ANALISIS TINGKAT ABSENSI DAN STRES TERHADAP KINERJA PEGAWAI
ANALISIS TINGKAT ABSENSI DAN
STRES TERHADAP KINERJA PEGAWAI
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Sumber Daya Manusia adalah aspek yang paling penting untuk perusahaan sebab Sumber
Daya Manusia adalah penggerak
utama perusahaan, maka telah seharusnya
perusahaan menyimak Sumber Daya
Manusianya, khususnya pada
masalah motivasi, kepuasan kerja, keterlibatan kerja /penempatan tenaga kerja
dan komitmen organisasi terhadap pegawai. Sehingga pengelolaan sumber daya insan dapat berjalan cocok dengan apa yang diinginkan perusahaan.
Sumber daya insan adalah aset yang paling berharga untuk perusahaan/ Departemen/ Lembaga.
Kesuksesan sebuah perusahaan
tidak melulu ditentukan oleh
kualitas sumber daya manusianya saja, tetapi pun oleh tingkat kedisiplinan mereka. Kedisiplinan seorang
karyawan dalam sebuah perusahaan
dapat disaksikan dan diukur dari
tingkat kehadiran mereka dalam
mengerjakan suatu pekerjaan,
sebab tingkat kehadiran ialah salah
satu hal yang menilai produktifitas perusahaan.
Kepuasan kerja dalam teori semangat Maslow menduduki peringkat yang tinggi.
Sebab ia sehubungan dengan tujuan insan untuk menerapkan dan mengaktualisasikan potensi dirinya dalam
pekerjaan. Namun semangat ini
kadang tertahan oleh sekian banyak ragam kerutinan, hambatan dunia kerja yang tidak cukup seimbang, atau kondisi dan perlengkapan kerja yang tidak menyokong peningkatan produktivitas kerja.
Dalam hubungannya dengan kegiatan atau profesi yang ditekuni masing-masing pegawai mempunyai kemampuan bertolak belakang untuk menahan beban pekerjaannya. Interaksi insan sebagai pekerja dengan kegiatan dan dunia kerja menyebabkan efek positif ataupun efek negatif. Sikap
positif terhadap pekerjaan menciptakan karyawan
memandang desakan dari kegiatan sebagai sebuah yang memberikan guna baginya sampai-sampai dapat memperlemah terjadinya stres tetapi sebaliknya bila karyawan tidak dapat menghadapi desakan dari kegiatan maka urusan itu akan menciptakan karyawan merasakan stres.
Penyebab stres kerja yang dirasakan pegawai ialah beban kegiatan yang berlebihan sehingga akibat dari stres kerja tersebut ialah banyak kegiatan yang tidak bisa diselesaikannya dengan
tepat waktu, dalam hubungannya dengan
teman kerja pun mengalami
gangguan laksana subjek tidak
ingin disuruh bicara, marah,
tegang dan susah untuk
berkonsentrasi pada pekerjaannya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Tingkat Absensi
(Tingkat Kehadiran Karyawan).
Semangat kerja bisa diukur melewati absensi/presensi pegawai ditempat kerja, tanggung
jawabnya terhadap pekerjaan, disiplin kerja, kerja sama dengan pimpinan atau
teman kolega dalam organisasi
serta tingkat produktivitas kerjanya. (Hasley, 1 992;67).
Untuk mengukur tinggi rendahnya motivasi kerja pegawai dapat melewati unsur-unsur motivasi kerja itu yang mencakup :
Presensi (tingkat kehadiran), Disiplin Kerja, Kerja Sama, dan Tanggung Jawab.
Presensi adalah kehadiran pegawai yang berkaitan dengan tugas dan kewajibannya. Pada lazimnya instasi atau lembaga selalu menyimak pegawainya guna datang dan kembali tepat waktu, sehingga kegiatan tidak tertunda. Ketidak
hadiran seorang pegawai akan dominan terhadap
produktivitas kerja, sampai-sampai instansi
atau lembaga tidak dapat mencapai destinasi secara optimal.
Presensi atau kehadiran pegawai bisa diukur melewati :
a. Kehadiran karyawan ditempat
kerja.
b. Ketepatan karyawan datang atau
pulang
c. Kehadiran pegawai bilamana mendapat undangan guna mengikuti pekerjaan atau acara dalam instansi.
Dengan adanya tingkat absensi
yang baik maka dapat menambah disiplin
pegawai. Sedangkan yang dimaksud dengan disiplin ialah suatu sikap, tingkah laku dan tindakan yang cocok dengan ketentuan dari perusahan atau
instansi baik tertulis maupun tidak (Nitisemito, 1982; 199).
