Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran Di Indonesia
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran Di Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara
berkembang dengan jumlah warga terbesar
keempat didunia mempunyai potensi
pasar yang lumayan besar dilihat dari segi input tenaga kerja. Jumlah warga yang besar bisa menggerakkan pasar dari sudut
permintaan melewati multiplier
effect sebab adanya aggregat
demand yang tinggi. Sebagaisumber tenaga kerja, jumlah warga yang besar bisa menjadi
penggerak perekonomian dari segi penawaran.
Namun prakteknya yang dihadapi sampai saat ini, jumlah warga dan tenaga kerja yang besar
tidak menjadi asset potensial yang bisa
dikembangkan guna mendorongpekerjaan ekonomi tetapi secara tidak langsung menjadi
beban negara dalampembangunan. Ada dua pandangan tentang pengaruh pertumbuhan warga terhadap pembangunan ekonomi. Pandangan kesatu menuliskan bahwa pertumbuhan warga yang cepat bisa menghambat perkembangan ekonomi. Pandangan kedua menuliskan bahwa warga yang besar adalahpemicuperkembangan ekonomi.Namun pada kesudahannya persoalan
warga adalahbeban atau modal pembangunan ekonomi, persoalannya bukan
semata-mata terletak pada besar kecil jumlahnya. Akan tetapi, pun tergantung pada kualitas dan
kapasitas penduduk tersebut sendiri
(Sofyardi, 1999).
Pembangunan pada dasarnya adalahproses multidimensial yang mencakup perubahan struktur sosial, evolusi dalam sikap hidup masyarakat
danevolusi dalam kelembagaan
(institusi) nasional. Pembangunan pun meliputievolusi dalam tingkat perkembangan ekonomi, pengurangan
ketimpanganpenghasilan dan pemusnahan pengangguran. Untuk menjangkau sasaran yang diinginkan,
maka pembangunan sebuah negara
dapat ditunjukkan pada tigaurusan pokok yakni : menambah ketersediaan
dan penyaluran kebutuhan pokok untuk masyarakat, menambah standar hidup masyarakat dan
meningkatkan keterampilan masyarakat
dalam mengakses baik pekerjaan ekonomi
maupun pekerjaan sosial dalam
kehidupannya (Todaro, 2004).
Tujuan pembangunan ekonomi sebuah negara ialah untuk menambah kesejahteraan
dalam masyarakat. Negara Dunia Ketiga atau yang lebih tidak jarang disebut dengan Negara Sedang Berkembang (NSB) adalahnegara-negara yang membutuhkan perhatian lebih dalam
aspek pembangunan ekonomi. Penyebab semakin meluasnya perhatian terhadap
pembangunan ekonomi di negara sedang berkembang merupakan keinginan dari NSB guna dapatmemburu ketinggalan
dan menambah kesejahteraan mereka.
Untuk menambah kesejahteraan masyarakat dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang bertambah dan penyaluran pendapatan
yang merata. Pertumbuhan ekonomi ini diukur dengan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) dan laju pertumbuhannya atas dasar harga konstan (Masli, 2008).
Pertumbuhan ekonomi yang cepat
akan memunculkan ketimpangan penyaluran pendapatan urusan ini disebabkan tidak menyimak
apakah perkembangan tersebut lebih banyak atau lebih kecil dari
tingkat pertumbuhan warga atau evolusi sturktur ekonomi. Dalam
pembangunan ekonomi, masalah yangtidak
jarang terjadi ialah masalah
pemerataan dan kemiskinan.
Berdasarkan
keterangan dari Kuznets (Todaro, 2004), pada mula pertumbuhan ekonomi,
penyaluran pendapatan cendrung memburuk, tetapi pada etape selanjutnya, penyaluran pendapatan bakal membaik. Observasi ini dikenal
sebagai kurva Kuznets “ U-terbalik”, yang dengan kata beda bahwa ketimpangan pada mula pertumbuhan bakal semakin
memburuk, tetapi pada akhirnya,
dengan semakin dewasanya perekonomian,
perkembangan akaningin merata.
Ketimpangan lebih tidak sedikit terjadi
di Negara sedang berkembang.
Berdasarkan
keterangan dari Wold Development report dalam Todaro (2004),ciri khas yang tidak jarang dijumpai di Negara berkembang pada umumya antara beda (1) standar hidup yang relatif
rendah, ditunjukan dari tingkat
penghasilan yang rendah, ketimpangan yang parah, kesehatan yang buruk,
dan tidak cukup memadainya
pendidikan, (2) tingkat produktifitas yang rendah, (3) tingkat petumbuhan warga serta beban ketergantungan yang
tinggi, (4) kertergantungan penghasilan
yang paling besar untuk produksi sektor pertanian serta
ekspor produk-produk primer ( bahan-bahan mentah), (5) pasar yang tidak
sempurna dan terbatasnya informasi yang tersedia, (6) kekuasaan ketergantungan, dan kerapuhan yang parah padanyaris semua aspek hubungan
internasional.
Indonesia adalahsalah satu negara sedang berkembang yang mengerjakan pembangunan secara
terarah dan intensif semenjak Pelita
I (jaman orde baru yang dibuka 1
april 1969). Secara geografis, indonesia adalahNegara kepulauan yang terdiri atas lima pulau besar dan
ribuan pulau kecil. Dalam perjalanannya
mengemban pembangunan ekonomi baik dalam konteks Negara maupun wilayah kerapkali terjadi
ketidakmerataan dan secara sparsialmemunculkan
ketimpangan daerah, khususnya jawa
dengan luar pulau jawa, antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur
Indonesia (KTI) (Kuncoro, 2002).
Negara Indonesia terdiri atas 33
Provinsi mempunyai latar
belakang perbedaan antar wilayah. Perbedaan ini berupa perbedaan ciri khas alam, sosial, ekonomi, dan
sumber daya alam yang penyebarannya
bertolak belakang disetiap provinsi. Perbedaan itu menjadi hambatan dalam pemerataan pembangunan ekonomi disebabkan terkonsentrasinya suatupekerjaan perekonomian yang dominan meningkatnya perkembangan ekonomi di
sejumlah provinsi atau distrik yang
mempunyai sumber daya alam yang
melimpah. Kekayaan alam yang dipunyai seharusnya bisa menjadikan nilai tambah dalam menambah pembangunan ekonomi.
Kelebihan yang dipunyai tesebut diinginkan memberikan akibat menyebar (trickle down
effect). Hanya saja kekayaan alam ini tidak dipunyai oleh semua Provinsi
di Indonesia secara merata. Hal berikut
yang menjadi di antara penyebabmunculnya ketimpangan atau kesenjangan
antar daerah.
