Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran Di Indonesia

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran Di Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah warga terbesar keempat didunia mempunyai potensi pasar yang lumayan besar dilihat dari segi input tenaga kerja. Jumlah warga yang besar bisa menggerakkan pasar dari sudut permintaan melewati multiplier effect sebab adanya aggregat demand yang tinggi. Sebagaisumber tenaga kerja, jumlah warga yang besar bisa menjadi penggerak perekonomian dari segi penawaran. Namun prakteknya yang dihadapi sampai saat ini, jumlah warga dan tenaga kerja yang besar tidak menjadi asset potensial yang bisa dikembangkan guna mendorongpekerjaan ekonomi tetapi secara tidak langsung menjadi beban negara dalampembangunan. Ada dua pandangan tentang pengaruh pertumbuhan warga terhadap pembangunan ekonomi. Pandangan kesatu menuliskan bahwa pertumbuhan warga yang cepat bisa menghambat perkembangan ekonomi. Pandangan kedua menuliskan bahwa warga yang besar adalahpemicuperkembangan ekonomi.Namun pada kesudahannya persoalan warga adalahbeban atau modal pembangunan ekonomi, persoalannya bukan semata-mata terletak pada besar kecil jumlahnya. Akan tetapi, pun tergantung pada kualitas dan kapasitas penduduk tersebut sendiri (Sofyardi, 1999).
Pembangunan pada dasarnya adalahproses multidimensial yang mencakup perubahan struktur sosial, evolusi dalam sikap hidup masyarakat danevolusi dalam kelembagaan (institusi) nasional. Pembangunan pun meliputievolusi dalam tingkat perkembangan ekonomi, pengurangan ketimpanganpenghasilan dan pemusnahan pengangguran. Untuk menjangkau sasaran yang diinginkan, maka pembangunan sebuah negara dapat ditunjukkan pada tigaurusan pokok yakni : menambah ketersediaan dan penyaluran kebutuhan pokok untuk masyarakat, menambah standar hidup masyarakat dan meningkatkan keterampilan masyarakat dalam mengakses baik pekerjaan ekonomi maupun pekerjaan sosial dalam kehidupannya (Todaro, 2004).

Tujuan pembangunan ekonomi sebuah negara ialah untuk menambah kesejahteraan dalam masyarakat. Negara Dunia Ketiga atau yang lebih tidak jarang disebut dengan Negara Sedang Berkembang (NSB) adalahnegara-negara yang membutuhkan perhatian lebih dalam aspek pembangunan ekonomi. Penyebab semakin meluasnya perhatian terhadap pembangunan ekonomi di negara sedang berkembang merupakan keinginan dari NSB guna dapatmemburu ketinggalan dan menambah kesejahteraan mereka.