• Tingkat disiplin kerja dapat disaksikan dari :
a. Ketepatan waktu,
b. Mampu memanfaatkan dan
menggerakkan perangkat dengan
baik,
c. Menghasilkan kegiatan yang memuaskan,
d. Mengikuti teknik kerja yang ditentukan oleh
perusahaan (kepatuhan pada peraturan)
e. Memiliki tanggung jawab yang
tinggi.
Agar perusahaan dapat berlangsung dengan baik dan
berkembang maka dibuatlah sebuah aturan yakni yang biasa disebut ketentuan perusahaan. Peraturan
perusahaan dapat ditafsirkan ialah
suatu kelompok aturan yang diciptakan oleh seorang pemimpin
perusahaan supaya terciptanya sebuah keteraturan antara semua pimpinan dan semua karyawan sampai-sampai terciptanya keselarasan dalam bekerja.
B. Pengertian dan Penyebab Stres
Kerja
1. Pengertian Stres :
Berdasarkan
keterangan dari Charles D, Spielberger (dalam Ilandoyo, 2001:63) melafalkan bahwa stres ialah tuntutan-tuntutan eksternal yangtentang seseorang, contohnya obyek-obyek dalam
lingkungan atau sebuah stimulus
yang secara obyektif ialah berbahaya.
Stres pun biasa ditafsirkan sebagai tekanan,
ketegangan atau gangguan yang tidak mengasyikkan
yang berasal dari luar diri seseorang.
Charles dan Sharason (1988, urusan 29) menyatakan bahwa stres kerja terjadi saat kemampuan pribadi tidak sebanding atau tidak cocok dengan tuntutan dalam
lingkungan pekerjaannya. Stres dalam pekerjaan memunculkan konsekuensi yang bermacam–macam jenisnya, baik berupa dampak kognitif, fisiologis maupun
keorganisasian. Akibat kognitif dari stress antara lain ialah ketidakmampuan
memungut keputusan yang sehat,
tidak cukup konsentrasi, paling peka
terhadap kecaman dan rintangan mental. Akibat fisiologis dari stres antara lain ialah tekanan darah naik, mulut
kering, berkeringat dan sebagainya. Akibat keorganisasian dari stress antara
lain ialah kemangkiran,
produktivitas rendah, ketidakpuasan kerja, menurunnya ketertarikan dan
loyalitas terhadap organisasi (Gibson, Ivancevich dan Donnely, 1988).
2. Tanda-tanda Gejala Stres :
Cary Cooper dan Alison Straw
(1995:8-15) mengemukakan fenomena stress bisa berupa firasat berikut ini:
1. Fisik, yakni nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan
lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencemaan terganggu, sembelit, letih
yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.
2. Perilaku, yakni perasaan bingung, khawatir dan sedih, jengkel, saiah
paham, tidak berdaya, tidak mampu
melakukan apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, susah konsentrasi, susah berfikir jernih, sulit menciptakan keputusan, hilangnya
kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap
orang lain.
3. Watak dan kepribadian, yakni sikap hati-hati menjadi seksama yang berlebihan, khawatir menjadi lekas panik, tidak cukup percaya diri menjadi
rawan, penjengkel menjadi meledak-ledak.
Sedangkan fenomena stres di lokasi kerja, yakni meliputi:
1. Kepuasan kerja rendah
2. Kinerja yang menurun
3. Semangat dan energi menjadi
hilang
4. Komunikasi tidak lancar
5. Pengambilan keputusan jelek
6. Kreatifitas dan inovasi kurang
7. Bergulat pada tugas-tugas yang
tidak produktif.
Semua yang dilafalkan di atas perlu
disaksikan dalam hubungannya dengan
kualitas kerja dan interaksi
normal pribadi sebelumnya.
C. Kinerja Pegawai
1. Pengertian Kinerja
Pengertian Kinerja yaitu sebuah hasil kerja yang didapatkan oleh seorang karyawan ditafsirkan untuk menjangkau tujuan yang diharapkan.
Kinerja ialah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar
"kerja" yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa
pula berarti hasil kerja.