Ketimpangan pembangunan antar distrik dapat disaksikan dari perbedaan tingkat kesejahteraan (PDRB) dan perkembangan ekonomi antar wilayah.
Tingkat perkembangan PDRB antar distrik tahun 2004-2008 menunjukan
bahwa rata-rata perkembangan wilayah
Sumatra sebesar 4,18%, distrik Jawa
dan Bali sebesar 5,77%, distrik Kalimantan
sebesar 3,57% dan distrik Sulawesi
sebesar 7,57% distrik Nusa
Tenggara, Maluku, dan Papuamerasakan pertumbuhan
sebesar 2,43%.
Perekonomian Indonesia semenjak krisis ekonomi pada
pertengahan 1997 membuat situasi ketenaga
kerjaan Indonesia ikut memburuk. Sejak itu,perkembangan ekonomi Indonesia pun tidak pernah
menjangkau 7-8 persen. Padahal, masalah pengangguran erat kaitannya
dengan perkembangan ekonomi.
Jika perkembangan ekonomi ada,
otomatis penyerapan tenaga kerja pun ada.
Setiap perkembangan ekonomi satu
persen, tenaga kerja yang terserapdapat
mencapai 400 ribu orang. Jika
perkembangan ekonomi Indonesiamelulu
3-4 persen, tentunya melulu akan
menyerap 1,6 juta tenaga kerja,sedangkan
pencari kerja menjangkau rata-rata
2,5 juta pertahun. Sehingga,
masing-masing tahun tentu ada saldo pencari kerja yang tidakmendapat pekerjaan dan memunculkan jumlah pengangguran di Indonesia bertambah.
Bayangkan, pada 1997, jumlah
penganggur terbuka menjangkau 4,18
juta. Selanjutnya, pada 1999 (6,03 juta), 2000 (5,81 juta), 2001 (8,005 juta),
2002 (9,13 juta) dan 2003 (11,35 juta). Sementara itu, data pekerja dan
pengangguran menunjukkan, pada 2001:
umur kerja (144,033 juta), angkatan kerja (98,812 juta), warga yang kerja (90,807 juta),
penganggurtersingkap (8,005
juta), separuh penganggur darurat (6,010 juta),separuh penganggur sukarela (24,422
juta), pada 2002: umur kerja
(148,730 juta), angkatan kerja (100,779 juta), warga yang kerja (91,647 juta), penganggur tersingkap (9,132 juta),
separuh penganggur darurat (28,869
juta), separuh penganggur
sukarela tidak diketahui jumlah pastinya. Hingga tahun 2002 saja telah tidak sedikit pengangguran,lagipula di tahun 2003 sampai 2007 tentu jumlah penggangguran semakinmeningkat dan menyebabkan kacaunya
stabilitas pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Angka pengangguran di Bireuen sampai akhir Oktober 2010 bertambah tajam dibandingkan sejumlah bulan sebelumnya. Hal tersebut terlihat dengan membludaknya
angka pencari kerja di sejumlah. Bahkan
informasinya pencari kerja kini ini menjangkau 5.256 orang.Kabid Tenaga
Kerja Dinas Sosial, Kependudukan, Pencatatan Sipil, Transmigrasi dan
Penangulangan Bencana Bireuen, Abdul Karim, mengatakan, semenjak tahun 2008 pemohon Ak/1 (kartu kuning) menjangkau 1.570 orang.
“Tahun 2009 pencari kerja menjangkau 2.479, Januari-September
2010, angka pencari kerja di Bireuen menjangkau
1.207 orang. Usaha untuk
menggali lapangan kerja sampai kini
tidak pernah kendor saat menjelang
penerimaan pegawai negeri sipil dengan
sekian banyak jenjang edukasi sepertiketika ini mereka melamar guna calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS) Kementerian Agama,” sebutnya, tadi malam.
Sedangkan angka pertumbuhan warga Bireuen sampai Oktober 2010menjangkau
389.024 jiwa, selama 1.510
jiwa diantaranya sudah tertampung
menjadi karyawan/karyawati swasta serta CPNS/PNS, selebihnya masih menganggur.
Pengangguran dominan pada perkembangan ekonomi. Karena pengangguran memberikan akibat negatif langsung untuk perekonomian, sehinggamengakibatkan terhambatnya perkembangan nasional yang dampak jangka panjang ialah menurunnya GNP dan penghasilan per kapita sebuah negara. Namun tidak menutup bisa jadi untuk meminimalisir pengangguran, andai kita serius dan terus berjuang untuk menanggulangi pengangguran denganmenyaksikan penyebab terjadinya pengangguran tersebut.
Berdasarkan latar belakang
tersebut, dalam riset ini
penulis memungut judul:
“Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran Di Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka bisa dirumuskan pokok permasalahannya
sebagai berikut: Apakah pengaruh
perkembangan ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
diatas, maka tujuan riset ini merupakan: Untuk memahami pengaruh perkembangan ekonomi terhadap
pengangguran di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi guna penelitian menurut rumusan masalah dan tujuanialah sebagai berikut:
1. Untuk penulis
Melakukan riset ini dapat
meningkatkan pengetahuan
pengarang di dalam bidang pengaruh perkembangan ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia.
2. Untuk Pemerintah
Diharapkan riset ini bisa dijadikan
pertimbangan untuk pemerintahwilayah setempat dalam rangka
perencanaan dan menanggulangi pertumbuhan
ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia.
3. Untuk Universitas
Dapat berguna untuk kalangan akademisi dan
pemerintah wilayah serta pihak-pihak berhubungan dalam perencanaan
strategi menghadapi pengaruhperkembangan
ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengangguran
2.1.1 Definisi Pengangguran
Pengangguran ialah jumlah tenaga kerja dalam
perekonomian yang secara aktif menggali
pekerjaan namun belum
memperolehnya (Sukirno, 2004: 28).
Selanjutnya International Labor
Organization (ILO) memberikan
pengertian pengangguran yaitu:
1. Pengangguran terbuka ialah seseorang yang termasuk kumpulan pendudukumur kerja yang sekitar periode tertentu tidak bekerja, dan mau menerima pekerjaan, serta sedang menggali pekerjaan.
2. Setengah pengangguran terpaksa ialah seseorang yang bekerja sebagai
buruh karyawan dan pekerja berdikari (berusaha
sendiri) yang sekitar periode
tertentu secara darurat bekerja tidak cukup dari jam kerja normal,
yang masih menggali pekerjaan beda atau masih mau mencarikegiatan lain/tambahan (BPS, 2001: 4).
