang ditawarkan.
2.1.2 Kualitas Pelayanan
Kualitas ialah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedangdicermati (Azwar, 1999). Kualitas ialah penentuan pelanggan yang menurut atas empiris nyata terhadap produk dan jasa pelayanan, mengharapkan,
dijanjikan atau tidak, sadar atau
melulu dirasakan, operasional tehnik atau subjektif sama sekali dan tidak jarang kali mengambarkan target
yang bergerak dalam pasar yang kompetitif (Wijono, 1999).
Kotler (2000), mengindentifikasi
lima kesenjangan yang menyebabkan kegagalan paparan pelayanan:
1. Kesenjangan antara asa pemakai jasa pelayanan dan
persepsi manajemen, manajemen tidak terlalu mengetahui secara tepat apa yang diharapkan pemakai jasa pelayanan, petugas perum pegadaian barangkali berfikir bahwa
nasabah/masyarakat mengharapkan pelayan
yang lebih baik
2. Kesenjangan antara persepsi
manajemen dan spesifikasi bobot jasa
manajemen mungkin mengetahui secara
tepat kemauan pemakai jasa
pelayanan namun tidak memutuskan suatu kelompok standar kinerja tertentu.
3. Kesenjangan antara spesifikasi bobot jasa dan paparan jasa. Para petugas perum pegadaian mungkin tidak cukup terlatih, tidak dapat atau tidak mau mengisi standar atau mereka diinginkan pada standar yangbertentangan seperti penyediaan masa-masa untuk memperhatikan para nasabah/masyarakat
dan melayani mereka dengan cepat.
4. Kesenjangan antara paparan informasi dan komunikasi
eksternal. Harapan masyarakat
diprovokasi oleh fakta yang diciptakan para petugas perum
pegadaian. Jika brosur menunjukkan suatu
yang mempermudah masyarakat
dalam menanggulangi masalah
keuangan.
5. Kesenjangan antara pelayanan
yang dirasakan dengan pelayanan
yangdiinginkan kesenjangan tersebut terjadi bila masyarakat mempunyai persepsi yang mengenai pelayanan tersebut.
2.1.3 Dimensi Kualitas Pelayanan
Organisasi yang bergerak dalam
bidang pelayanan mesti dapat memberikan
jasa dengan kualitas yang lebih tinggi dari pada pesaingnya supaya dapat bertahan dalam usahanya.
Berdasarkan
keterangan dari Kotler (2000),
terdapat lima diterminan kualitas pelayanan yang bisa dirincikan :
1. Kehandalan (reability)
Kemampuan organisasi untuk menyerahkan pelayanan cocok dengan yang dijanjikan secara
akurat dan terpercaya, sikap simpati dengan akurasi tinggi, dengan indikator: menyerahkan pelayanan laksana apa yang diharapkan,
penanganan keluhan masyarakat dengan benar, pelayanan yang benar pada ketika nasabah datang, masa-masa pelayanan cocok dengan informasi yang
diberikan, penyimpanagan laporan bebas dari kekeliruan (Salam, 2001).
2. Koresponsifan
Koresponsifan ialah kemampuan petugas dalam
mendengar dan menerima tingkah laku nasabah dan ketepatan informasi yang diserahkan pada ketika nasabah memerlukan (Lukman, 2004). Kemampuan untuk menolong danmenyerahkan pelayanan
yang cepat dan tepat untuk pasien
denganmengucapkan informasi yang
jelas, dan menyerahkan pelayanan
dengan tanggap dengan indikatornya : memberitahukan untuk para nasabah
mengenai waktu pelayanan yang
bakal dilaksanakan, pelayanan yang cepat untuk para nasabah (Supranto, 1998).
3. Keyakinan
Keyakinan ialah suatu suasana yang
dapat memprovokasi seseorang
dalammengerjakan dan mengemban pekerjaaan dan mengekor suatu arahan yangdiserahkan untuk menjangkau tujuan (Andi, 1999).