Untuk menambah kesejahteraan masyarakat dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang bertambah dan penyaluran pendapatan yang merata. Pertumbuhan ekonomi ini diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan laju pertumbuhannya atas dasar harga konstan (Masli, 2008).
Pertumbuhan ekonomi yang cepat akan memunculkan ketimpangan penyaluran pendapatan urusan ini disebabkan tidak menyimak apakah perkembangan tersebut lebih banyak atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan warga atau evolusi sturktur ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi, masalah yangtidak jarang terjadi ialah masalah pemerataan dan kemiskinan.
Berdasarkan keterangan dari Kuznets (Todaro, 2004), pada mula pertumbuhan ekonomi, penyaluran pendapatan cendrung memburuk, tetapi pada etape selanjutnya, penyaluran pendapatan bakal membaik. Observasi ini dikenal sebagai kurva Kuznets “ U-terbalik”, yang dengan kata beda bahwa ketimpangan pada mula pertumbuhan bakal semakin memburuk, tetapi pada akhirnya, dengan semakin dewasanya perekonomian, perkembangan akaningin merata. Ketimpangan lebih tidak sedikit terjadi di Negara sedang berkembang.
Berdasarkan keterangan dari Wold Development report dalam Todaro (2004),ciri khas yang tidak jarang dijumpai di Negara berkembang pada umumya antara beda (1) standar hidup yang relatif rendah, ditunjukan dari tingkat penghasilan yang rendah, ketimpangan yang parah, kesehatan yang buruk, dan tidak cukup memadainya pendidikan, (2) tingkat produktifitas yang rendah, (3) tingkat petumbuhan warga serta beban ketergantungan yang tinggi, (4) kertergantungan penghasilan yang paling besar untuk produksi sektor pertanian serta ekspor produk-produk primer ( bahan-bahan mentah), (5) pasar yang tidak sempurna dan terbatasnya informasi yang tersedia, (6) kekuasaan ketergantungan, dan kerapuhan yang parah padanyaris semua aspek hubungan internasional.
Indonesia adalahsalah satu negara sedang berkembang yang mengerjakan pembangunan secara terarah dan intensif semenjak Pelita I (jaman orde baru yang dibuka 1 april 1969). Secara geografis, indonesia adalahNegara kepulauan yang terdiri atas lima pulau besar dan ribuan pulau kecil. Dalam perjalanannya mengemban pembangunan ekonomi baik dalam konteks Negara maupun wilayah kerapkali terjadi ketidakmerataan dan secara sparsialmemunculkan ketimpangan daerah, khususnya jawa dengan luar pulau jawa, antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) (Kuncoro, 2002).
Negara Indonesia terdiri atas 33 Provinsi mempunyai latar belakang perbedaan antar wilayah. Perbedaan ini berupa perbedaan ciri khas alam, sosial, ekonomi, dan sumber daya alam yang penyebarannya bertolak belakang disetiap provinsi. Perbedaan itu menjadi hambatan dalam pemerataan pembangunan ekonomi disebabkan terkonsentrasinya suatupekerjaan perekonomian yang dominan  meningkatnya perkembangan ekonomi di sejumlah provinsi atau distrik yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan alam yang dipunyai seharusnya bisa menjadikan nilai tambah dalam menambah pembangunan ekonomi. Kelebihan yang dipunyai tesebut diinginkan memberikan akibat menyebar (trickle down effect). Hanya saja kekayaan alam ini tidak dipunyai oleh semua Provinsi di Indonesia secara merata. Hal berikut yang menjadi di antara penyebabmunculnya ketimpangan atau kesenjangan antar daerah.
Ketimpangan pembangunan antar distrik dapat disaksikan dari perbedaan tingkat kesejahteraan (PDRB) dan perkembangan ekonomi antar wilayah. Tingkat perkembangan PDRB antar distrik tahun 2004-2008 menunjukan bahwa rata-rata perkembangan wilayah Sumatra sebesar 4,18%, distrik Jawa dan Bali sebesar 5,77%, distrik Kalimantan sebesar 3,57% dan distrik Sulawesi sebesar 7,57% distrik Nusa Tenggara, Maluku, dan Papuamerasakan pertumbuhan sebesar 2,43%.
Perekonomian Indonesia semenjak krisis ekonomi pada pertengahan 1997 membuat situasi ketenaga kerjaan Indonesia ikut memburuk. Sejak itu,perkembangan ekonomi Indonesia pun tidak pernah menjangkau 7-8 persen. Padahal, masalah pengangguran erat kaitannya dengan perkembangan ekonomi. Jika perkembangan ekonomi ada, otomatis penyerapan tenaga kerja pun ada. Setiap perkembangan ekonomi satu persen, tenaga kerja yang terserapdapat mencapai 400 ribu orang. Jika perkembangan ekonomi Indonesiamelulu 3-4 persen, tentunya melulu akan menyerap 1,6 juta tenaga kerja,sedangkan pencari kerja menjangkau rata-rata 2,5 juta pertahun. Sehingga, masing-masing tahun tentu ada saldo pencari kerja yang tidakmendapat  pekerjaan dan memunculkan jumlah pengangguran di Indonesia bertambah.
Bayangkan, pada 1997, jumlah penganggur terbuka menjangkau 4,18 juta. Selanjutnya, pada 1999 (6,03 juta), 2000 (5,81 juta), 2001 (8,005 juta), 2002 (9,13 juta) dan 2003 (11,35 juta). Sementara itu, data pekerja dan pengangguran menunjukkan, pada 2001: umur kerja (144,033 juta), angkatan kerja (98,812 juta), warga yang kerja (90,807 juta), penganggurtersingkap (8,005 juta), separuh penganggur darurat (6,010 juta),separuh penganggur sukarela (24,422 juta), pada 2002: umur kerja (148,730 juta), angkatan kerja (100,779 juta), warga yang kerja (91,647 juta), penganggur tersingkap (9,132 juta), separuh penganggur darurat (28,869 juta), separuh penganggur sukarela tidak diketahui jumlah pastinya. Hingga tahun 2002 saja telah tidak sedikit pengangguran,lagipula di tahun 2003 sampai 2007 tentu jumlah penggangguran semakinmeningkat dan menyebabkan kacaunya stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Angka pengangguran di Bireuen sampai akhir Oktober 2010 bertambah tajam dibandingkan sejumlah bulan sebelumnya. Hal tersebut terlihat dengan membludaknya angka pencari kerja di sejumlah. Bahkan informasinya pencari kerja kini ini menjangkau 5.256 orang.Kabid Tenaga Kerja Dinas Sosial, Kependudukan, Pencatatan Sipil, Transmigrasi dan Penangulangan Bencana Bireuen, Abdul Karim, mengatakan, semenjak tahun 2008 pemohon Ak/1 (kartu kuning) menjangkau 1.570 orang.
“Tahun 2009 pencari kerja menjangkau 2.479, Januari-September 2010, angka pencari kerja di Bireuen menjangkau 1.207 orang. Usaha untuk menggali lapangan kerja sampai kini tidak pernah kendor saat menjelang penerimaan pegawai negeri sipil dengan sekian banyak  jenjang edukasi sepertiketika ini mereka melamar guna calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kementerian Agama,” sebutnya, tadi malam.
Sedangkan angka pertumbuhan warga Bireuen sampai Oktober 2010menjangkau 389.024 jiwa, selama 1.510 jiwa diantaranya sudah tertampung menjadi karyawan/karyawati swasta serta CPNS/PNS, selebihnya masih menganggur.
Pengangguran dominan pada perkembangan ekonomi. Karena pengangguran memberikan akibat negatif langsung untuk perekonomian, sehinggamengakibatkan terhambatnya perkembangan nasional yang dampak jangka panjang ialah menurunnya GNP dan penghasilan per kapita sebuah negara. Namun tidak menutup bisa jadi untuk meminimalisir pengangguran, andai kita serius dan terus berjuang untuk menanggulangi pengangguran denganmenyaksikan penyebab terjadinya pengangguran tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam riset ini penulis memungut judul: “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran Di Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka bisa dirumuskan pokok permasalahannya sebagai berikut: Apakah pengaruh perkembangan ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan riset ini merupakan: Untuk memahami pengaruh perkembangan ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi guna penelitian menurut rumusan masalah dan tujuanialah sebagai berikut:
1. Untuk penulis
Melakukan riset ini dapat meningkatkan pengetahuan pengarang di dalam bidang pengaruh perkembangan ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia.
2. Untuk Pemerintah
Diharapkan riset ini bisa dijadikan pertimbangan untuk pemerintahwilayah setempat dalam rangka perencanaan dan menanggulangi pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia.
3. Untuk Universitas
Dapat berguna untuk kalangan akademisi dan pemerintah wilayah serta pihak-pihak berhubungan dalam perencanaan strategi menghadapi pengaruhperkembangan ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengangguran
2.1.1 Definisi Pengangguran
Pengangguran ialah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian yang secara aktif menggali pekerjaan namun belum memperolehnya (Sukirno, 2004: 28).
Selanjutnya International Labor Organization (ILO) memberikan pengertian pengangguran yaitu:
1. Pengangguran terbuka ialah seseorang yang termasuk kumpulan pendudukumur kerja yang sekitar periode tertentu tidak bekerja, dan mau menerima pekerjaan, serta sedang menggali pekerjaan.
2. Setengah pengangguran terpaksa ialah seseorang yang bekerja sebagai buruh karyawan dan pekerja berdikari (berusaha sendiri) yang sekitar periode tertentu secara darurat bekerja tidak cukup dari jam kerja normal, yang masih menggali pekerjaan beda atau masih mau mencarikegiatan lain/tambahan (BPS, 2001: 4).
Data pengangguran dikoleksi BPS melewati survei lokasi tinggal tangga,laksana Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), Sensus Penduduk (SP), Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Diantara sensus/survei itu Sakernas adalahsurvei yang dirancang untuk mengoleksi data ketenagakerjaan secara periodik. Saat ini Sakernas diadakan dua kali satu tahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus. (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara)
Berdasarkan pengertiannya, pengangguran dapat dipisahkan menjadi tiga, antara beda (Sukirno, 2004) :
1. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment)
Penganggguran terbuka ialah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidakmemiliki pekerjaan. Pengangguran ini terjadi terdapat yang sebab belum mendapat pekerjaan sebenarnya telah berjuang secara maksimal dan adapun yang sebab malas menggali pekerjaan atau malas bekerja.