Data pengangguran dikoleksi BPS melewati survei lokasi
tinggal tangga,laksana Survei
Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), Sensus Penduduk (SP), Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS), dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Diantara
sensus/survei itu Sakernas adalahsurvei yang dirancang untuk mengoleksi data ketenagakerjaan
secara periodik. Saat ini Sakernas
diadakan dua kali satu tahun yaitu
pada bulan Februari dan Agustus. (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara)
Berdasarkan pengertiannya,
pengangguran dapat dipisahkan menjadi
tiga, antara beda (Sukirno,
2004) :
1. Pengangguran Terbuka (Open
Unemployment)
Penganggguran terbuka ialah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidakmemiliki pekerjaan. Pengangguran ini
terjadi terdapat yang sebab belum mendapat pekerjaan sebenarnya telah berjuang secara maksimal dan adapun yang sebab malas menggali pekerjaan
atau malas bekerja.
2. Pengangguran Terselubung
(Disguessed Unemployment)
Pengangguran terselubung yakni pengangguran yang terjadi sebab terlalu banyaknya tenaga kerja guna satu unit pekerjaan sebenarnya denganmeminimalisir tenaga kerja itu sampai jumlah tertentu tetap
tidakmeminimalisir jumlah
produksi. Pengangguran terselubung
dapat juga terjadi sebab seseorang
yang bekerja tidak cocok dengan
bakat dan kemampuannya, kesudahannya bekerja
tidak optimal.
3. Setengah Menganggur (Under
Unemployment)
Setengah menganggur ialah tenaga kerja yang tidak bekerja
secara optimalsebab tidak ada kegiatan untuk sedangkan waktu. Ada yang
menuliskan bahwa tenaga kerja
separuh menganggur ini ialah tenaga
kerja yang bekerja tidak cukup dari
35 jam dalam seminggu atau tidak cukup dari
7 jam sehari. Misalnya seorang buruh bangunan yang telah menuntaskan pekerjaan di
sebuah proyek, untuk sedangkan menganggur
sambilmenantikan proyek
berikutnya.
Pengangguran tersingkap (Open Unemployment) atau
secara umum dinamakan dengan
pengangguran, ialah penduduk umur kerja yang tidak memiliki pekerjaan apapun, yang
secara aktif menggali pekerjaan.
Pengangguran di negara-negara berkembang
dapat dipilah kedalam dua kelompok, yakni pengangguran perkotaan dan pedesaan (BPS, 2000:8).
2.1.2 Jenis-jenis Pengangguran
Berdasarkan Penyebabnya
Berdasarkan
keterangan dari Sukrino (2000),
bila disaksikan dari sebab-sebab timbulnya, pengangguran dapat dipisahkan ke dalam sejumlah jenisinilah ini :
1. Pengangguran Friksional
(Frictional unemployment)
Yaitu pengangguran yang timbul dampak perpindahan orang atau
sekelompok orang dari satu wilayah ke wilayah lain, dari satu kegiatan kekegiatan yang beda dan sebab tahapan siklus hidup yang
berbeda.
2. Pengangguran Struktural
(Structural Unemployment)
Pengangguran ini terjadi sebab adanya evolusi dalam struktur perekonomian yang menyebabkan kekurangan di bidang kemahiran lain.
3. Pengangguran Siklus (Cyclical
Unemployment)
Pengangguran ini terjadi sebab adanya gelombang konjungtur, yakni adanya resesi atau dekadensi dalam pekerjaan ekonomi.
4. Pengangguran teknologi
Pengangguran ini terjadi sebab adanya pemakaian alat–alat teknologi yang semakin modern.
5. Pengangguran Musiman
Pengangguran musiman terjadi sebab adanya evolusi musim.
2.1.3 Konsep Angkatan Kerja
(Sukirno, 2004)
1. Bekerja Penuh (Employed)
Yaitu orang – orang yang bekerja sarat atau jam kerjanya lebih dari 35
jam/minggu .
2. Setengah Menganggur
(Underemployed)
Yaitu mereka yang bekerja, namun belum dimanfaat secara penuh.
Jam kerjanya tidak cukup dari 35
jam/minggu. Berdasarkan pengertian ini,
tingkat pengangguran di Indonesia
tergolong tinggi, yakni 35%
per tahun.
3. Menganggur (Unemployed)
Yaitu mereka yang sama sekali
tidak bekerja atau sedang menggali pekerjaan.
Kelompok ini tidak jarang disebut
Penganggur Terbuka. (Rahardja & Manurung, 2004:173)
2.1.4 Faktor Penyebab
Pengangguran di negara-negara berkembang
Ada sejumlah faktor yang menjadi penyebab pengangguran di
negara-negara berkembang, antara beda (Sukirno,
2004):
1. Kebijakan Pemerintah yang
Tidak Tepat
Perekonomian di negara berkembang
pada lazimnya dikategorikan ke
dalam dua sektor, yakni sektor
subsisten yang dianggap dan
dicirikan sebagai sektor yang lamban, tradisional, terbelakang, dan memiliki pengangguran tidak kentara
dan sektor canggih berupa
pertambangan, perkebunan, dan industri. Pada kesudahannya pembangunan
dibentuk dengan strategiekspansi
sektor modern melewati akumulasi
kapital. Dimana perkembangan sektor canggih akan menyerap angkatan kerja
dari sektor tradisionalhingga pada kesudahannya tidak terdapat lagi yang tersisa.
Namun, pada kenyataannya, tidak seluruh negara berkembang dapat mengekor perkembangan dan peradaban industri. Yang berdampak kepada bertambahnya pemakaian teknologi yang
padat kapital. Yang mendorong
bertambahnya investasi. Selain
tersebut juga, keyakinan yang
salah yang memandangsesungguhnya dengan
tingginya investasi maka peluang kerja
pun bakal meningkat. Namun, pada
kenyataannya, pemakaian teknologi
yang tidak cukup tepat, mengakibatkan penyerapan peluang pun menjadi kecil. Dibeda pihak, kurangnya upaya pelatihan
tenaga kerja, mengakibatkan langkanya
angkatan kerja yang memliki skill. Yang pada akhirnya, memaksasemua pengusaha guna memilih proses mekanis.