4. Berwujud
Pelayanan yang diserahkan dapat dialami langsung oleh masyarakat dan
nasabah terutama sehingga mereka
merasa lebih aman dalam penanganan masalah finansial dapat dialami
adalahpelaksanaan pekerjaan atau
pelayanan yang diserahkan oleh
petugas dalam format nyata dan
jelas. Dalam menyerahkan pelayanan
kesehatan masing-masing upaya
yang diadakan secara sendiri
atau bersama-sama dalam pelayanan kesehatan untuk merawat kesehatan perorangan, keluarga, kumpulan atau masyarakat (Levey dan Lomba, 1993).
2.2 Pukesmas
2.2.1 Pengertian Pukesmas
Puskesmas ialah unit penyelenggara teknis
dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab mengadakan pengembangan kesehatan di sebuah wilayah kerja (Dep. Kes. RI 2004).
a. Unit penyelenggara teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis
Dinas kesehatan kabupaten/kota (UPTD), puskesmas berperan mengadakan sebagian dari tugas
operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan adalahunit penyelenggara tingkat
kesatuserta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia.
b. Pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatan ialah penyelenggaraan upaya kesehatan
oleh bangsa Indonesia untuk menambah kesadaran, keinginan dan keterampilan hidup sehat
untuk setiap orang supaya terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
c. Pertanggungjawaban
penyelenggaraan
Penanggungjawab utama
penyelenggaraan semua upaya
pembangunan kesehatan di distrik kabupaten/kota ialah dinas kesehatan kabupaten/kota,sementara Puskesmas bertanggung jawab melulu untuk beberapa upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kotacocok dengan
kemampuannya.
d. Wilayah kerja
Secara nasional, standar distrik kerja Puskesmas ialah satu kecamatan. Tetapi bilamana di satu kecamatan ada lebih dari satu Puskesmas, maka
tanggungjawab distrik kerja dipecah antar Puskesmas, dengan menyimak keutuhan konsep distrik (desa/kelurahan atau RW).
Masing-masing Puskesmasitu secara
operasional bertanggung jawab langsung
untuk dinas kesehatan kabupaten/kota.
Puskesmas ialah organisasi fungsional yang mengadakan upaya kesehatan yang mempunyai sifat menyeluruh, terpadu, merata, bisa diterima dantercapai oleh masyarakat, dengan peran
serta aktif masyarakat danmemakai hasil
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan ongkos yang bisa dipikul oleh pemerintah dan masyarakat.
Upaya kesehatan tersebut diadakan dengan menitikberatkan untuk pelayananguna masyarakat luas guna menjangkau derajat kesehatan yang
optimal, tanpa melalaikan mutu
pelayanan untuk perorangan
(Hatmoko, 2006).
Dari pengertian yang
dijelaskan diatas maka bisa digali arti yang lebih mendalam, yang mengindikasikan bahwa Puskesmas
mempunyaiwewenang dan tanggungjawab yang
paling besar dalam merawat kesehatan
masyarakat di distrik kerjanya
dalam rangka menambah status
kesehatan masyarakat seoptimal
barangkali (Effendy, 1998).
2.2.2 Kedudukan Puskesmas
Kedudukan Puskesmas dipisahkan menurut keterangan dari kebersangkutanannya dengan Sistem Kesehatan
Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah Daerah: (Dep.
Kes. RI, 2004)
a. Sistem kesehatan nasional
(SKN)
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem
Kesehatan Nasional ialah sebagai
sarana pelayanan kesehatan strata kesatu
yang bertanggung jawab mengadakan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di distrik kerjanya.
b. Sistem kesehatan
Kabupaten/Kota
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem
Kesehatan kabupaten/kota ialah sebagai
Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab mengadakan sebagian tugas pembangunan
kesehatan kabupaten/kota didistrik kerjanya.
c. Sistem pemerintahan daerah
Kedudukan Puskesmas ialah dalam sistem Pemerintah Daerah ialah sebagai unit penyelenggara teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang adalahunit
struktural pemerintah wilayah kabupaten/kota
bidang kesehatan di tingkat kecamatan.
