Makalah perencanaan wilayah di Kabupaten Majalengka
Makalah perencanaan Wilayah di Kabupaten Majalengka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Rencana Tata Ruang Wilayah atau
yang lebih anda kenal dengan
istilah RTRW ialah sebuah
Rencana peruntukkan, pemakaian,
persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa supaya pemanfaatannya optimal, lestari, sebanding dan serasi untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor
26 Tahun 2007 mengenai Penataan
Ruang, Permen PU Nomor 16 /PRT/M/2009, Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2010 mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat 2009 –
2029 telah memprovokasi perkembangan
paradigma dalam pengaturan ruang
kabupaten.
Di sisi beda adanya dinamika
evolusi baik internal maupun eksternal sudah mendorong guna segera
menyesuaikan rencana tata ruang distrik
dalam rangka mengantisipasi perkembangan pekerjaan pembangunan,
terutama di Kabupaten Majalengka. Dinamika pertumbuhan tersebut di antaranya rencana pembangunan Bandara
Internasional Jawa Barat (BIJB) dan rencana pembangunan aerocity di Kecamatan
Kertajati, area Gunung Ciremai
menjadi Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), rencana pembangunan tol
Cisumdawu, rencana pembangunan jalur KA Rancaekek – Tanjungsari – Cirebon,
pengembangan tempat agribisnis,
pengembangan pariwisata, dan lain-lain.
Dalam rangka mengemban pembangunan daerah, butuh diupayakan adanya keterpaduan
pembangunan sektoral dan wilayah/daerah. Wujud operasionalnya secara terpadu diadakan melalui pendekatan distrik yang tertuang dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang komprehensif dan bersinergi dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional dan Provinsi. Keberadaan atau letak kewilayahan
Kabupaten Majalengka paling strategis
pada pertumbuhan pembangunan
infrasturktur ketika ini. Dari
sisi konservasi lingkungan, isu global warming menyerahkan pengaruh yang besar terhadap kepandaian penataan ruang dan pengembangan di Kabupaten
Majalengka.
Dengan adanya isu tersebut, tentu kepandaian penataan ruang yangdidapatkan harus sejalan dengan
konservasi dan preservasi lingkungan secara global, serta upaya-upaya mitigasi
bencana. Atau dengan kata lain,pekerjaan
pembangunan mesti tetap
dalam koridor dayadukung lingkungan, dan oleh karenanya ekuilibrium alokasi ruang antara area budidaya danarea lindung
adalahprasyarat yang tetap
dibutuhkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas maka persoalan yang
ditekankan dalamriset ini ialah bagaimanakah perencanaan distrik di Kabupaten Majalengka?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengacu pada perumusan masalah
diatas maka riset ini dilaksanakan gunamenjangkau tujuan sebagai berikut;
untuk memahami perencanaan distrik di Kabupaten Majalengka.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari riset ini guna yang
diharapkan ialah :
1. Secara Teoritis
Menambah pengetahuan mengenai perencanaan distrik di Kabupaten Majalengka.
2. Secara Praktis
Diharapkan bisa menyerahkan masukan pada seluruh pihak yangberhubungan dalam perencanaan distrik dan kota.
BAB II
KONSEP TEORI
2.1. Perencanaan Pembangunan
Wilayah
Perencanaan wilayah merangkum pada sekian banyak segi
kehidupan yang komprehensif dan satu sama beda saling bersentuhan, yang semuanya bermuara pada upaya penambahan kehidupan masyarakat.
Berbagai hal dalam kehidupan laksana ekonomi, politik, dan sosial
serta kebiasaan maupun adat
istiadat berbaur dalam perencanaan
distrik yang lumayan kompleks.
Semua hal harus dipertimbangkan
dan diupayakan berlangsung seiring
bahkan saling menyokong (Miraza,
2010).
Dalam Pembangunan sebuah wilayah perencanaan ialah suatu urusan yang utama karena dengan
perencanaan yang tepat bakal menimbulkan akibat positif terhadap wilayah itu sendiri. Perencanan yang
tepat ialah sebuah perencanaan
yang diciptakan atas dasar
potensi atau kelebihan yang
dimiliki wilayah itu sendiri.
Perencanaan pun akan menjadi
bahan dalam menciptakan sebuah kepandaian pembangunan yang menduku
ng perencanaan tersebut.
Konsep perencanaan distrik adalahtindak lanjut dari pekerjaan perencanaan yang dilaksanakan karena adanya perbedaan
kepentingan, permasalahan, ciri dan karateristik dari setiap daerah/wilayah yang menuntut adanya campur tangan pihak
pemerintah pada tingkat wilayah. Perecanaan wilayah dilaksanakan sebagai upaya
guna mengantisipasipersoalan dimasing-masing distrik dan mengupayakan ekuilibrium pembangunan antar
wilayah. Peran utamanya ialah mengatasi
secara langsung persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan pembangunan ditingkat wilayah.