2. Distorsi Harga Faktor Produksi
a. Tingginya Upah Di Sektor
Modern
Upah yang berlaku guna tenaga kerja tak berskill di
sektor canggih di negara-negara
berkembang biasanya melebihi
tingkat upah ekuilibrium pasar sebab adanya kepandaian upah minimum dari pemerintah, desakan serikat pekerja, dan perusahaan asing yang beroperasi di
negara itu yangseringkali menilai upah lebih tinggi
dari tingkat upah domestik. Pemerintah
tidak jarang berinisiatif memberlakukan kepandaian upah minimum dengan argumentasi untuk menolong para pekerja miskin. Sering
pula kepandaian pemerintah itu adalahpengaruh dari desakan serikat buruh.
Sementara itu, perusahaan asing
yang bertempat di negara
tersebutseringkali memberikan
upah yang meskipun di bawah standar negara mereka,namun lebih tinggi dari standar dalam negeri untuk meyakinkanmenemukan
tenaga kerja berbobot | berbobot
| berkualitas dankesudahannya mendorong
tingkat upah dalam negeri untuk
ikut meningkat. Jika dihitung secara kasar di semua negara berkembang, Pendapatan per pekerja dari upah minimum sah ternyata sejumlah kali lebih tinggi daripada penghasilan per kapita negara tersebut. Hal ini akanmengakibatkan pengangguran yang lebih
tinggi karena sejumlah studimengindikasikan tingkat upah yang
tinggi akan meminimalisir penyerapan
tenaga kerja.
b. Rendahnya Biaya Kapital
Beberapa kepandaian pemerintah
sudah membuat ongkos kapital
di negara-negara berkembang menjadi rendah, misalnya kepandaian mendorong investasi dengan mengenakan subsidi tingkat
bunga dan potongan pajak, atau kebijkanmengawal
tingkat kurs lebih rendah dari
ekuilibrium pasar. Kurs yang rendah menciptakan harga barang impor, tergolong barang-barang kapital menjadi murah.
Kebijakan ini ditunjang pula
dengan kepandaian pemerintah di
negara-negara berkembang guna memprioritaskan
impor dagangan kapital (supaya
impornya tidak berupa barang konsumsi,
namun barang-barang produktif),sampai-sampai
sempurna mendorong pengusaha
guna mengimpor dagangan kapital untuk perusahaannya, dan kesudahannya mengadopsi teknologi
padat kapital yang bakal menyerap tidak banyak tenaga kerja.
c. Pengangguran Penduduk
Berpendidikan Tinggi
Pengangguran tenaga kerja
berpendidikan di negara-negara berkembang tersebut diakibatkan karena lapangan kerja tidak cocok dengan kurikulum yang diajarkan di bangku sekolah. Salah
satu sebabnya ialah karena
kurikulum yang dibentuk di
negara-negara berkembang itu lebih
condong ke ilmu sosial yang lebih mudah
diadakan dari pada ilmu-ilmu alam dan kiat yang sebetulnya lebih diperlukan dibanyak perusahaan.
Di sisi lain semua lulusan itu lebih suka memilih untuk kegiatan yang mereka rasakan lebih sesuai dengan edukasi mereka
yang menampik untuk bekerja di
bidang lain, terutama andai bayarannya
di bawah standar yang mereka inginkan. Pengangguran jenis ini memiliki kompleksitasnya sendiri.
2.1.5 Dampak Pengangguran
Berdasarkan
keterangan dari Sukirno (2004), Adapun dampak-dampak pengangguran
terhadap perekonomian, antara lain
inilah ini :
1. Dampak Pengangguran Terhadap
Perekonomian
a. Pengangguran mengakibatkan masyarakat tidak bisa memaksimumkan
kesejahteraan yang barangkali dicapainya.
Pengangguran mengakibatkan pendapatan
nasional yang sebetulnya (actual
output) dijangkau lebih rendah
dari pada penghasilan nasional
potensial (potential output). Keadaan ini berarti tingkat kemakmuran masyarakat
yang dijangkau lebih rendah dari
pada tingkat yang barangkali dicapainya.
b. Pengangguran mengakibatkan pendapatan pajak (tax
revenue) pemerintah berkurang. Pengangguran yang disebabkan oleh tingkat
pekerjaan ekonomi yang rendah, pada gilirannya akan mengakibatkan pendapatan yangdidapatkan pemerintah bakal semakin sedikit. Dengan
demikian, pengangguran yang tinggi
bakal mengurangi keterampilan pemerintah
dalam menjalankan sekian banyak kegiatan pembangunan.
c. Pengangguran tidak
menggalakkan perkembangan ekonomi.
Pengangguranmemunculkan dua dampak buruk untuk sektor swasta. Pertama, pengangguran tenaga kerja seringkali akan dibuntuti pula dengan keunggulan kapasitas mesin-mesin
perusahaan. Keadaan ini jelas tidak
bakal mendorong perusahaan untuk
mengerjakan investasi di masa yang bakal datang. Kedua, pengangguran yang disebabkan kelesuan
pekerjaan perusahaanmengakibatkan
keuntungan berkurang. Keuntungan yang rendah mengurangikemauan perusahaan untuk mengerjakan investasi. Kedua urusan itu jelas tidak bakal menggalakkan perkembangan ekonomi di masa yang bakal datang.
2. Dampak Pengangguran terhadap
Individu dan Masyarakat
a. Pengangguran mengakibatkan kehilangan mata
pencaharian dan pendapatan. Di negara-negara maju, semua penganggur mendapat
tunjangan (bantuan keuangan) dari
badan asuransi pengangguran, dan oleh
karena itu, mereka masih
memiliki pendapatan untuk
mengongkosi kehidupan dan keluarganya. Di negara sedang berkembang tidak
ada program asuransi
pembangunan, dan karenanya kehidupan penganggur mesti diongkosi oleh
simpanan masakemudian atau
pinjaman (bantuan family dan
teman-teman). Keadaan ini potensial
dapat mengakibatkan pertengkaran dan kehidupan family yang tidak harmonis.
b. Pengangguran dapat mengakibatkan kehilangan
keterampilan. Keterampilan dalam
menggarap sesuatu pekerjaan
melulu dapat dipertahankan
bilamana keterampilan tersebut
dipakai dalam praktek. Pengangguran dalam kurunmasa-masa yang lama akan
mengakibatkan tingkat kemampuan pekerjaan
menjadi semakin merosot.
c. Di samping hal-hal itu pengangguran bisa pula memunculkan ketidakstabilan sosial dan politik. Kegiatan ekonomi
yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat memunculkan rasa tidak puas masyarakatuntuk pemerintah yang berkuasa. Kegiatan-kegiatan kriminal sepertipencopetan dan perampokan dan beda sebagainya pun bakal semakin meningkat.