d. Antar sarana pelayanan
kesehatan strata kesatu
Di distrik kerja Puskesmas terdapat sekian banyak organisasi
pelayanan kesehatan strata kesatu
yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swastalaksana praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan,
poliklinik dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan Puskesmas di antara sekian banyak sarana pelayanan kesehatan strata kesatu ini ialah sebagai mitra. Di
distrik kerja Puskesmas ada pula
berbagai format upaya
kesehatan-kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat laksana Posyandu, Polindes, Pos Obat
Desa dan Pos UKK. Kedudukan Puskesmas di antara sekian banyak sarana
pelayanan kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat ialah sebagai pembina.
2.2.3 Wilayah Kerja Puskesmas
Wilayah kerja Puskesmas mencakup satu kecamatan atau beberapa dari kecamatan. Faktor
kepadatan penduduk, luas daerah,
suasana geografik dansuasana infrastruktur
lainnya adalahbahan pertimbangan
dalam menilaidistrik kerja
Puskesmas (Hatmoko, 2006).
Puskesmas adalahperangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sampai-sampai pembagian distrik kerja Puskesmas diputuskan oleh Bupati atau Walikota,
dengan saran teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sasaranwarga yang dilayani oleh suatu Puskesmas rata-rata 30.000 warga setiap Puskesmas (Hatmoko,
2006).
Untuk perluasan cakupan pelayanan kesehatan maka
Puskesmas butuh ditunjang dengan
unit pelayanan kesehatan yang lebih
simpel yangdinamakan Puskesmas
Pembantu dan Puskesmas Keliling (Hatmoko, 2006).
Khusus guna kota besar dengan jumlah warga satu juta atau lebih,distrik kerja Puskesmas
dapat meliputi satu Kelurahan. Puskesmas di Ibukota Kecamatan dengan
jumlah warga 150.000 jiwa atau
lebih, adalah“Puskesmas Pembina“
yang bermanfaat sebagai pusat
rujukan untuk Puskesmas
kelurahan dan pun mempunyai faedah koordinasi (Hatmoko, 2006).
Luas wilayahnya yang masih
efektif untuk suatu Puskesmas di wilayah pedesaan ialah suatu lokasi dengan jari-jari 5 Km, sementara luasdistrik kerja
yang di anggap optimal ialah area dengan jari-jari 3 Km
(Effendy, 1998).
2.2.4. Fungsi Puskesmas
Puskesmas diera desentralisasi memiliki tiga faedah yaitu: (Dep.Kes RI, 2002)
a. Menggerakkan pembangunan
berwawasan kesehatan
Menggerakkan pembangunan
berwawasan kesehatan mempunyai makna
bahwa Puskesmas mesti berperan
sebagai motor dan motifator terselenggaranya pembangunan yang mengacu,
berorientasi serta dilandasi oleh kesehatan sebagai hal pertimbangan utama. Pembangunan yang dilakukan di kecamatan, seyogyanya yang dominan positif terhadap
lingkungan sehat dan perilaku sehat, yang muaranya ialah peningkatan kesehatan masyarakat.
b. Memberdayakan masyarakat dan
memberdayakan keluarga
Pemberdayaan masyarakat ialah segala upaya kemudahan yang mempunyai sifat non-instruktif guna menambah pengetahuan dan
keterampilan masyarakat supaya mampu
mengidentifikasi masalah, merencanakan danmengerjakan pemecahan dengan memanfaatkan potensi setempat dan kemudahan yang ada, baik dari
instansi lintas sektoral maupun LSM dan
figur masyarakat.