2. Pengangguran Terselubung (Disguessed Unemployment)
Pengangguran terselubung yakni pengangguran yang terjadi sebab terlalu banyaknya tenaga kerja guna satu unit pekerjaan sebenarnya denganmeminimalisir tenaga kerja itu sampai jumlah tertentu tetap tidakmeminimalisir jumlah produksi. Pengangguran terselubung dapat juga terjadi sebab seseorang yang bekerja tidak cocok dengan bakat dan kemampuannya, kesudahannya bekerja tidak optimal.

3. Setengah Menganggur (Under Unemployment)
Setengah menganggur ialah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimalsebab tidak ada kegiatan untuk sedangkan waktu. Ada yang menuliskan bahwa tenaga kerja separuh menganggur ini ialah tenaga kerja yang bekerja tidak cukup dari 35 jam dalam seminggu atau tidak cukup dari 7 jam sehari. Misalnya seorang buruh bangunan yang telah menuntaskan pekerjaan di sebuah proyek, untuk sedangkan menganggur sambilmenantikan proyek berikutnya.
Pengangguran tersingkap (Open Unemployment) atau secara umum dinamakan dengan pengangguran, ialah penduduk umur kerja yang tidak memiliki pekerjaan apapun, yang secara aktif menggali pekerjaan. Pengangguran di negara-negara berkembang dapat dipilah kedalam dua kelompok, yakni pengangguran perkotaan dan pedesaan (BPS, 2000:8).

2.1.2 Jenis-jenis Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya
Berdasarkan keterangan dari Sukrino (2000), bila disaksikan dari sebab-sebab timbulnya, pengangguran dapat dipisahkan ke dalam sejumlah jenisinilah ini :
1. Pengangguran Friksional (Frictional unemployment)
Yaitu pengangguran yang timbul dampak perpindahan orang atau sekelompok orang dari satu wilayah ke wilayah lain, dari satu kegiatan kekegiatan yang beda dan sebab tahapan siklus hidup yang berbeda.
2. Pengangguran Struktural (Structural Unemployment)
Pengangguran ini terjadi sebab adanya evolusi dalam struktur perekonomian yang menyebabkan kekurangan di bidang kemahiran lain.
3. Pengangguran Siklus (Cyclical Unemployment)
Pengangguran ini terjadi sebab adanya gelombang konjungtur, yakni adanya resesi atau dekadensi dalam pekerjaan ekonomi.
4. Pengangguran teknologi
Pengangguran ini terjadi sebab adanya pemakaian alat–alat teknologi yang semakin modern.


5. Pengangguran Musiman
Pengangguran musiman terjadi sebab adanya evolusi musim.

2.1.3 Konsep Angkatan Kerja (Sukirno, 2004)
1. Bekerja Penuh (Employed)
Yaitu orang – orang yang bekerja sarat atau jam kerjanya lebih dari 35 jam/minggu .
2. Setengah Menganggur (Underemployed)
Yaitu mereka yang bekerja, namun belum dimanfaat secara penuh. Jam kerjanya tidak cukup dari 35 jam/minggu. Berdasarkan pengertian ini, tingkat pengangguran di Indonesia tergolong tinggi, yakni 35% per tahun.
3. Menganggur (Unemployed)
Yaitu mereka yang sama sekali tidak bekerja atau sedang menggali pekerjaan. Kelompok ini tidak jarang disebut Penganggur Terbuka. (Rahardja & Manurung, 2004:173)