2.2. Pertumbuhan Ekonomi
2.1.1. Pengertian Pertumbuhan
Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi ialah salah satu indikator yang amat urgen dalammengerjakan analisis
mengenai pembangunan ekonomi yang terjadi padasebuah negara. Pertumbuhan ekonomi mengindikasikan sejauh mana kegiatan perekonomian
bakal menghasilkan tambahan
penghasilan masyarakat padasebuah
periode tertentu. Karena pada dasarnya kegiatan perekonomianialah
suatu proses pemakaian faktor-faktor buatan untuk menghasilkan output,
maka proses ini pada gilirannya bakal menghasilkan sebuah aliran balas jasa terhadap hal produksi yang dipunyai oleh masyarakat. Dengan adanya perkembangan ekonomi maka diinginkan pendapatan masyarakat
sebagai pemilik hal juga bakal turut meningkat. Perekonomian dirasakan mengalami perkembangan bila semua balas jasa rill terhadap pemakaianhal produksi pada tahun tertentu lebih banyak dari tahun sebelumnya (Mudrajad , 1997).
Dalam pekerjaan ekonomi sebenarnya, perkembangan ekonomi berartipertumbuhan ekonomi fisik. Beberapa pertumbuhan ekonomi
jasmani yang terjadi di sebuah negara ialah pertambahan buatan barang dan jasa danpertumbuhan infrastruktur Semua urusan tersebut seringkali diukur dari perkembangan penghasilan nasional riil yang dijangkau suatu negara dalam periode
tertentu.
Berdasarkan
keterangan dari pandangan ekonom klasik, Adam Smith, David Ricardo,
Thomas Robert Malthus dan John Staurt Mill, maupun ekonom neo klasik, Robert
Solow dan Trevor Swan, menyampaikan bahwa
pada dasarnyaterdapat empat hal yang memprovokasi pertumbuhan ekonomi yakni (1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok barang modal, (3) luas
tanah dan kekayaan alam, dan (4) tingkat teknologi yang dipakai (Sukirno, 1995:275). Suatu perekonomian disebutkan mengalami perkembangan atau berkembang bilamana tingkat pekerjaan ekonomi lebih tinggi dari
pada apa yang dijangkau pada
masa sebelumnya. Artinya pertumbuhan baru
tercipta bilamana jumlah barang
dan jasa yang didapatkan dalam
perekonomian itu menjadimeningkat besar pada tahun-tahun
berikutnya.
Adapun teori perkembangan ekonomi menurut keterangan dari teori Harrod –
Domar yang dikembangkan secara terpisah dalam periode yang bersamaan oleh E.S
Domar dan R.F Harrod. Keduanya
menyaksikan pentingnya investasi terhadap perkembangan ekonomi,
karena investasi akan menambah stok
barang modal, yang memungkinkan
penambahan output. Sumber dana
dalam negeri untuk kebutuhan investasi
berasal dari bagian buatan (pendapatan
nasional) yang ditabung.
Berdasarkan
keterangan dari Boediono (1985:1)
perkembangan ekonomiialah proses eskalasi output per kapita dalam
jangka panjang. Penekanannya pada proses, sebab proses berisi
bagian dinamis. Para teoritisi ilmu ekonomi pembangunan masa kini, masih
terus menyempurnakan makna, esensi dan
konsep perkembangan ekonomi,
Para teoritisi tersebutmengaku bahwa perkembangan ekonomi tidak melulu diukur dengan pertambahan PDB
dan PDRB saja, tetapi pun diberi mutu yang mempunyai sifat inmaterial
laksana kenikmatan, kepuasan, dan kebahagiaan dengan rasa aman dan
tentram yang dialami masyarakat
luas ( Arsyad, 1999: 141).
Salah satu kriteria keberhasilan pembangunan sebuah negara dapatdisaksikan
dari besarnya output yang
didapatkan oleh masyarakat yangterdapat
di negara itu dalam sebuah jangka masa-masa tertentu. Peningkatan output ini diukur dalam format besaran Produk Domestik Bruto
( PDB ). Pendekatan yang sama bisa pula dipakai untuk mengukur keberhasilan
pembangunan daerah. Output yang dipakai
sebagai standarialah Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB).
Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) ialah jumlah nilai buatan barang dan jasa yang didapatkan disuatu distrik atau wilayah dalam jangkamasa-masa
tertentu seringkali satu
tahun. Dalam penyusunan PDRBdibutuhkan data
dari sekian banyak kegiatan ekonomi yang berasaldarisekian banyak sumber. Kegiatan ekonomi ialah kegiatan yang sehubungan dengan produksi, konsumsi, penyaluran dan akumulasi
kekayaan.Secara Populer terdapat 3
metoda pendekatan penghitungan PDRB
yakni kesatu, metoda pendekatan produksi; kedua metoda pendekatan
pengeluaran dan yang terakhir ialah pendekatan
pendapatan.
Ketiga cara penghitungan PDRB selanjutnya dijelaskan sebagai berikut (Efendi, 2001):
1. Berdasarkan keterangan dari pendekatan produksi, PDRB ialah jumlah nilai produk barang dan
jasa akhir yang didapatkan oleh
bebagai unitbuatan didalam sebuah region dalam jangka masa-masa tertentu (satu tahun).
Unit-unit itu di atas dalam
penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha yakni : (1) Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan, (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4)
Listrik, Gas dan Air Bersih, (5) Bangunan, (6) Perdagangan, Hotel dan Restoran,
(7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan,
(9) Jasa-jasa.
2. Berdasarkan keterangan dari pendekatan pengeluaran, PDRB ialah penjumlahan seluruh komponen permintaan akhir, yakni : (1) pengeluaranguna konsumsi lokasi tinggal tangga dan konsumsi lembaga swasta yang tidak menggali untung, (2) konsumsi
pemerintah, (3) pembentukan modal tetap
dalam negeri bruto, (4) evolusi stock,
(5) ekspor netto disuatuwilayah dalam
jangka masa-masa tertentu (satu
tahun). Ekspor netto adalahekspor
dikurangi impor. Ekspor dalam urusan ini
tidak terbatasmelulu keluar
negeri, namun termasuk pun yang melulu keluar daerah/wilayah, baik lewat laut, udara maupun lewat
darat. Demikian pun kebalikannya yakni impor.
3. Berdasarkan keterangan dari pendekatan pendapatan, PDRB ialah jumlah balas jasa yang diterima
oleh faktor-faktor buatan yang
ikut serta dalam proses buatan disuatu wilayah dalam jangka masa-masa tertentu (satu tahun).