Pengertian Kinerja Kinerja dalam
organisasi adalah jawaban dari sukses atau tidaknya destinasi organisasi yang sudah ditetapkan. Para atasan atau
manajer tidak jarang tidak menyimak kecuali telah amat buruk atau segala sesuatu
jadi serba salah. Terlalu tidak jarang manajer
tidak memahami betapa buruknya
kinerja sudah merosot sampai-sampai perusahaan / instansi
menghadapi krisis yang serius. Kesan – kesan buruk organisasi yang mendalam berdampak dan melalaikan tanda – tanda peringatan adanya kinerja yang merosot.
2. Faktor yang Mempengaruhi
Pencapaian Kinerja
Faktor-faktor penentu pencapaian
prestasi kerja atau kinerja pribadi dalam
organisasi menurut keterangan dari A.A.
Anwar Prabu Mangkunegara (2005:16-17)
ialah sebagai berikut:
1. Faktor Individu
Secara psikologis, pribadi yang normal ialah individu yang mempunyai integritas yang tinggi antara faedah psikis (rohani) dan fisiknya
(jasmaniah). Dengan adanya integritas yang tinggi antara faedah psikis dan fisik, maka pribadi tersebut memiliki
fokus diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama pribadi manusia untuk dapat mengelola dan mendayagunakan
potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan pekerjaan atau kegiatan kerja keseharian dalam menjangkau tujuan organisasi.
2. Faktor Lingkungan Organisasi
Faktor dunia kerja organisasi
paling menunjang untuk individu
dalam menjangkau prestasi kerja.
Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara beda uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target
kerja yang menantang, pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja harmonis,
iklim kerja respek dan dinamis,
kesempatan berkarier dan kemudahan
kerja yang relatif memadai.
Dari pendapat di atas bisa dijelaskan, bahwa hal individu dan hal lingkungan organisasi dominan terhadap kinerja pegawai.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Strategi meminimalisir Absensi Pegawai
• Menggunakan Insentif
Dengan memakai insentif yang
diserahkan kepada pegawai maka
bakal dapat mendorong pegawai rajin masuk kerja tanpa absen sehari juga sepanjang tahun. Insentif ini bisa berupa inisiatif-inisiatif
promosi kesehatan sebagai upaya lebih jauh untuk mencukur absensi sakit.
meluangkan sarana penunjang
laksana voucher dan bonus untuk
meminimalisir tingkat absensi karyawan.
Dengan Insentif yang ditawarkan
berupa undian berhadiah voucher liburan, dan bahkan mobil baru, guna mereka yang tidak pernah absen sebab sakit. Dengan adanya insentif
ini maka tingkat kehadiran karyawan
bisa naik.
Namun, tanggapan atas penyediaan
insentif untuk mengurangi angka
absensi karyawan itu bermacam-macam.
Sejumlah perusahaan tidak setuju andai karyawan
yang sakit tetap didorong guna masuk
kerja. Untuk mereka, karyawan
yang sakit bakal lebih baik andai istirahat di rumah.
Sejumlah perusahaan percaya bahwa
dengan meluangkan insentif untukmeminimalisir angka absensi, mereka sudah mendorong karyawan yang
jelas-jelas sedang sakit guna tetap
masuk kerja.
• Langkah-Langkah Proaktif melewati Inisiatif-Inisiatif
Strategi beda --yang diadopsi separo kalangan pengusaha-- untuk meminimalisir tingkat absensi ialah dengan memungut langkah-langkah proaktif melewati inisiatif-inisiatif. Seperti, pengecekan kesehatan, subsidi keanggotaan pada tempat-tempat
kebugaran dan sokongan terhadap
karyawan yang sedang berjuang berhenti
merokok.Yang lumayan pelik
justru, laksana tercermin dari
perbedaan opini di kalangan pengusaha, bagaimana meyakinkan, karyawan yang absen tersebut benar-benar (karena) sakit atau melulu pura-pura (sakit).
Berdasarkan
keterangan dari Steve Clements, perbedaan sudut pandang kaum pengusaha itu menggarisbawahi kenyataan bahwa data mengenai penyebab absensi karyawan
memang masih diwarnai dugaan-dugaan.
B. Hubungan Tingkat kehadiran
Karyawan dan Disiplin Kerja
Dalam pengamalan disiplin kerja karyawan, peranan pimpinan paling besar dan menilai. Kelemahan pengamalan disiplin sekitar ini ialah lemahnya pemantauan pimpinan
terhadap pembinaan disiplin karyawan. Padahal disiplin kerja memegang peranan
penting untuk kelangsungan kerja
organisasi.
Dengan disiplin kerja yang tinggi
dari karyawan akan dominan positif terhadap terjangkau efektivitas dan
tepat guna kerja yang berarti produktivitas kerja akan terjangkau pula.