Pemberdayaan keluarga ialah segala upaya kemudahan yang mempunyai sifat non-instruktif guna menambah pengetahuan dan
keterampilan keluarga supaya mampu
mengidentifikasi masalah, merencanakan danmemungut keputusan untuk
mengerjakan pemecahannya dengan benar, tanpa atau dengan pertolongan pihak lain.
c. Memberikan pelayanan kesehatan
tingkat kesatu
Pelayanan kesehatan tingkat kesatu ialah pelayanan yang mempunyai sifat "mutlak
perlu", yang sangat diperlukan oleh mayoritas masyarakat serta memiliki nilai strategis untuk menambah derajat kesehatan
masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan tingkat kesatu yang diadakan Puskesmas mempunyai sifat holistik,
komprehensif, terpadu dan berkesinambungan. Misi ini sehubungan erat dengan program yang dilakukan Puskesmas. Pada era desentralisasi ini, program
Puskesmas dipisahkan menjadi
program kesehatan dasar dan program kesehatan pengembangan.
2.3 Tinjauan Jamkesmas
Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) ialah program pertolongan sosial guna pelayanan kesehatan, untuk masyarakat kurang mampu dan tidak mampu. Program
ini diadakan secara nasional, supaya terjadi subsidi silang dalam
rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh, untuk masyarakat miskin.
Pada hakekatnya, pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat miskin, menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bareng oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota berkewajibanmenyerahkan kontribusi, sampai-sampai menghasilkan pelayanan
yang optimal.
Tujuan umum penyelenggaraan
Jamkesmas, bertambahnya akses
dan bobot pelayanan kesehatan,
terhadap semua masyarakat kurang mampu dan tidak mampu, supaya tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Tujuan khususnya,
meningkatnya jangkauan masyarakatkurang mampu dan tidak mampu, yang
mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas, serta jaringannya dan di lokasi tinggal sakit. Meningkatnya
kualitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat
miskin. Terselenggaranya pengelolaan
finansial yang transparan dan akuntabel.
Sasarannya ialah masyarakat kurang
mampu dan tidak dapat di semua Indonesia sebanyak 76,4 juta jiwa, tidak tergolong yang telah mempunyaigaransi kesehatan
lainnya. Pesertanya, masing-masing orang kurang mampu dan tidak mampu,
selanjutnya dinamakan peserta
Jamkesmas, yang tercatat dan mempunyai kartu dan berhak menemukan pelayanan kesehatan.
Undang–Undang SJSN ialah perlindungan sosial untuk memastikan seluruh rakyat supaya dapat memenuhi keperluan dasar hidupnya yang layak,tergolong diantaranya ialah kesehatan. Namun sampai ketika ini sistemgaransi sosial yang dipercayakan dalam undang–undang itu masih belum berjalan sebab aturan pelaksanaannya belum
ada. Pada Tahun 2005, pemerintah
mengenalkan program garansi kesehatan untuk masyarakatkurang mampu dan tidak dapat yang dikenal dengan nama
program Asuransi Kesehatan Masyakat Miskin (Askeskin). Penyelenggara program ialah PT Askes (Persero), yang
ditugaskan Menteri Kesehatan menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1241/Menkes/SK/XI/2004 mengenai Penugasan PT Askes (Persero) dalam Pengelolaan Program
Pemeliharaan Kesehatan untuk Masyarakat
Miskin. Program ini merupakan pertolongan
sosial yangdiadakan dalam
skema asuransi kesehatan sosial. Setelah
dilaksanakan evaluasi dan dalam rangka efisiensi dan efektivitas, maka
pada Tahun 2008dilaksanakan perubahan
dalam sistem penyelenggaraannya. Perubahan pengelolaan program tersebut ialah dengan pemisahan faedah pengelola dengan faedah pembayaran, yang didukung
dengan penempatan tenaga verifikator di setiap lokasi tinggal sakit. Nama program itu jugapulang menjadi Jaminan
Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Penyelenggaraan pelayanan kesehatan
masyarakat miskin dilaksanakan dengan
mengacu pada prinsip–prinsip asuransi :
1. Pengelolaan dana amanat dan
nirlaba dengan pemanfaatan melulu untukpenambahan kesehatan masyarakat
miskin.
2. Pelayanan kesehatan mempunyai sifat menyeluruh
(komprehensif) cocok dengan
standar pelayanan medik yang cost effective dan rasional.
3. Pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan prinsip
terstruktur dan berjenjang.
4. Pelayanan kesehatan diserahkan dengan prinsip
portabilitas dan ekuitas.
5. Pengelolaan program dilakukan secara transparan dan
akuntabel.
Program Jamkesmas Tahun 2008
Dengan pertimbangan guna mengendalikan
pelayanan kesehatan, penambahan mutu,
transparansi dan akuntabiltas, serta menilik
keterbatasan pendanaan, pengelolaan program Jamkesmas Tahun 2008 dilaksanakan langsung oleh Departemen
Kesehatan.
Kepesertaan Jamkesmas Peserta
Program Jamkesmas ialah setiap
orang kurang mampu dan tidak dapat yang tercatat dan mempunyai kartu
dan berhakmenemukan pelayanan
kesehatan. Bupati/Walikota wajib
memutuskan peserta Jamkesmas Kabupaten/Kota dalam satuan jiwa mengandung nomor, nama dan alamat
peserta dalam format Keputusan
Bupati/Walikota. Administrasi kepesertaan Jamkesmas meliputi: registrasi,
penerbitan dan pendistribusian kartu
untuk peserta. Bagi administrasi
kepesertaan Departemen Kesehatan menunjuk PT Askes (Persero), dengan keharusan melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Data peserta yang telah diputuskan Pemda, kemudian dilaksanakan entry oleh PT Askes
(Persero) guna menjadi database
kepesertaan di Kabupaten/Kota.
2. Entry data masing-masing peserta.
3. Berdasarkan data tersebut lantas kartu diterbitkan dan
didistribusikanuntuk peserta.
4. PT Askes (Persero) memberikan kartu peserta untuk yang berhak, mengacu untuk penetapan Bupati/Walikota
dengan tanda terima yang ditanda tangani/cap ibu jari peserta atau anggota family peserta.
5. PT Askes (Persero) mengadukan hasil pendistribusian
kartu pesertauntuk Bupati/Walikota,
Gubernur, Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/ Kota
serta lokasi tinggal sakit
setempat.
6. Tatalaksana Pelayanan
Kesehatan Setiap peserta Jamkesmas berhak mendapat pelayanan kesehatan dasar mencakup pelayanan kesehatan rawat
jalan (RJ) dan rawat inap (RI), serta pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan
tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap tingkat lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat
darurat. Pelayanan kesehatan dalam program Jamkesmasmerealisasikan pelayanan berjenjang menurut rujukan dengan
peraturan sebagai berikut:
a) Pelayanan rawat jalan tingkat kesatu diserahkan di Puskesmas dan
jaringannya. Pelayanan rawat jalan lanjutan diserahkan di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM), BKPM/BP4/BKIM dan lokasi tinggal sakit (RS).
b) Pelayanan rawat inap diserahkan di Puskesmas Perawatan dan
ruang rawat inap ruang belajar III
(tiga) di RS Pemerintah tergolong RS
Khusus, RS TNI/POLRI dan RS Swasta yang
berkolaborasi dengan Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan melewati Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atas nama Menkes
menciptakan perjanjian kerjasama (PKS) dengan RS setempat, yang
diketahui Kepala Dinas Kesehatan Provinsi meliputi sekian banyak aspek
pengaturan.
c) Pada suasana gawat terpaksa (emergency) semua Pemberi Pelayanan Kesehatan
(PPK) wajib menyerahkan pelayanan untuk peserta walaupun tidak mempunyai perjanjian kerjasama.