Balas jasa hal produksi yang
dimaksud ialah upah dan gaji,
sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya sebelum dicukur pajakpendapatan dan
pajak langsung lainnya. Dalam definisi PDRB,
kecuali hal pendapatan diatas, tergolong pula komponen penyempitan dan pajak tidak langsung
netto. Jumlah seluruh komponen penghasilan per sektor inidinamakan sebagai nilai tambah bruto
sektoral. PDRB adalahpenjumlahan
nilai tambah bruto dari semua sektor
(lapangan usaha).
Dari ketiga metoda pendekatan di
atas, bisa ditarik benang merah bahwa jumlah pengeluaran
untuk sekian banyak kepentingan tadi mesti sama dengan jumlah produk barang dan jasa akhir yang didapatkan dan mestisama dengan jumlah
penghasilan untuk faktor-faktor produksinya. PDRB yangsudah diuraikan diatas dinamakan sebagai PDRB atas dasar
harga pasar,sebab mencakup
komponen pajak tidak langsung netto.
2.1.2 Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
a. Sumber Daya Alam
Faktor utama yang memprovokasi perkembangan sebuah perekonomian ialah sumber alam atau tanah.
"Tanah" sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi merangkum sumber alam laksana kesuburan tanah, letak dan
susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber lautan dan
sebagainya. Tersedianya sumber alam secara membludak adalahhal yang penting. Suatu negara yang kelemahan sumber alam tidak bakal dapatmembina dengan cepat (Arsyad, 1997).
b. Akumulasi Modal
Akumulasi modal (capital
accumulation) terjadi bilamana sebagian
dari pendapatan disimpan dan
diinvestasikan pulang dengan destinasi memperbesar output dan penghasilan di lantas hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, perlengkapan dan bahan baku menambah stok modal (capital stock)
secara jasmani suatu negara dan urusan ini jelas memungkinkan bakal terjadinya penambahan output di masa yang bakal datang. Investasi produktif
yang mempunyai sifat langsung itu harus dilengkapi dengan sekian banyak investasi penunjang yang dinamakan dengan investasi
"infrastruktur" ekonomi dan sosial.
Akumulasi modal akan meningkatkan sumber daya baru atau menambah kualitas sumber daya yang telah ada. Satu urusan yang urgen harusdicerna di
sini ialah bahwasanya untuk menjangkau maksud investasi tersebut tidak jarang kali dituntut adanya
pertukaran antara konsumsikini dan
konsumsi mendatang. Artinya, pihak-pihak pelaku investasi mestimau mengorbankan atau meminimalisir konsumsi mereka pada ketika sekarang ini demi mendapat konsumsi yang lebih baik di lantas hari.
Berdasarkan
keterangan dari Rostow dalam Desi (2010) Akumulasi modal, yang mencakup semua format atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, perlengkapan fisik, dan modal atau
sumber daya manusia. Investasi produktif yang mempunyai sifat langsung
mesti dilengkapi dengan sekian
banyak investasi penunjang yang dinamakan investasi .infrastruktur.
ekonomi dan sosial. Contohnya ialah pembangunan
jalan-jalan raya, penyediaan listrik, persediaan air bersih dan perbaikan
sanitasi, pembangunan kemudahan komunikasi
dan sebagainya, yang kesemuanya
tersebut mutlak diperlukan dalam
rangka menunjang dan mengintegrasikan segenap kegiatan ekonomi produktif.
Investasi dalam pembinaan sumber
daya insan dapat menambah kualitas modal manusia, sampai-sampai pada akhirnya bakal membawa akibat positif yang sama terhadap angka produksi, bahkan akan lebih banyak lagi menilik terus meningkatnya jumlah manusia. Pendidikan formal, program edukasi dan pelatihan kerja butuh lebih diefektifkan guna mencetak tenaga.tenaga terdidik
dan sumber daya insan yang
terampil. Logika konsep investasi dalam pembinaan sumber daya insan dan pembuatan modal insan (human
capital)
c. Pertumbuhan Penduduk dan
Angkatan Kerja
Pertumbuhan warga dan angkatan kerja secara
tradisional dirasakan sebagai
salah satu hal positif yang
memacu perkembangan ekonomi.
Jumlah tenaga kerja yang lebih banyak berarti
akan meningkatkan jumlah tenaga
kerja produktif, sementara pertumbuhan warga yang lebih banyak berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar.
Berdasarkan
keterangan dari Rostow dalam Desi (2010) Pertumbuhan penduduk, yang pada
akhirnya menggandakan jumlah
angkatan kerja. Pertumbuhan warga dan perkembangan angkatan kerja secara
tradisionaldirasakan sebagai
salah satu hal positif yang
memacu perkembangan ekonomi.
Jumlah tenaga kerja yang lebih banyak berarti
akan meningkatkan jumlah tenaga
kerja produktif, sementara pertumbuhan warga yang lebih banyak berarti
menambah ukuran pasar domestiknya.
d. Kemajuan Teknologi
Dalam definisi yang sederhana, peradaban
teknologi dicerminkan dengan
ditemukannya teknik baru atau
perbaikan atas cara-cara lama dalam menangani pekerjaan-pekerjaan (misalnya
dalam proses produksi) yang lebihtepat
guna dan efektif. Klasifikasi
peradaban teknologi, yaituperadaban
teknologi yang mempunyai sifat netral
(netral technological progress),
peradaban teknologi yang irit tenaga
kerja (labor technological progress), dan peradaban teknologi yang
irit modal (capital saving technological progress).
2.1.3. Indikator Pertumbuhan
Ekonomi
Berdasarkan
keterangan dari Arsyad (1997),
sejumlah macam indikator yang dapat dipakai untuk menyaksikan
dan mengukur perkembangan ekonomiyakni :
1. Produk Domestik Bruto
PDB ialah jumlah barang dan jasa akhir yang didapatkan dalam harga pasar. Kelemahan. PDB sebagai ukuran perkembangan ekonomi ialah sifatnya yang global dan tidak menggambarkan kesejahteraan penduduk.
2. PDB per Kapita atau Pendapatan
Perkapita
PDB per kapita adalahukuran yang lebih tepat karean
telahmemperhitungkan jumlah
penduduk. Jadi ukuran pendapatn perkapita bisa diketahui dengan membagiPDB dengan jumlah penduduk. Jika penghasilan Negara tersebut tinggi maka perkembangan ekonominya pun cepat namun sebaliknya andai pendapatan sebuah negaraitu di bawah rata – rata
makaperkembangan ekonominya pun rendah.