Indikator kesatu di atas melafalkan kepatuhan
karyawan terhadap jam-jam kerja kantor. Ini berarti tingkat kehadiran karyawan pun sangat menilai produktivitas kerja. Semakin tinggi tingkat kehadiran
karyawan semakin tinggi pula tingkat keberhasilan organisasi. Oleh karena tersebut kehadiran karyawan merupakan hal penting dalam pengamalan disiplin kerja.
Dengan kriteria sekaligus indikator laksana yang dilafalkan di
atas, maka peranan disiplin paling besar
pengaruhnya terhadap kinerja karyawan. Dan andai semua kriteria
di atas terpenuhi, maka produktivitas kerjabakal semakin tinggi.
C. Dampak Stres terhadap Kinerja
Pegawai
Pengaruh stres kerja terdapat yang menguntungkan maupun
merugikan untuk perusahaan.
Namun pada taraf tertentu pengaruh yang menguntungkan perusahaan diinginkan akan memacu karyawan guna dapat menuntaskan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Reaksi terhadap
stress bisa adalah reaksi mempunyai sifat psikis maupun fisik.
Biasanya pekerja atau karyawan yang stress akan mengindikasikan perubahan perilaku. Perubahan perilaku terjadi
pada din insan sebagai usaha menanggulangi stres. Usaha menanggulangi stres bisa berupa perilaku melawan stress
(flight) atau freeze (berdiam diri). Dalam kehidupan keseharian ketiga reaksi ini seringkali dilakukan secara bergantian, tergantung kondisi dan format stres.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka pengarang dapat mengambil benang merah sebagai berikut:
• Bagi mengukur tinggi rendahnya motivasi kerja pegawai dapat melewati unsur-unsur
motivasi kerja itu yang mencakup : Presensi (tingkat
kehadiran), Disiplin Kerja, Kerja Sama, dan Tanggung Jawab.
• Presensi adalah kehadiran pegawai yang berkaitan dengan tugas dan
kewajibannya. Ketidakhadiran seorang pegawai akan dominan terhadap produktivitas kerja, sampai-sampai instansi atau lembaga tidak dapat mencapai destinasi secara
optimal.
• Stres adalah suatu situasi ketegangan
yang memprovokasi emosi, proses
berfikir dan situasi seseorang
dimana ia terpaksa menyerahkan tanggapan
melebihi keterampilan penyesuaian
dirinya terhadap sebuah tuntutan
eksternal (lingkungan). Stres yang
terlampau besar bisa mengancam keterampilan seseorang guna menghadapi lingkungannya.
Sebagai hasilnya, pada diri semua karyawan
berkembang sekian banyak macam fenomena stres yang bisa mengganggu pengamalan kerja mereka.
B. Saran-Saran :
Berdasarkan benang merah dari hasil di atas, maka
dapat dikemukakan saran-saran inilah ini :
Sumber daya insan adalah aset yang paling berharga untuk perusahaan/Departemen/Lembaga
maka telah seharusnya perusahaan menyimak Sumber Daya Manusianya, khususnya pada masalah motivasi,
kepuasan kerja, keterlibatan kerja /penempatan tenaga kerja dan komitmen
organisasi terhadap pegawai. Sehingga pengelolaan sumber daya insan dapat berjalan cocok dengan apa yang diinginkan perusahaan.
Dengan memakai insentif yang
diserahkan kepada pegawai maka
bakal dapat mendorong pegawai rajin masuk kerja. Untuk tersebut sudah seharusnya supaya perusahaan senantiasa menyimak insentif yang diserahkan kepada karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Wibowo, SE.,M.Phil. ,
2007. Manajemen Kinerja, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
James A.F. Stoner / Charles
Wankel. 1988. Manajemen, Edisi Ketiga. CV. Intermedia Jakarta.
Purwoto Wanasentana, DR, Materi
Kuliah Evaluasi Kinerja, Program Pascasarjana, Magister Manajemen, Universitas
Krisnadwipayana
I.G.A.K. Wardani, dll, 2007. Buku
Materi Pokok, Teknik Menulis Karya Ilmiah, , Jakarta : BPK-Pusat Penerbitan UT.
Cooper, C. L., Dewe, P. J., &
O’Driscoll, M. P. (1991). Organizational Stress: A Review and Critique of
Theory, Research, and Applications. California: Sage Publications, Inc.
0 Response to "ANALISIS TINGKAT ABSENSI DAN STRES TERHADAP KINERJA PEGAWAI"
Post a Comment