Penggantian ongkos pelayanan
kesehatan diklaimkan ke Departemen Kesehatan melewati Tim Pengelola Kabupaten/Kota setempat sesudah diverifikasi cocok dengan peraturan yang berlaku pada program ini.
d) RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM mengemban pelayanan rujukan lintasdistrik dan biayanya bisa diklaimkan oleh Pemberi
Pelayanan Kesehatan (PPK) yang terkaitke
Departemen Kesehatan. Pelayanan kesehatan RJTL di BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM dan
di Rumah Sakit, serta pelayanan RI di Rumah Sakit yang merangkum tindakan, pelayanan obat, penunjang diagnostik,
pelayanan darah serta pelayanan lainnya (kecuali pelayanan haemodialisa)dilaksanakan secara terpadu sehingga ongkos pelayanan kesehatan diklaimkan
dan dianggarkan menjadi satu
kesatuan menurut keterangan dari jenis
paket dan tarif pelayanan kesehatan peserta Jamkesmas Tahun 2008, atau pemakaian sistem INA-DRG (apabila telah diberlakukan),sampai-sampai dokter berkewajiban mengerjakan penegakan diagnosa
sebagai dasar pengusulan klaim.
Dalam pelayanan kesehatan untuk peserta
Jamkesmas yang dilaksanakan oleh
PPK dilaksanakan verifikasi,
verifikasi terhadap pelayanan di Puskesmas (RJTP, RITP, Persalinan, dan ekspedisi spesimen, transportasi dan
lainnya) di laksanakan oleh Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota, sedangkan pelayanan kesehatan yangdilaksanakan oleh Rumah Sakit,
BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dilakukan oleh
Pelaksana Verifikasi. Verifikasi ialah kegiatan evaluasi administrasi klaim yang dikemukakan PPK yang dilaksanakan oleh Pelaksana
Verifikasi dengan mengacu untuk standar evaluasi klaim. Tujuan
dilaksanakannya verifikasi ialah diperolehnya
hasil pengamalan program
Jamkesmas yangmerealisasikan prinsip
kendali ongkos dan kendali mutu.
Prosedur untuk mendapat pelayanan kesehatan untuk peserta, sebagai berikut:
1. Peserta yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar berangjangsana ke Puskesmas dan
jaringannya.
2. Untuk menemukan pelayanan kesehatan, peserta mesti mengindikasikan kartu yang keabsahan kepesertaannya merujuk
kepada susunan masyarakatkurang mampu yang diputuskan oleh Bupati/Walikota
setempat. Penggunaan SKTM melulu berlaku
untuk masing-masing kali
pelayanan kecuali padasituasi pelayanan
lanjutan berhubungan dengan
penyakitnya.
Apabila peserta Jamkesmas membutuhkan pelayanan kesehatan
rujukan, maka yang terkaitdirujuk
ke kemudahan pelayanan kesehatan
rujukan disertai surat rujukan dan kartu peserta yang diperlihatkan sejak mula sebelummenemukan pelayanan kesehatan, kecuali
pada permasalahan emergency.
Pentingnya perlindungan kesehatan tidak hanya untuk orang yang dapat (kaya) namun juga untuk orang miskin/tidak mampu. Oleh karena itu,butuh adanya
keadilan dalam pemberian pelayanan kesehatan tanpa adanya perbedaan kedudukan sosial ekonomi masyarakat.
(Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas 2008, http://www.
Tingkat-akses-dan-mutu-kualitas, pdf, diakses 10 Juli 2010).
Jamkesmas (Jaminan Kesehatan
Masyarakat) ialah program
pelayanan kesehatan gratis untuk masyarakat kurang mampu yang sebelumnyadinamakan Asuransi Kesehatan guna Masyarakat Miskin (Askeskin).
Program yang dibuka pada Tahun 2008 ini
dilanjutkan pada tahun 2009sebab (menurut keterangan dari pemerintah)
terbukti menambah akses rakyat kurang mampu terhadap layanan
kesehatan gratis. Program tersebut nantinya
terintegrasi atau menjadi unsur dari
Sistem Jaminan Sosial Nasional yang bertujuan memberi perlindungan sosial dan
kesehatan untuk seluruh lapisan
masyarakat. Jika Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) efektif diterapkan di
Indonesia, program Jamkesmas bakal disesuaikan
dengan sistem itu. Salah satunya,
penataan proporsi iuran pemerintah pusat dan wilayah untuk pembiayaan pemeliharaan kesehatan rakyat miskin.