2.1.4 Faktor Penyebab Pengangguran di negara-negara berkembang
Ada sejumlah faktor yang menjadi penyebab pengangguran di negara-negara berkembang, antara beda (Sukirno, 2004):
1. Kebijakan Pemerintah yang Tidak Tepat
Perekonomian di negara berkembang pada lazimnya dikategorikan ke dalam dua sektor, yakni sektor subsisten yang dianggap dan dicirikan sebagai sektor yang lamban, tradisional, terbelakang, dan memiliki pengangguran tidak kentara dan sektor canggih berupa pertambangan, perkebunan, dan industri. Pada kesudahannya pembangunan dibentuk dengan strategiekspansi sektor modern melewati akumulasi kapital. Dimana perkembangan sektor canggih akan menyerap angkatan kerja dari sektor tradisionalhingga pada kesudahannya tidak terdapat lagi yang tersisa.
Namun, pada kenyataannya, tidak seluruh negara berkembang dapat mengekor perkembangan dan peradaban industri. Yang berdampak kepada bertambahnya pemakaian teknologi yang padat kapital. Yang mendorong bertambahnya investasi. Selain tersebut juga, keyakinan yang salah yang memandangsesungguhnya dengan tingginya investasi maka peluang kerja pun bakal meningkat. Namun, pada kenyataannya, pemakaian teknologi yang tidak cukup tepat, mengakibatkan penyerapan peluang pun menjadi kecil. Dibeda pihak, kurangnya upaya pelatihan tenaga kerja, mengakibatkan langkanya angkatan kerja yang memliki skill. Yang pada akhirnya, memaksasemua pengusaha guna memilih proses mekanis.
2. Distorsi Harga Faktor Produksi
a. Tingginya Upah Di Sektor Modern
Upah yang berlaku guna tenaga kerja tak berskill di sektor canggih di negara-negara berkembang biasanya melebihi tingkat upah ekuilibrium pasar sebab adanya kepandaian upah minimum dari pemerintah, desakan serikat pekerja, dan perusahaan asing yang beroperasi di negara itu yangseringkali menilai upah lebih tinggi dari tingkat upah domestik. Pemerintah tidak jarang berinisiatif memberlakukan kepandaian upah minimum dengan argumentasi untuk menolong para pekerja miskin. Sering pula kepandaian pemerintah itu adalahpengaruh dari desakan serikat buruh.
Sementara itu, perusahaan asing yang bertempat di negara tersebutseringkali memberikan upah yang meskipun di bawah standar negara mereka,namun lebih tinggi dari standar dalam negeri untuk meyakinkanmenemukan tenaga kerja berbobot | berbobot | berkualitas dankesudahannya mendorong tingkat upah dalam negeri untuk ikut meningkat. Jika dihitung secara kasar di semua negara berkembang, Pendapatan per pekerja dari upah minimum sah ternyata sejumlah kali lebih tinggi daripada penghasilan per kapita negara tersebut. Hal ini akanmengakibatkan pengangguran yang lebih tinggi karena sejumlah studimengindikasikan tingkat upah yang tinggi akan meminimalisir penyerapan tenaga kerja.
b. Rendahnya Biaya Kapital
Beberapa kepandaian pemerintah sudah membuat ongkos kapital di negara-negara berkembang menjadi rendah, misalnya kepandaian mendorong investasi dengan mengenakan subsidi tingkat bunga dan potongan pajak, atau kebijkanmengawal tingkat kurs lebih rendah dari ekuilibrium pasar. Kurs yang rendah menciptakan harga barang impor, tergolong barang-barang kapital menjadi murah.
Kebijakan ini ditunjang pula dengan kepandaian pemerintah di negara-negara berkembang guna memprioritaskan impor dagangan kapital (supaya impornya tidak berupa barang konsumsi, namun barang-barang produktif),sampai-sampai sempurna mendorong pengusaha guna mengimpor dagangan kapital untuk perusahaannya, dan kesudahannya mengadopsi teknologi padat kapital yang bakal menyerap tidak banyak tenaga kerja.
c. Pengangguran Penduduk Berpendidikan Tinggi
Pengangguran tenaga kerja berpendidikan di negara-negara berkembang tersebut diakibatkan karena lapangan kerja tidak cocok dengan kurikulum yang diajarkan di bangku sekolah. Salah satu sebabnya ialah karena kurikulum yang dibentuk di negara-negara berkembang itu lebih condong ke ilmu sosial yang lebih mudah diadakan dari pada ilmu-ilmu alam dan kiat yang sebetulnya lebih diperlukan dibanyak perusahaan.
Di sisi lain semua lulusan itu lebih suka memilih untuk kegiatan yang mereka rasakan lebih sesuai dengan edukasi mereka yang menampik untuk bekerja di bidang lain, terutama andai bayarannya di bawah standar yang mereka inginkan. Pengangguran jenis ini memiliki kompleksitasnya sendiri.

2.1.5 Dampak Pengangguran
Berdasarkan keterangan dari Sukirno (2004), Adapun dampak-dampak pengangguran terhadap perekonomian, antara lain inilah ini :
1. Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian
a. Pengangguran mengakibatkan masyarakat tidak bisa memaksimumkan kesejahteraan yang barangkali dicapainya. Pengangguran mengakibatkan pendapatan nasional yang sebetulnya (actual output) dijangkau lebih rendah dari pada penghasilan nasional potensial (potential output). Keadaan ini berarti tingkat kemakmuran masyarakat yang dijangkau lebih rendah dari pada tingkat yang barangkali dicapainya.
b. Pengangguran mengakibatkan pendapatan pajak (tax revenue) pemerintah berkurang. Pengangguran yang disebabkan oleh tingkat pekerjaan ekonomi yang rendah, pada gilirannya akan mengakibatkan pendapatan yangdidapatkan pemerintah bakal semakin sedikit. Dengan demikian, pengangguran yang tinggi bakal mengurangi keterampilan pemerintah dalam menjalankan sekian banyak  kegiatan pembangunan.
c. Pengangguran tidak menggalakkan perkembangan ekonomi. Pengangguranmemunculkan dua dampak buruk untuk sektor swasta. Pertama, pengangguran tenaga kerja seringkali akan dibuntuti pula dengan keunggulan kapasitas mesin-mesin perusahaan. Keadaan ini jelas tidak bakal mendorong perusahaan untuk mengerjakan investasi di masa yang bakal datang. Kedua, pengangguran yang disebabkan kelesuan pekerjaan perusahaanmengakibatkan keuntungan berkurang. Keuntungan yang rendah mengurangikemauan perusahaan untuk mengerjakan investasi. Kedua urusan itu jelas tidak bakal menggalakkan perkembangan ekonomi di masa yang bakal datang.



2. Dampak Pengangguran terhadap Individu dan Masyarakat
a. Pengangguran mengakibatkan kehilangan mata pencaharian dan pendapatan. Di negara-negara maju, semua penganggur mendapat  tunjangan (bantuan keuangan) dari badan asuransi pengangguran, dan oleh karena itu, mereka masih memiliki pendapatan untuk mengongkosi kehidupan dan keluarganya. Di negara sedang berkembang tidak ada program asuransi pembangunan, dan karenanya kehidupan penganggur mesti diongkosi oleh simpanan masakemudian atau pinjaman (bantuan family dan teman-teman). Keadaan ini potensial dapat mengakibatkan pertengkaran dan kehidupan family yang tidak harmonis.
b. Pengangguran dapat mengakibatkan kehilangan keterampilan. Keterampilan dalam menggarap sesuatu pekerjaan melulu dapat dipertahankan bilamana keterampilan tersebut dipakai dalam praktek. Pengangguran dalam kurunmasa-masa yang lama akan mengakibatkan tingkat kemampuan pekerjaan menjadi semakin merosot.
c. Di samping hal-hal itu pengangguran bisa pula memunculkan ketidakstabilan sosial dan politik. Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat memunculkan rasa tidak puas masyarakatuntuk pemerintah yang berkuasa. Kegiatan-kegiatan kriminal sepertipencopetan dan perampokan dan beda sebagainya pun bakal semakin meningkat.