3. Pendapatan Per jam Kerja
Suatu negara dapat disebutkan lebih maju dikomparasikan negara beda bila memiliki tingkat
penghasilan atau upah per jam kerja yang lebih tinggi daripada upah per
jam kerjadi negara lain guna jenis kegiatan yang sama.
2.3. Hubungan Pengangguran
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Indonesia semenjak krisis ekonomi pada
pertengahan 1997 membuat situasi ketenagakerjaan
Indonesia ikut memburuk. Sejak itu,perkembangan
ekonomi Indonesia pun tidak
pernah menjangkau 7-8 persen.
Padahal, masalah pengangguran erat kaitannya dengan perkembangan ekonomi. Jika
perkembangan ekonomi ada, otomatis penyerapan tenaga kerja pun ada. Setiap perkembangan ekonomi satu persen,
tenaga kerja yang terserapdapat mencapai
400 ribu orang. Jika perkembangan ekonomi
Indonesiamelulu 3-4 persen,
tentunya melulu akan menyerap
1,6 juta tenaga kerja,sedangkan pencari
kerja menjangkau rata-rata 2,5
juta pertahun. Sehingga, masing-masing tahun tentu ada saldo pencari kerja yang tidakmendapat pekerjaan dan memunculkan jumlah pengangguran di
Indonesiameningkat (Sofyardi.
1999).
Bayangkan, pada 1997, jumlah
penganggur terbuka menjangkau 4,18
juta. Selanjutnya, pada 1999 (6,03 juta), 2000 (5,81 juta), 2001 (8,005 juta),
2002 (9,13 juta) dan 2003 (11,35 juta). Sementara itu, data pekerja dan
pengangguran menunjukkan, pada 2001:
umur kerja (144,033 juta), angkatan kerja (98,812 juta), warga yang kerja (90,807 juta),
penganggurtersingkap (8,005
juta), separuh penganggur darurat (6,010 juta),separuh penganggur sukarela (24,422
juta) (Sofyardi. 1999).
Salah satu aspek untuk menyaksikan kinerja perekonomian ialah seberapa efektif pemakaian sumber-sumber daya yang ada sampai-sampai lapangankegiatan adalahconcern dari pembuat
kebijakan. Angkatan kerja adalahjumlah
total dari pekerja dan pengangguran,
sementara pengangguran adalahpersentase
angkatan kerja yang menganggur.
Pertumbuhan ekonomi seringkali diikuti oleh terciptanya
lapangankegiatan yang baru.
Ketika ekonomi bertumbuh, berarti terdapatperkembangan produksi barang dan jasa. Ketika urusan ini terjadi makakeperluan akan tenaga kerja guna memproduksi barang dan jasa pun bakal tumbuh.
Pertumbuhan ekonomi dan
pengangguran mempunyai hubungan
yang erat sebab penduduk yang
bekerja berkontribusi dalam menghasilkan barang dan jasasementara pengangguran tidak menyerahkan kontribusi. Studi yangdilaksanakan oleh ekonom Arthur Okun menunjukkan hubungan negatif antaraperkembangan ekonomi dengan pengangguran, sampai-sampai semakin tinggi tingkat pengangguran, semakin rendah
tingkat perkembangan ekonomi.
Institute for Development of
Economics and Finance (Indef) menilaiperkembangan
ekonomi 6 persen, yang
dilangsungkan selama enam bulansemenjak
triwulan IV tahun 2004 sampai triwulan
I tahun 2005, sebagaiperkembangan tidak berbobot | berbobot | berkualitas karena
tak dapat menekan pengangguran
yang justeru naik 10,3 persen.
Pertumbuhan ekonomitersebut dinilai
semu sebab kesejahteraan
masyarakat tidak semakin membaik.
2.4. Penelitian Sebelumnya
I Nyoman Budiantara, dkk (2010)
dalam jurnal Relationship Pattern of Poverty and Unemployement in Indonesia
with Bayesian Spline Approach. Variabel dalam riset ini ialah kemiskinan
dan tingkat pengangguran. Hubungan model kemiskinan dan pengangguran di
Indonesia didapatkan dalamformat kuadrat spline model dengan dua
knot optimal yang mana persentase kemiskinan ialah dalam kurva kuadrat dan naik tahap saat tingkat pengangguran terbuka ialah kurang dari 3.87, dan akan ditampik ketikatersingkap
tingkat pengangguran pindah antara 3.87 dan 4.24. Tapisesudah tingkat pengangguran
terbukanya menjangkau 4.24,
persentase kemiskinan re-patterned quadratically namun menurun perlahan-lahan.
Riswandi (2010) dalam skripsi hal yang memprovokasi pengangguran di sumatera barat pasca krisis ekonomi.
Menunjukkan bahwa variableperkembangan ekonomi
dan upah minimum regional mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap pengangguran,
sementara variable lainnya yakni
pertumbuhan warga dan
investasi swasta mempunyai pengaruh
yang tidak signifikan terhadap pengangguran di sumatera barat. Oleh karena itu, pemerintah wilayah Sumbar perlu menambah Kesempatan kerja melewati upaya penambahan lapangan usaha dan kemampuan pekerja, penanaman modal disektor industry hendaknya mempunyai sifat padat karya. Dengan
pengoptimalan sumber-sumber daya insan yang terdapat dengan tingkatedukasi yang bervariatif dan dapat diajar sesuai dengan kemauan pasar kerja, maka di samping akan menambah pendapatan
wilayah juga akandominan pada pengurangan jumlah pengangguran. Di samping itu, keamananmengerjakan investasi baik ditinjau
dari pihak masyarakat maupun pemerintah di wilayah juga menjadi penentu inginkan atau tidaknya investor mengerjakan investasi dengan mengawal isu-isu tentang
wilayah baik isu social, ekonomi maupun politik yang akan memprovokasi perkembangan investasi
di wilayah tersebut.
2.5. Hipotesis
Berdasarkan teori dan hubungan
antara destinasi penelitian,
kerangka pemikiran terhadap rumusan masalah, maka hipotesis atau jawaban sedangkan dari riset ini ialah diduga perkembangan sangat berengaruh
terhadap tinggkat pengangguran di Indonesia.
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam mengemban suatu penelitian
supaya dapat memperoleh cerminan
yang lebih jelas tentang langkah-langkah
yang mesti ditempuh dalam
menghadapi masalah dan bagaimana cara-cara menanggulangi masalah, penulismengerjakan serangkaian proses penelitian.