(http://andy.web.id/jamkesmas.php, diakses 10 Juli 2010).
BAB III
METODEOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di Kabupaten ....... Adapun pengarang mengambil tempat tersebut untuk memahami bagaimana pelayanan
puskesmas terhadap pasien di kecamatan ...... kabupaten ....... Penelitian ini
akandilaksanakan selama 2 bulan yakni dari mulai Juni hingga dengan bulan Juli 2012.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan guna memperoleh cerminan secara jelastentang pelayanan puskesmas terhadap
pasien di kecamatan ...... kabupaten ....... Oleh sebab itu, jenis riset ini bisa dikategorikan ke dalamriset kualitatif, sebab dalam riset mengarah pada pendeskripsian secaramendetail dan mendalam
tentang potret situasi tentang
apa yangsebetulnya terjadi menurut keterangan dari apa adanya di
lapangan (H.B. Sutopo, 2002:111). Jenis
riset ini akan dapat menangkap sekian banyak informasi kualitatif dengan pemaparan teliti dan sarat nuansa, data yangdikoleksi berwujud ucapan-ucapan dalam kalimat atau
gambar yang mempunyai makna lebih
dari sekedar pengakuan jumlah
ataupun frekuensi dalam format angka
(H.B. Sutopo, 2002: 35).
3.3 Populasi dan Sampel
Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi ialah segala sesuatu yang
bakal dijadikan subyek riset dengan
mempunyai sifat dan ciri khas yang sama (M. Nasir,
2003:335), populasi yang
digunakan dalam riset ini ialah masyarakat selama dan
perawat puskesmas dan pasien dengan jumlah populasi yang diambil ialah berjumlah 100 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel dapat ditafsirkan sebagai atau wakil
populasi yang akandianalisis (Arikunto.
S. 2002:104). Cara pemungutan sampel
yang dipakai dalam riset ini ialah restriksi,
pemungutan sampel dengan proses mempersempit bisa jadi calon subyek
guna terpilih ke dalam sampel penelitian. Begitu pula andai jumlah subjeknya besar dapat dipungut antara 10 -15 % atau 20 -25
% atau lebih yakni berjumlah 25
orang.
3.4 Data dan Sumber Data
Sesuai dengan format pendekatan riset Kualitatif dan sumber data yangbakal digunakan, maka teknik pendataan data yang digunakan ialah dengan analisis dokumen,
observasi dan wawancara. Untuk
mengoleksi data dalampekerjaan penelitian dibutuhkan cara-cara atau teknik pendataan data tertentu, sampai-sampai proses riset dapat berlangsung lancar.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan format pendekatan riset Kualitatif dan sumber data yangbakal digunakan, maka teknik pendataan data yang digunakan ialah dengan analisis dokumen,
observasi dan wawancara. Untuk
mengoleksi data dalampekerjaan penelitian dibutuhkan cara-cara atau teknik pendataan data tertentu, sampai-sampai proses riset dapat berlangsung lancar.
Metode pendataan data yang
dipakai untuk mengoleksi data
dalam riset deskriptif
kuantitatif pada umumnya memakai teknik arsip dan library Research atas dasar
konsep tersebut, maka kedua teknik
pendataan data diatas dipakai dalam riset ini.
1. Dokumentasi
Analisis dokumen dilaksanakan untuk mengoleksi data yang bersumber daridokumentasi dan dokumen baik yang sedang di Bappeda dan BPS kabupaten
...... ataupun yang sedang di luar
institusi tersebut, yang terdapat hubungannya
dengan riset tersebut.
Berdasarkan
keterangan dari Arikunto (2005:132), teknik arsip yaitu "mencari data tentang hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, kegiatan dan sebagainya.
2. Librari Research (Kepustakaan)
Teknik pendataan data dalam
riset ini memakai penelitian
kepustakaan (Library Research), yakni dengan mengoleksi materi yang bisa menunjangriset (suharsimi, 2005: 61). Materi-materi data yang dibutuhkan didapat dari kitab dan tulisan dengan memakai media
internet.
