Pengaruh Produksi Pangan Terhadap Peningkatan Ekonomi Daerah

Pengaruh Produksi Pangan Terhadap Peningkatan Ekonomi Daerah

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
 Kondisi ekonomi makro Kabupaten Bireuen tahun 2008 dengan sekian banyak indikator laksana Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), Pendapatan Perkapita, Inflasi, Investasi, dan pertumbuhan Keuangan Daerah bakal menjadi referensi dalam menilai kepandaian Pemerintah kabupaten bireuen khususnya kepandaian ekonomi dalam Rencana Kerja Pemerintah Kota Semarang Tahun 2010. PDRB Kabupaten bireuen Tahun 2008 sebesar Rp. 34.407.228.000,- atau bertambah sebesar 12,75% dibanding tahun 2007 yang sebesar Rp. 30.525.736.000,- . Dilihat dari kontribusi sektor usaha terbesar ialah sector Perdagangam Hotel dan Restoran yaitu sebesar 30,29%, berturut-turt sektor Industri Pengolahan sebesar 27,50%, sektor Bangunan 15,10%, dan sektor Jasa-jasa sebesar 12.00%. Pada tahun 2009 PDRB kabupaten bireuen diduga perkembangannya tidak jauh bertolak belakang dengan tahun-tahun sebelumnya dengan komposisi sektorberpengaruh pada sektor Perdagangan, Hotel dan Jasa, dan Industri Pengolahan, demikian pula dengan proyeksi tahun 2010, (Bireuen dalam angka: 2010).




Laju Pertumbuhan Ekonomi, laju perkembangan ekonomi tahun 2008 merasakan pertumbuhan sebesar 6,79% atau terjadi penambahan pertumbuhan 13,55%bila dikomparasikan pada tahun 2007 sebesar 5,98%. Pada tahun 2009 dan tahun 2010 diduga pertumbuhannya sama dengan tahun sebelumnya yakni menjangkau sebesar 7,71% dan 8,75%. Pendapatan Perkapita, Pertumbuhan ekonomi

tersebut dibuntuti dengan peningkatan penghasilan perkapita masyarakat dari Rp. 11.468.461,36 pada tahun 2007 menjadi Rp. 11.954.074,44 pada tahun 2008 atau bertambah 3,64%. Pada tahun 2009 peningkatan penghasilan perkapita sama dengan tahun sebelumnya, sehingga penghasilan perkapita tahun 2009 diduga sebesar Rp. 12.338.943,47,- dan tahun 2010 menjadi sebesar Rp. 12.780.624,45.

Kegiatan-kegiatan penambahan produksi pangan akan menolong usaha memperluas peluang kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di samping itu kegiatan-kegiatan penambahan produksi pangan pun akanmenolong meningkatkan penghasilan nasional, terutama yang diterima olehsemua petani, dengan demikian menolong pemerataannya. Meskipunpenghasilan per-jiwa sekitar 5 tahun terakhir terus meningkat,mayoritas dari penghasilan tersebut tetap digunaka nuntuk memenuhikeperluan pangan. Kecuali tersebut peningkatan buatan pangan bakal berarti pula memperluas kesempatan untuk rakyat tidak sedikit untukmendapat  pangan pada tingkat harga yang terjangkau.

Keberhasilan penambahan produksi pangan yang berasal dari hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan bakal sangat menolong usahamembetulkan gizi rakyat. Perbaikan gizi rakyat bakal sangat menolong usaha-usaha penambahan kesehatan rakyat. Perbaikan gizi rakyat selanjutnya pun akan sangat menolong peningkatan kepintaran rakyat. Sebagaimana diketahui peningkatan kepintaran rakyat melewati pendidikanbakal lebih tinggi hasil gunanya bilamana disertai dengan penambahan gizi rakyat, terlebih-lebih sebab sebagian besar dari warga Indonesia yang termasuk berpendapatan rendah terdiri atas petani.

Untuk menjaga supaya dengan penambahan produksi pangan semua petanipun dapat mendapat  peningkatan pendapatan, maka butuh sekali adanya usaha-usaha yang bisa menjamin supaya harga yang tercapai oleh rakyattidak sedikit juga lumayan wajar untuk para petani produsen serta sekaligus mendorong diversifikasi produksi dan konsumsi pangan.

Pemerintah telah pernah merumuskan sejumlah konsep yang dapat diterapkan dalam menghadapi permasalahan keawetan pangan, konsep ini dapat disaksikan dari Undang-Undang (UU) No.7 Tahun 1996 mengenai pangan, Pasal 1 Ayat 17 yang melafalkan bahwa "Ketahanan pangan ialah kondisi terpenuhinya pangan lokasi tinggal tangga (RT) yang terlukis dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau". UU ini sejalan dengan pengertian ketahanan pangan menurut keterangan dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1992, yaitu akses masing-masing Rumah Tangga atau pribadi untuk dapat mendapat  pangan padamasing-masing waktu untuk kebutuhan hidup yang sehat. Sementara pada World Food Summit tahun 1996, keawetan pangan dinamakan sebagai aksesmasing-masing Rumah Tangga atau pribadi untuk dapat mendapat  pangan pada masing-masing waktu untuk kebutuhan hidup yang sehat dengan persyaratan penerimaan pangan cocok dengan nilai atau kebiasaan setempat (Pambudy, 2002).

Konsep keawetan pangan nasional yang tertera pada UU No.17 itu memberi penekanan pada akses setiap lokasi tinggal tangga terhadap pangan yang cukup, bermutu, dan harganya terjangkau, meskipun ucapan-ucapan Rumah Tangga belum berarti memastikan setiap pribadi di dalam Rumah Tangga mendapat akses yang sama terhadap pangan sebab di dalam Rumah Tanggaterdapat relasi kuasa (Pambudy, 2002). Implikasi kepandaian dari konsep ini ialah bahwa pemerintah, di satu pihak, berkewajiban memastikan kecukupan pangan dalam makna jumlah dengan bobot yang baik serta stabilitas harga, dan, di pihak lain, peningkatan penghasilan masyarakat,terutama dari kelompok berpendapatan rendah.