2.2. Pertumbuhan Ekonomi
2.1.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi ialah salah satu indikator yang amat urgen dalammengerjakan analisis mengenai pembangunan ekonomi yang terjadi padasebuah negara. Pertumbuhan ekonomi mengindikasikan sejauh mana kegiatan perekonomian bakal menghasilkan tambahan penghasilan masyarakat padasebuah periode tertentu. Karena pada dasarnya kegiatan perekonomianialah suatu proses pemakaian faktor-faktor buatan untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya bakal menghasilkan sebuah aliran balas jasa terhadap hal produksi yang dipunyai oleh masyarakat. Dengan adanya perkembangan ekonomi maka diinginkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik hal juga bakal turut meningkat. Perekonomian dirasakan mengalami perkembangan bila semua balas jasa rill terhadap pemakaianhal produksi pada tahun tertentu lebih banyak dari tahun sebelumnya (Mudrajad , 1997).
Dalam pekerjaan ekonomi sebenarnya, perkembangan ekonomi berartipertumbuhan ekonomi fisik. Beberapa pertumbuhan ekonomi jasmani yang terjadi di sebuah negara ialah pertambahan buatan barang dan jasa danpertumbuhan infrastruktur Semua urusan tersebut seringkali diukur dari perkembangan penghasilan nasional riil yang dijangkau suatu negara dalam periode tertentu.
Berdasarkan keterangan dari pandangan ekonom klasik, Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus dan John Staurt Mill, maupun ekonom neo klasik, Robert Solow dan Trevor Swan, menyampaikan bahwa pada dasarnyaterdapat empat hal yang memprovokasi pertumbuhan ekonomi yakni (1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok barang modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam, dan (4) tingkat teknologi yang dipakai (Sukirno, 1995:275). Suatu perekonomian disebutkan mengalami perkembangan atau berkembang bilamana tingkat pekerjaan ekonomi lebih tinggi dari pada apa yang dijangkau pada masa sebelumnya. Artinya pertumbuhan baru tercipta bilamana jumlah barang dan jasa yang didapatkan dalam perekonomian itu menjadimeningkat besar pada tahun-tahun berikutnya.
Adapun teori perkembangan ekonomi menurut keterangan dari teori Harrod – Domar yang dikembangkan secara terpisah dalam periode yang bersamaan oleh E.S Domar dan R.F Harrod. Keduanya menyaksikan pentingnya investasi terhadap perkembangan ekonomi, karena investasi akan menambah stok barang modal, yang memungkinkan penambahan output. Sumber dana dalam negeri untuk kebutuhan investasi berasal dari bagian buatan (pendapatan nasional) yang ditabung.
Berdasarkan keterangan dari Boediono (1985:1) perkembangan ekonomiialah proses eskalasi output per kapita dalam jangka panjang. Penekanannya pada proses, sebab proses berisi bagian dinamis. Para teoritisi ilmu ekonomi pembangunan masa kini, masih terus menyempurnakan makna, esensi dan konsep perkembangan ekonomi, Para teoritisi tersebutmengaku bahwa perkembangan ekonomi tidak melulu diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi pun diberi mutu yang mempunyai sifat inmaterial laksana kenikmatan, kepuasan, dan kebahagiaan dengan rasa aman dan tentram yang dialami masyarakat luas ( Arsyad, 1999: 141).
Salah satu kriteria keberhasilan pembangunan sebuah negara dapatdisaksikan dari besarnya output yang didapatkan oleh masyarakat yangterdapat di negara itu dalam sebuah jangka masa-masa tertentu. Peningkatan output ini diukur dalam format besaran Produk Domestik Bruto ( PDB ). Pendekatan yang sama bisa pula dipakai untuk mengukur keberhasilan pembangunan daerah. Output yang dipakai sebagai standarialah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ialah jumlah nilai buatan barang dan jasa yang didapatkan disuatu distrik atau wilayah dalam jangkamasa-masa tertentu seringkali satu tahun. Dalam penyusunan PDRBdibutuhkan data dari sekian banyak  kegiatan ekonomi yang berasaldarisekian banyak  sumber. Kegiatan ekonomi ialah kegiatan yang sehubungan dengan produksi, konsumsi, penyaluran dan akumulasi kekayaan.Secara Populer terdapat 3 metoda pendekatan penghitungan PDRB yakni kesatu, metoda pendekatan produksi; kedua metoda pendekatan pengeluaran dan yang terakhir ialah pendekatan pendapatan.
Ketiga cara penghitungan PDRB selanjutnya dijelaskan sebagai berikut (Efendi, 2001):
1. Berdasarkan keterangan dari pendekatan produksi, PDRB ialah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang didapatkan oleh bebagai unitbuatan didalam sebuah region dalam jangka masa-masa tertentu (satu tahun). Unit-unit itu di atas dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha yakni : (1) Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas dan Air Bersih, (5) Bangunan, (6) Perdagangan, Hotel dan Restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, (9) Jasa-jasa.
2. Berdasarkan keterangan dari pendekatan pengeluaran, PDRB ialah penjumlahan seluruh komponen permintaan akhir, yakni : (1) pengeluaranguna konsumsi lokasi tinggal tangga dan konsumsi lembaga swasta yang tidak menggali untung, (2) konsumsi pemerintah, (3) pembentukan modal tetap dalam negeri bruto, (4) evolusi stock, (5) ekspor netto disuatuwilayah dalam jangka masa-masa tertentu (satu tahun). Ekspor netto adalahekspor dikurangi impor. Ekspor dalam urusan ini tidak terbatasmelulu keluar negeri, namun termasuk pun yang melulu keluar daerah/wilayah, baik lewat laut, udara maupun lewat darat. Demikian pun kebalikannya yakni impor.
3. Berdasarkan keterangan dari pendekatan pendapatan, PDRB ialah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor buatan yang ikut serta dalam proses buatan disuatu wilayah dalam jangka masa-masa tertentu (satu tahun). Balas jasa hal produksi yang dimaksud ialah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya sebelum dicukur pajakpendapatan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi PDRB, kecuali hal pendapatan diatas, tergolong pula komponen penyempitan dan pajak tidak langsung netto. Jumlah seluruh komponen penghasilan per sektor inidinamakan sebagai nilai tambah bruto sektoral. PDRB adalahpenjumlahan nilai tambah bruto dari semua sektor (lapangan usaha).
Dari ketiga metoda pendekatan di atas, bisa ditarik benang merah bahwa jumlah pengeluaran untuk sekian banyak  kepentingan tadi mesti sama dengan jumlah produk barang dan jasa akhir yang didapatkan dan mestisama dengan jumlah penghasilan untuk faktor-faktor produksinya. PDRB yangsudah diuraikan diatas dinamakan sebagai PDRB atas dasar harga pasar,sebab mencakup komponen pajak tidak langsung netto.