3. Angket
Angket yang dipakai dalam riset im ialah angket
penyaring tertutupguna menilai jumlah
sampel.
4. Pengukuran
Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan
teknik mengukur denganmemakai bahan
atau alat lantas mencatat
hasilnya (Suharsimi Arikunto, 2005:133).
3.6 Teknik Pengambilan Sampel
Dalam riset ini pemungutan sampel dilaksanakan dengan memakai teknik snowball sampling.
Snowball sampling adalahsalah
satu cara dalampemungutan sample dari sebuah populasi. Dimana snowball
sampling iniialah termasuk dalam kiat non-probability sampling (sample
dengan probabilitas yang tidak sama).
Bagi metode pemungutan sample laksana ini khusus dipakai untuk data-data yang mempunyai sifat komunitas dari
subjektif responden/sample, atau dengan kata beda oblek sample yang kitamau sangat langka dan
mempunyai sifat mengelompok pada
sebuah Himpunan. Dengan kata
beda snowball sampling metode
pemungutan sampel dengan secara berantai (multi level).
Snowball sampling ialah metode untuk mengidentifikasi dan
memungut sampel lewat sebuah jaringan.
Ia didasarkan pada analogi bola salju, yangdibuka dalam ukuran kecil,
namun seiring proses, jumlahnya membesar. Snowball Sampling ialah teknik multi tahap. Ia dimual
dengan tidak banyak orang dan
membesar berkaitan pergerakan peneletian
(Sugiyono, 2001: 60).
3.7 Teknis Analisis Data
Analisis data adalahproses menata urutan data, mengorganisasikannya ke dalam sebuah pola dan sebuah uraian dasar. Proses analisis
data adalahusaha untuk mengejar jawaban atas pertanyaan perihal
rumusan dan hal-hal yang didapatkan dalam riset (Matthew B. Miles dan A.
Michael Huberman, 2007: 15).
Teknik analisis data yang dipakai dalam riset ini ialah analisis
data kualitatif. Penelitian ini
mendapat data berwujud ucapan-ucapan bukansusunan angka. Analisis kualitatif
menggunakan ucapan-ucapan yangseringkali disusun dalam teks yang
diperluas (H.B. Sutopo, 2002: 96).
Dengan model analisis ini,
analisis telah dilaksanakan sejak pendataan data. Dalam urusan ini ada tiga komponen analisis
yakni reduksi data, sajian data dan penarikan benang merah atau verivikasinya.
Sedangkan kegiatan dilakukan dalam
format interaktif dengan prosespendataan
data sebagai proses siklus. Dalam model ini peneliti tetap bergerak
dalam komponen analisis laksana tersebut
di atas (H.B. Sutopo, 2002: 96).
Ditengah-tengah waktu pendataan data dan analisis data pun akandilaksanakan audit data demi validitas data. Sedangkan sesudah pendataan data selesai, bila masih terdapat kelemahan data, dengan memakai waktu yang tersedia, maka
peneliti bisa kembali ke tempat penelitian untukpendataan data demi kemantapan
kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S, 2007. Prosedur Penelitian Praktek. Bandung: Reneka
Cipta.
Arif. 2007. Pemasaran Jasa Dan Kualitas Pelayanan, Malang:
penerbit Bayu Media Publishing.
Andi, 1996, Kepuasan Dalam Pelayanan, Jakarta
H.B. Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar Teori
dan Terapannya dalam Penelitian, Surakarta, UNS Press.
Lupioadi. 2001. Manajement Accounting (Akuntansi Manajemen).
Jakarta: penerbit Salemba Empat.
Ratminto & Atik SW. 2005. Manajemen Pelayanan: Pengembangan
Model Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter & SPM. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sugiono, 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Tjiptono, Fandy. 2000. Strategi Pemasaran. Yogyakarta. Penerbit
Andi.
0 Response to "Upaya Pelayanan Puskesmas Pada Pasien Jamkesmas Di Puskesmas"
Post a Comment