Kabupaten Bireuen yang terbentuk menurut Undang-undang Nomor 48 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2000 mengenai Perubahan atas Undang-undang Nomor 48 Tahun 1999 mengenai Pembentukan Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Simeulue (Lembar Negara Tahun 2000 Nomor 75, Tambahan Lembar Negara Nomor 3963) mempunyai Luas distrik 1.901,21 Km2. Pada Tahun 2008, secara administratif Kabupaten Bireuen ini terdiri dari 17 Kecamatan , 75 Mukim serta 608 Gampong/Kelurahan (Bireuen Dalam Angka, 2008).

Seperti halnya Provinsi Aceh yang mempunyai begitu tidak sedikit potensi pangan dari sekian banyak  jenis pangan khususnya padi dan kelapa yangmenjangkau ribuan ton pertahunnya. Begitu pun Kabupaten Bireuen yangmemiliki Luas ialah 1.901,21 Km 2 yang terdiri dari: 559 gampong, 69 kemukiman dan 17 kecamatan. Posisi geo-ekonomis yang dipunyai oleh Kabupaten Bireuen memberikan akibat positif terhadap percepatanperkembangan ekonomi wilayah ini. Namun, ciri khas agraris yangdipunyai oleh wilayah ini masih terbukti dari komoditas unggulan yangterdapat di wilayah ini.

Kabupaten Bireuen familiar sebagai di antara kabupaten penghasil beras di Propinsi Aceh. Tahun 2008 areal sawah di Kabupaten Bireuen lazimnya diari dengan: - Irigasi teknis dengan luas 12.053 Ha, - Irigasi separuh teknis 2.731 Ha, - Irigasi non PU 1.045 Ha dan - Tadah hujan 5.504 Ha. Keberadaan irigasi ini sudah memungkinkan penanaman dua kali satu tahun dengan luas areal 19.122 Ha dan satu kali tanam dengan luas 3.826 Ha. Jumlah buatan padi di Kabupaten Bireuen pada tahun 2008 berjumlah 185.571 ton.

Adapun yang menjadi persoalannya dengan demikian besar pendapatanwilayah dari buatan pangan yang tinggi tetapi masih pun ada masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan. Dalam urusan ini peneliti mengerjakan pengamatan terhadap buatan pertanian dari sekian banyak  jenis pagan, yang khususnya padi dan kelapa yang menjadi salah satu buatan masyarakat sebagai penambahan ekonomi dan azas kemakmuranterutama di Kabupaten Bireuen.

Persoalan demi permasalahan yang terjadi di kabupaten bireuen dalam konteks katahanan pangan yang memicu akibat terhadap penghasilan daerah, begitu pun masih tidak sedikit tanah terbengkalai tidak terurus yang menjadi hal penunjang penghasilan asli wilayah Kabupaten Bireuen. Padi sawah adalahkomoditas unggulan sub-sektor tumbuhan pangan di Kabupaten Bireuen dan dibuntuti oleh kacang kedelai. Keberadaan kedua komoditas ini memang sudah menjadi ikon yang dipunyai oleh kabupaten ini sampai-sampai hasil perhitungan ini semakin memperkokoh identitas tersebut.

Untuk komoditas yang ada di sub-sektor sayur-sayuran, wilayah ini tidak dapat disebutkan sebagai wilayah unggulan sayur-sayuran sebab sebagian besar keperluan sayur di wilayah ini dipasok dari Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah. Meskipun demikian, komoditas unggulan guna sayur-sayuran di wilayah ini dipunyai oleh cabai, dibuntuti oleh kacang panjang dan bayam. Sedangkan guna komoditas buah-buahan, komoditas unggulannya ialah rambutan dan ini paling logis sebab rambutan diwilayah ini telah dikenal oleh masyarakat dan bisa dikembangkan di masa depan sebagai di antara komoditas.

Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam riset ini penulis memungut judul: “Pengaruh Produksi Pangan Terhadap Peningkatan Ekonomi Daerah Di Kabupaten Bireuen”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka bisa dirumuskan pokok permasalahannya sebagai berikut: Bagaimanakah pengaruh buatan pangan terhadap penambahan ekonomi wilayah di Kabupaten Bireuen?
  
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan riset ini merupakan:Bagi Menjelaskan bagaimanakah pengaruh buatan pangan terhadappenambahan ekonomi wilayah di Kabupaten Bireuen.

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi guna penelitian menurut rumusan masalah dan tujuanialah sebagai berikut:

1. Untuk penulis
Melakukan riset ini dapat meningkatkan pengetahuan pengarang di dalam bidang buatan pangan terhadap pendapan kabupaten bireuen.

2. Untuk Pemerintah
Diharapkan riset ini bisa dijadikan pertimbangan untuk pemerintahwilayah setempat dalam rangka perencanaan dan pemungutan keputusan di bidang pertanian terutama dalam merangkai strategi menghadapi krisiskeawetan pangan.

3. Untuk Universitas
Dapat berguna untuk kalangan akademisi dan pemerintah wilayah serta pihak-pihak berhubungan dalam perencanaan strategi menghadapi permasalahan keawetan pangan.


LINK UNDUH:

Download

SEMOGA BERMANFAAT, SILAHKAN SHARE DAN COMENT, TERIMA KASIH..

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengaruh Produksi Pangan Terhadap Peningkatan Ekonomi Daerah "

Post a Comment