2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
a. Sumber Daya Alam
Faktor utama yang memprovokasi perkembangan sebuah perekonomian ialah sumber alam atau tanah. "Tanah" sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi merangkum sumber alam laksana kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber lautan dan sebagainya. Tersedianya sumber alam secara membludak adalahhal yang penting. Suatu negara yang kelemahan sumber alam tidak bakal dapatmembina dengan cepat (Arsyad, 1997).
b. Akumulasi Modal
Akumulasi modal (capital accumulation) terjadi bilamana sebagian dari pendapatan disimpan dan diinvestasikan pulang dengan destinasi memperbesar output dan penghasilan di lantas hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, perlengkapan dan bahan baku menambah stok modal (capital stock) secara jasmani suatu negara dan urusan ini jelas memungkinkan bakal terjadinya penambahan output di masa yang bakal datang. Investasi produktif yang mempunyai sifat langsung itu harus dilengkapi dengan sekian banyak  investasi penunjang yang dinamakan dengan investasi "infrastruktur" ekonomi dan sosial.
Akumulasi modal akan meningkatkan sumber daya baru atau menambah kualitas sumber daya yang telah ada. Satu urusan yang urgen harusdicerna di sini ialah bahwasanya untuk menjangkau maksud investasi tersebut tidak jarang kali dituntut adanya pertukaran antara konsumsikini dan konsumsi mendatang. Artinya, pihak-pihak pelaku investasi mestimau mengorbankan atau meminimalisir konsumsi mereka pada ketika sekarang ini demi mendapat  konsumsi yang lebih baik di lantas hari.
Berdasarkan keterangan dari Rostow dalam Desi (2010) Akumulasi modal, yang mencakup semua format atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, perlengkapan fisik, dan modal atau sumber daya manusia. Investasi produktif yang mempunyai sifat langsung mesti dilengkapi dengan sekian banyak  investasi penunjang yang dinamakan investasi .infrastruktur. ekonomi dan sosial. Contohnya ialah pembangunan jalan-jalan raya, penyediaan listrik, persediaan air bersih dan perbaikan sanitasi, pembangunan kemudahan komunikasi dan sebagainya, yang kesemuanya tersebut mutlak diperlukan dalam rangka menunjang dan mengintegrasikan segenap kegiatan ekonomi produktif.
Investasi dalam pembinaan sumber daya insan dapat menambah kualitas modal manusia, sampai-sampai pada akhirnya bakal membawa akibat positif yang sama terhadap angka produksi, bahkan akan lebih banyak lagi menilik terus meningkatnya jumlah manusia. Pendidikan formal, program edukasi dan pelatihan kerja butuh lebih diefektifkan guna mencetak tenaga.tenaga terdidik dan sumber daya insan yang terampil. Logika konsep investasi dalam pembinaan sumber daya insan dan pembuatan modal insan (human capital)
c. Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja
Pertumbuhan warga dan angkatan kerja secara tradisional dirasakan sebagai salah satu hal positif yang memacu perkembangan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih banyak berarti akan meningkatkan jumlah tenaga kerja produktif, sementara pertumbuhan warga yang lebih banyak berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar.
Berdasarkan keterangan dari Rostow dalam Desi (2010) Pertumbuhan penduduk, yang pada akhirnya menggandakan jumlah angkatan kerja. Pertumbuhan warga dan perkembangan angkatan kerja secara tradisionaldirasakan sebagai salah satu hal positif yang memacu perkembangan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih banyak berarti akan meningkatkan jumlah tenaga kerja produktif, sementara pertumbuhan warga yang lebih banyak berarti menambah ukuran pasar domestiknya.
d. Kemajuan Teknologi
Dalam definisi yang sederhana, peradaban teknologi dicerminkan dengan ditemukannya teknik baru atau perbaikan atas cara-cara lama dalam menangani pekerjaan-pekerjaan (misalnya dalam proses produksi) yang lebihtepat guna dan efektif. Klasifikasi peradaban teknologi, yaituperadaban teknologi yang mempunyai sifat netral (netral technological progress), peradaban teknologi yang irit tenaga kerja (labor technological progress), dan peradaban teknologi yang irit modal (capital saving technological progress).

2.1.3. Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan keterangan dari Arsyad (1997), sejumlah macam indikator yang dapat dipakai untuk menyaksikan dan mengukur perkembangan ekonomiyakni :
1. Produk Domestik Bruto
PDB ialah jumlah barang dan jasa akhir yang didapatkan dalam harga pasar. Kelemahan. PDB sebagai ukuran perkembangan ekonomi ialah sifatnya yang global dan tidak menggambarkan kesejahteraan penduduk.

2. PDB per Kapita atau Pendapatan Perkapita
PDB per kapita adalahukuran yang lebih tepat karean telahmemperhitungkan jumlah penduduk. Jadi ukuran pendapatn perkapita bisa diketahui dengan membagiPDB dengan jumlah penduduk. Jika penghasilan Negara tersebut tinggi maka perkembangan ekonominya pun cepat namun sebaliknya andai pendapatan sebuah negaraitu di bawah rata – rata makaperkembangan ekonominya pun rendah.
3. Pendapatan Per jam Kerja
Suatu negara dapat disebutkan lebih maju dikomparasikan negara beda bila memiliki tingkat penghasilan atau upah per jam kerja yang lebih tinggi daripada upah per jam kerjadi negara lain guna jenis kegiatan yang sama.