2.2 Fungsi Perencanaan
Pembangunan
Berdasarkan
keterangan dari (Arsyad, 1999), fungsi-fungsi perencanaan pembangunan
secara umum merupakan:
1. Dengan perencanaan diinginkan terdapatnya sebuah pengaruh kegiatan, adanya
pedoman untuk pelaksana
kegiatan-kegiatan.
2. Dengan perencanaan, dapat dilaksanakan dengan suatu estimasi potensi, prospekprospek
pengembangan, hambatan, serta resiko yang barangkali dihadapi pada masa yang bakal datang.
3. Perencanaan memberikan peluang untuk menyelenggarakan pilihan yang terbaik.
4. Dengan perencanaan, dilaksanakan penyusunan skala prioritas dari sisi pentingnya tujuan.
5. Perencanaan sebagai alat guna mengukur atau standar untukmenyelenggarakan evaluasi.
Nugroho dalam sirojuzilam (2008) mengaku bahwa pendekatan perencanaan
regional di titikberatkan pada aspek
tempat di mana kegiatandilaksanakan
pemerintah wilayah mempunyai
kepentingan yang berbeda-beda dan instansi-instansi dipusat dalam menyaksikan aspek ruang di sebuah daerah. Artinya bahwa dengan
adanya perbedaan perkembangan dan
disparitas antar wilayah, maka pendekatan perencanaan parsial ialah sangat urgen untuk diperhatikan.
Berdasarkan
keterangan dari Arsyad (1999), Perencanaan pembangunan ekonomi wilayah memiliki sejumlah implikasi antara lain:
1. Perencanaan pembangunan
ekonomi yang realistik membutuhkan pemahamanmengenai hubungan antara wilayah dengan lingku ngan nasional
baik horizontal maupun vertikal yang saling berhubungan dan tidak
bisa dipisahkan.
2. Sesuatu yang baik secara
nasional belum pasti baik untuk wilayah dan demikian kebalikannya sesuatu yang baik untuk wilayah belum pasti baik secara nasional.
3. Perangkat kelembagaan yang terdapat untuk pembangunan wilayah misalnya administrasi, proses pemungutan keputusan, otoritas seringkali sangat bertolak belakang pada tingkat wilayah dengan yang terdapat pada tingkat pusat. Selain tersebut derajat pengendalian kepandaian sangatbertolak belakang pada dua tingkat
tersebut.
Oleh karena tersebut perencanaan wilayah yang efektif mesti dapat menggunakan
sumberdaya-sumberdaya pembangunan sebaik
barangkali yang benar-benar bisa
dicapai.
BAB III
METODEOLOGI
3.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan
keterangan dari Sugiyono (2010:45): Penelitian kualitatifialah penelitian yang bermaksud guna memahami gejala tentang apa yangdirasakan
oleh subyek riset misalnya:
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan
dengan teknik deskripsi dalam format kata-kata dan bahasa, pada sebuah konteks eksklusif yang alamiah dan dengan memanfaatkan sekian banyak metode alamiah.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat ini dengan dalil peneliti memilih tempatriset ini ialah di karenakan peneliti menyaksikan masih banyaknyakepandaian pemerintah
wilayah terhadap perencanaan pembangunan daerah.
3.1.2 Waktu Penelitian
Waktu pendataan data yang
dilakukan pada bulan juni 2014.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi ialah segala sesuatu yang
bakal dijadikan subyek riset dengan
mempunyai sifat dan ciri khas yang sama (M. Nasir,
2003:335).
3.3.2 Sampel
Sampel dalam riset ini memakai purposive sampling
yakni sampel yang didasarkan pada
sebuah pertimbangan tertentu yang
diciptakan oleh peneliti sendiri, menurut sifat populasi yang
telah diketahui sebelumnya (Notoadmodjo, 2002).
3.4. Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan
keterangan dari Sugiyono (2010:47), bila disaksikan dari sumber datanya, maka jenis data dipecah dua, yaitu:
1) Sumber primer ialah sumber data yang langsung menyerahkan data untuk pengumpul data.
2) Sumber sekunder adalahsumber yang tidak langsung menyerahkan datauntuk pengumpul data, misalnya melewati orang beda atau melewati dokumen.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilaksanakan dalam sekian banyak setting, sekian banyak sumber dan sekian banyak cara. Bila disaksikan dari setting-nya, data dapat dikoleksi pada setting alamiah (natural setting), pada
laboratorium dengan cara eksperimen,
di lokasi tinggal dengan sekian banyak responden, pada sebuah seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain (Sugiyono,
2010:48).