Berdasarkan
keterangan dari Marjuki (2005;10)
tahapan penelitian ialah :
“ serangkaian proses riset dimana
peneliti dari mula yaitu
menghadapi masalah berupaya guna memecahkan
masalah sampai memungut keputusan
berupa benang merah bagaimana
hasil riset dan memecahkan
masalah atau tidak”. Dalam riset ini
teknik riset yang dipakai penulis mempunyai sifat studi komperatif, sementara metode yang digunakan ialah metode deskriftif analitis, yakni metode yang berjuang mengumpulkan data yangcocok dengan suasana yang sebenarnya, menyajikan dan menganalisisnyasampai-sampai dapat menyerahkan perbandingan yang lumayan jelastentang objek yang
dianalisis yang lantas dapat
ditarik sebuah kesimpulan.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis riset yang penulis pakai yaitu riset deskriptif. Penelitian
deskriptif ialah suatu format penelitian yang ditujukan guna mendeskripsikan
fenomena-fenomena yang ada, baik gejala
alamiah maupun fenomena produksi
manusia. Fenomena itu dapat berupa
bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan
antara gejala yang satu dengan gejala lainnya, Sukmadinata
(2006:72).
3.2 Populasi dan Sampel
Penelitian
Populasi ialah segala sesuatu yang
bakal dijadikan subjek riset dengan
mempunyai sifat dan ciri khas yang sama (M. Nasir,
2003:335). Sedangkan sampel ialah bagian
dari populasi yang akan dianalisis (Suharsimi
Arikunto, 2002:104).
Sampel diputuskan dengan berpedoman pada pendapat Arikunto (2002:112)
yang menuliskan bilamana populasi
lebih dari 100 orang, maka akandipungut
dengan memutuskan persentase, yakni antara 10-15% atau 20-25% atau
lebih tergantung pada keterampilan peneliti.
Apabila populasi tidak cukup dari
100 orang, maka dipungut sepenuhnya guna dijadikan sebagai sampel.
3.3 Tekhnik pendataan data
Penelitian Kepustakaan
Penelitian kepustakaan ialah mencari informasi-informasi
tambahanmelewati buku-buku,
literatur, journal dan sumber-sumber lainnya untukmenyokong hasil riset ini.
Studi ini dibutuhkan sebagai
pembanding data yang didapatkan dengan
riset dan informasi yang sudah ada sebelumnya.
Penelitan Lapangan
Observasi
Observasi yaitu pekerjaan pengumpulan data di
lapangan dengan teknik melihat
langsung dan meneliti objek
penelitian.
Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik mengumpulkan data melewati peninggalan tertulis, laksana arsip-arsip dan pun termasuk pun buku-buku tertulis. Untuk mendapat data tentang kemiskinan yang terdapat di Indonesia dan berapa
besarnya laju perkembangan ekonomi
maka datanya dapat didapatkan melalui
lembaga-lembaga bersangkutan.
Kuisioner
Kuisioner adalahsekumpulan pertanyaan tertulis yang diserahkan kepadanarasumber
untuk di jawab. Kuisioner pun
adalahsuatu media pendataan data
yang di pakai oleh seseorang guna mengindentifikasikan suatupersoalan tertentu sehigga terjadi
interaksi dua arah (melalui pertanyaan tertulis) antara peneliti dan respondennya.
3.4 Operasional Variabel
Variabel penelitian ialah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yangdiputuskan oleh
peneliti guna dipelajari
sehingga didapatkan informasimengenai hal tersebut, lantas ditarik kesimpulannya.
Definisi Operasional ialah variabel
yang dipakai untuk membuka
kemungkinandilaksanakan sebagai
dasar peneliti lanjutan untuk orang beda (Notoatmodjo, 2007).
Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional
Cara ukur Alat ukur Skala ukur
1 Pertumbuhan ekonomi (Y) Hasil
tahu yang diperoleh dari narasumber terhadap pengaruh perkembangan ekonomi Menyebarkan
kuesioner Kuesioner Ordinal
2 Pengangguran di Indonesia (X)
Hasil yang di dapatkan dari narasumber terhadap
pengangguran di Indonesia Menyebarkan kuesioner Kuesioner NominaI
3.5 Tekhnik Analisa Data
Pengolahan data
Pengolahan data adalahsalah satu tahapan yang urgen dalam sebuah penelitian,
oleh karena tersebut dengan
langkah-langkah pengolahan data, antara lain inilah ini (Notoatmodjo, 2005):
Memeriksa data (Editing)
Hasil wawancara atau angket yang didapatkan atau dikoleksi melalui koesioner butuh di edit terlebih dahulu, andai masih terdapat data atau informasi yang tidak menyeluruh dan tidak munhkin dilaksanakan wawancara ulang, maka kuesioner itu dikeluarkan (droup out).
Pengkodean (Coding)
Kode ialah mengganti data yang berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan.
Memasukkan data (Data Entry)
Mengisi kolom-kolom atau
kotak-kotak eksemplar kode atau
kartu kodecocok dengan jawaban setiap pertanyaan.
Tabulasi (Tabulating)
Yaitu menciptakan tabel-tabel data cocok dengan tujuan riset
yangdiharapkan oleh
peneliti.
Analisa Data
Analisa univariat
Analisa data dilaksanakan dengan teknik deskriptif dengan teknik menggunakan formula Machfoedz (2009).
Keterangan : P = Presentase
F = Jumlah jawaban yang benar
N = Jumlah soal
Analisa bivariat
Setelah dilaksanakan univariat
dilaksanakan bivariat untuk
menyaksikan pengaruh
perkembangan ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia, danmemakai uji x2 (chi square) dengan
tingkat penerimaan <0,05 (p≤0,05) analisa dilaksanakan dengan
pertolongan SPSS versi 16.
x^2=∑▒((O-E))/E
Keterangan : x2 : Chi Square test
O : Nilai yang dicermati dalam format sampel
E : Nilai yang diinginkan dari suatu tesebut
Adapun peraturan yang dipakai
ialah Ho : diterima andai hasil
uji statistik x2 hitung < x2 tabel atau p > 0,05, Ho ditampik jika hasil uji statistik
statistik x2 hitung ≥ x2 tabel atau p ≤ 0,05, tingkat keyakinan (conmfiedencel level) 95% dan pada derajat keterbatasan
(degree of freedom): (b-1) (k-1)s.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Machfoedz, Irham. (2009). Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Fitramaya.
Marzuki, (2005), Metodologi Riset, Ekonisia, Yogyakarta.
Moch.Nazir. (2003), Metode Penelitian, Salemba Empat, Jakarta.
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyaraka: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Tindakan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
0 Response to "Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran Di Indonesia"
Post a Comment