2.3. Hubungan Pengangguran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Indonesia semenjak krisis ekonomi pada pertengahan 1997 membuat situasi ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk. Sejak itu,perkembangan ekonomi Indonesia pun tidak pernah menjangkau 7-8 persen. Padahal, masalah pengangguran erat kaitannya dengan perkembangan ekonomi. Jika perkembangan ekonomi ada, otomatis penyerapan tenaga kerja pun ada. Setiap perkembangan ekonomi satu persen, tenaga kerja yang terserapdapat mencapai 400 ribu orang. Jika perkembangan ekonomi Indonesiamelulu 3-4 persen, tentunya melulu akan menyerap 1,6 juta tenaga kerja,sedangkan pencari kerja menjangkau rata-rata 2,5 juta pertahun. Sehingga, masing-masing tahun tentu ada saldo pencari kerja yang tidakmendapat  pekerjaan dan memunculkan jumlah pengangguran di Indonesiameningkat (Sofyardi. 1999).
Bayangkan, pada 1997, jumlah penganggur terbuka menjangkau 4,18 juta. Selanjutnya, pada 1999 (6,03 juta), 2000 (5,81 juta), 2001 (8,005 juta), 2002 (9,13 juta) dan 2003 (11,35 juta). Sementara itu, data pekerja dan pengangguran menunjukkan, pada 2001: umur kerja (144,033 juta), angkatan kerja (98,812 juta), warga yang kerja (90,807 juta), penganggurtersingkap (8,005 juta), separuh penganggur darurat (6,010 juta),separuh penganggur sukarela (24,422 juta) (Sofyardi. 1999).
Salah satu aspek untuk menyaksikan kinerja perekonomian ialah seberapa efektif pemakaian sumber-sumber daya yang ada sampai-sampai lapangankegiatan adalahconcern dari pembuat kebijakan. Angkatan kerja adalahjumlah total dari pekerja dan pengangguran, sementara pengangguran adalahpersentase angkatan kerja yang menganggur.
Pertumbuhan ekonomi seringkali diikuti oleh terciptanya lapangankegiatan yang baru. Ketika ekonomi bertumbuh, berarti terdapatperkembangan produksi barang dan jasa. Ketika urusan ini terjadi makakeperluan akan tenaga kerja guna memproduksi barang dan jasa pun bakal tumbuh.
Pertumbuhan ekonomi dan pengangguran mempunyai hubungan yang erat sebab penduduk yang bekerja berkontribusi dalam menghasilkan barang dan jasasementara pengangguran tidak menyerahkan kontribusi. Studi yangdilaksanakan oleh ekonom Arthur Okun menunjukkan hubungan negatif antaraperkembangan ekonomi dengan pengangguran, sampai-sampai semakin tinggi tingkat pengangguran, semakin rendah tingkat perkembangan ekonomi.
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilaiperkembangan ekonomi 6 persen, yang dilangsungkan selama enam bulansemenjak triwulan IV tahun 2004 sampai triwulan I tahun 2005, sebagaiperkembangan tidak berbobot | berbobot | berkualitas karena tak dapat menekan pengangguran yang justeru naik 10,3 persen. Pertumbuhan ekonomitersebut dinilai semu sebab kesejahteraan masyarakat tidak semakin membaik.

2.4. Penelitian Sebelumnya
I Nyoman Budiantara, dkk (2010) dalam jurnal Relationship Pattern of Poverty and Unemployement in Indonesia with Bayesian Spline Approach. Variabel dalam riset ini ialah kemiskinan dan tingkat pengangguran. Hubungan model kemiskinan dan pengangguran di Indonesia didapatkan dalamformat kuadrat spline model dengan dua knot optimal yang mana persentase kemiskinan ialah dalam kurva kuadrat dan naik tahap saat tingkat pengangguran terbuka ialah kurang dari 3.87, dan akan ditampik ketikatersingkap tingkat pengangguran pindah antara 3.87 dan 4.24. Tapisesudah tingkat pengangguran terbukanya menjangkau 4.24, persentase kemiskinan re-patterned quadratically namun menurun perlahan-lahan.
Riswandi (2010) dalam skripsi hal yang memprovokasi pengangguran di sumatera barat pasca krisis ekonomi. Menunjukkan bahwa variableperkembangan ekonomi dan upah minimum regional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengangguran, sementara variable lainnya yakni pertumbuhan warga dan investasi swasta mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap pengangguran di sumatera barat. Oleh karena itu, pemerintah wilayah Sumbar perlu menambah Kesempatan kerja melewati upaya penambahan lapangan usaha dan kemampuan pekerja, penanaman modal disektor industry hendaknya mempunyai sifat padat karya. Dengan pengoptimalan sumber-sumber daya insan yang terdapat dengan tingkatedukasi yang bervariatif dan dapat diajar sesuai dengan kemauan pasar kerja, maka di samping akan menambah pendapatan wilayah juga akandominan  pada pengurangan jumlah pengangguran. Di samping itu, keamananmengerjakan investasi baik ditinjau dari pihak masyarakat maupun pemerintah di wilayah juga menjadi penentu inginkan atau tidaknya investor mengerjakan investasi dengan mengawal isu-isu tentang wilayah baik isu social, ekonomi maupun politik yang akan memprovokasi perkembangan investasi di wilayah tersebut.

2.5. Hipotesis
Berdasarkan teori dan hubungan antara destinasi penelitian, kerangka pemikiran terhadap rumusan masalah, maka hipotesis atau jawaban sedangkan dari riset ini ialah diduga perkembangan sangat berengaruh terhadap tinggkat pengangguran di Indonesia.

BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam mengemban suatu penelitian supaya dapat memperoleh cerminan yang lebih jelas tentang langkah-langkah yang mesti ditempuh dalam menghadapi masalah dan bagaimana cara-cara menanggulangi masalah, penulismengerjakan serangkaian proses penelitian.
Berdasarkan keterangan dari Marjuki (2005;10) tahapan penelitian ialah : “ serangkaian proses riset dimana peneliti dari mula yaitu menghadapi masalah berupaya guna memecahkan masalah sampai memungut keputusan berupa benang merah bagaimana hasil riset dan memecahkan masalah atau tidak”. Dalam riset ini teknik riset yang dipakai penulis mempunyai sifat studi komperatif, sementara metode yang digunakan ialah metode deskriftif analitis, yakni metode yang berjuang mengumpulkan data yangcocok dengan suasana yang sebenarnya, menyajikan dan menganalisisnyasampai-sampai dapat menyerahkan perbandingan yang lumayan jelastentang objek yang dianalisis yang lantas dapat ditarik sebuah kesimpulan.

3.1 Jenis Penelitian
Jenis riset yang penulis pakai yaitu riset deskriptif. Penelitian deskriptif ialah suatu format penelitian yang ditujukan guna mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik gejala alamiah maupun fenomena produksi manusia. Fenomena itu dapat berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara gejala yang satu dengan gejala lainnya, Sukmadinata (2006:72).

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi ialah segala sesuatu yang bakal dijadikan subjek riset dengan mempunyai sifat dan ciri khas yang sama (M. Nasir, 2003:335). Sedangkan sampel ialah bagian dari populasi yang akan dianalisis (Suharsimi Arikunto, 2002:104).
Sampel diputuskan dengan berpedoman pada pendapat Arikunto (2002:112) yang menuliskan bilamana populasi lebih dari 100 orang, maka akandipungut dengan memutuskan persentase, yakni antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung pada keterampilan peneliti. Apabila populasi tidak cukup dari 100 orang, maka dipungut sepenuhnya guna dijadikan sebagai sampel.

3.3 Tekhnik pendataan data
Penelitian Kepustakaan
Penelitian kepustakaan ialah mencari informasi-informasi tambahanmelewati buku-buku, literatur, journal dan sumber-sumber lainnya untukmenyokong hasil riset ini. Studi ini dibutuhkan sebagai pembanding data yang didapatkan dengan riset dan informasi yang sudah ada sebelumnya.

Penelitan Lapangan

Observasi

Observasi yaitu pekerjaan pengumpulan data di lapangan dengan teknik melihat langsung dan meneliti objek penelitian.
Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik mengumpulkan data melewati peninggalan tertulis, laksana arsip-arsip dan pun termasuk pun buku-buku tertulis. Untuk mendapat  data tentang kemiskinan yang terdapat di Indonesia dan berapa besarnya laju perkembangan ekonomi maka datanya dapat didapatkan melalui lembaga-lembaga bersangkutan.

Kuisioner
Kuisioner adalahsekumpulan pertanyaan tertulis yang diserahkan kepadanarasumber untuk di jawab. Kuisioner pun adalahsuatu media pendataan data yang di pakai oleh seseorang guna mengindentifikasikan suatupersoalan tertentu sehigga terjadi interaksi dua arah (melalui pertanyaan tertulis) antara peneliti dan respondennya.

3.4 Operasional Variabel
Variabel penelitian ialah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yangdiputuskan oleh peneliti guna dipelajari sehingga didapatkan informasimengenai hal tersebut, lantas ditarik kesimpulannya. Definisi Operasional ialah variabel yang dipakai untuk membuka kemungkinandilaksanakan sebagai dasar peneliti lanjutan untuk orang beda (Notoatmodjo, 2007).
Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Skala ukur
1 Pertumbuhan ekonomi (Y) Hasil tahu yang diperoleh dari narasumber terhadap pengaruh perkembangan ekonomi Menyebarkan kuesioner Kuesioner Ordinal
2 Pengangguran di Indonesia (X) Hasil yang di dapatkan dari narasumber terhadap pengangguran di Indonesia Menyebarkan kuesioner Kuesioner NominaI

3.5 Tekhnik Analisa Data
Pengolahan data
Pengolahan data adalahsalah satu tahapan yang urgen dalam sebuah penelitian, oleh karena tersebut dengan langkah-langkah pengolahan data, antara lain inilah ini (Notoatmodjo, 2005):
Memeriksa data (Editing)
Hasil wawancara atau angket yang didapatkan atau dikoleksi melalui koesioner butuh di edit terlebih dahulu, andai masih terdapat data atau informasi yang tidak menyeluruh dan tidak munhkin dilaksanakan wawancara ulang, maka kuesioner itu dikeluarkan (droup out).
Pengkodean (Coding)
Kode ialah mengganti data yang berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
Memasukkan data (Data Entry)
Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak eksemplar kode atau kartu kodecocok dengan jawaban setiap pertanyaan.
Tabulasi (Tabulating)
Yaitu menciptakan tabel-tabel data cocok dengan tujuan riset yangdiharapkan oleh peneliti.
Analisa Data
Analisa univariat
Analisa data dilaksanakan dengan teknik deskriptif dengan teknik menggunakan formula Machfoedz (2009).

Keterangan : P = Presentase
F = Jumlah jawaban yang benar
N = Jumlah soal
Analisa bivariat
Setelah dilaksanakan univariat dilaksanakan bivariat untuk menyaksikan pengaruh perkembangan ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia, danmemakai uji x2 (chi square) dengan tingkat penerimaan <0,05 (p≤0,05) analisa dilaksanakan dengan pertolongan SPSS versi 16.
x^2=∑((O-E))/E
Keterangan : x2 : Chi Square test
O : Nilai yang dicermati dalam format sampel
E : Nilai yang diinginkan dari suatu tesebut
Adapun peraturan yang dipakai ialah Ho : diterima andai hasil uji statistik x2 hitung < x2 tabel atau p > 0,05, Ho ditampik jika hasil uji statistik statistik x2 hitung ≥ x2 tabel atau p ≤ 0,05, tingkat keyakinan (conmfiedencel level) 95% dan pada derajat keterbatasan (degree of freedom): (b-1) (k-1)s.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Machfoedz, Irham. (2009). Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Fitramaya.

Marzuki, (2005), Metodologi Riset, Ekonisia, Yogyakarta.

Moch.Nazir. (2003), Metode Penelitian, Salemba Empat, Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyaraka: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Tindakan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran Di Indonesia"

Post a Comment