Adapun teknik pendataan data yang dipakai dalam riset ini ialah sebagai
berikut:
a) Observasi
Yaitu pemantauan langsung terhadap objek kajian yang sedangdilangsungkan untuk memperoleh penjelasan dan informasi sebagai data
yang akurat mengenai hal-hal
yang dianalisis serta untuk memahami relevansi antara jawaban
informan dengan fakta yang ada, melewati pengamatan langsung yang terdapat di lapangan yang erat
kaitannya dengan objek penelitian.
b) Wawancara
Yaitu teknik pendataan data melewati proses tanya jawab langsung
dengan informan dengan peneliti yang
dilangsungkan secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap muka memperhatikan secara langsung
informasi ataupenjelasan sehubungan
dengan rumusan masalah penelitian.
c) Dokumentasi
Dokumentasi bisa terbagi dalam dua ketegori yakni sumber sah dan sumber tidak resmi. Sumber sah adalahdokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh lembaga/perorangan
atas nama lembaga. Sumber tidak resmi
ialah dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh pribadi tidak atas nama lembaga.
3.6 Teknik Analisis Data
Berdasarkan
keterangan dari Meoleng (2007) secara umum, laksana halnya kegiatan-kegiatan yang lain, mesti terdapat persiapan guna berlanjut ketahap berikutnya.
Setiap cara analisis mesti dimulai dengan langkah persiapan data. Tahapan
persiapan data ini dilaksanakan dengan
tujuan:
a. Mengetahui ciri khas umum dari data yang
dimiliki, contohnya peubah apa
saja yang dimiliki, tipe-tipe dari
masing-masing peubah dan sebagainya. Pengetahuan ini diperlukan untuk menilai cara apa yang nanti dapat digunakan.
b. Menyaring data yang akan dipakai dalam analisis. Sebelum dilaksanakan analisis lebih jauh, anda harus dapat menyaring data yang ada. Mungkin saja tidak seluruh data yang digunakan, tapi melulu sebagian.
c. Memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang terdapat pada
data. Bukan urusanyang jarang
terjadi andai terdapat kekeliruan pada data yang anda miliki.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2.1. Sejarah Majalengka
Dalam kisah yang berkembang di masyarakat Kota Majalengka, diceritakan bahwa penamaan Majalengka
berasal dari nama suatu pohon yaitu pohon maja. Saat tersebut Kota Majalengka belum mempunyai nama Majalengka. Kota
Majalengka berupa suatu kerajaan
Hindu yang dipimpin oleh seorang ratu yang paling fanatik mempunyai
nama Nyi Rambutkasih, terdapat pula
yang menyebutnya Nyi Ambet Kasih
Dahulu, distrik Majalengka
mempunyai nama Sindangkasih. Saat ini kata Sindangkasih dipakai sebagai nama suatu desa di Kota Majalengka. Nyi
Rambutkasih ialah sosok seorang
ratu yang cantik, sakti, dan bijaksana. Nyi Rambutkasih dapat membuat Sindangkasih menjadi wilayah yang aman, tenteram, makmur dan sentosa. Sindangkasih
merupakan wilayah yang subur.
Berbagai tumbuhan melimpah ruah
di wilayah ini. Daerah ini diisi hutan yang menghampar ke arah unsur utara dan selatan. Dalam hutan tersebut pohon berbatang lurus dan
tinggi dengan format daun
kecil-kecil, mendominasi di hutan itu. Pohon itu disebut pohon maja. Pohon yang mempunyai khasiat guna menyembuhkan
sakit demam.
Suatu hari, Sunan Gunung Jati
atau Syarif Hidayatullah yang sudah memerintah
Cirebon, menitahkan untuk anaknya
yang mempunyai nama Pangeran
Muhammad guna mendapatkan pohon
maja. Ia memberi tugas untuk anaknya sebab saat tersebut warganya sedang terserang penyakit demam. Disebabkan
pohon maja mempunyai khasiat
menyembuhkan demam, maka Pangeran Muhammad pergi bareng istrinya yang
mempunyai nama Siti Armilah guna
ke wilayah Sindangkasih.
Mereka tidak melulu diberi tugas menggali pohon maja, tetapi mempunyai tugas guna menyebarkan agama Islam di
Sindangkasih, suatu kerajaan
Hindu yang dipimpin seorang ratu yang fanatik.
Nyi Rambutkasih sebagai seorang
ratu yang sakti, memahami maksud
kedatangan Pangeran Muhammad. Ia lantas
mengganti rupa hutan di Sindangkasih menjadi hutan pohon jati, bukan
hutan pohon maja. Melihat pohon maja yang dicarinya telah tidak ada, Pangeran Muhammad punberbicara “Maja Langka” yang berarti pohon maja tidak ada. Dari
situlah ihwal penamaan Kota Majalengka
kini ini.
Pangeran Muhammad yang kecewa lantas memutuskan tidak bakal kembali ke Cirebon. Ia bertapa
di kaki gunung sampai meninggal.
Gunung tersebut kini mempunyai nama Margatapa. Sementara
istrinya mendapat amanat dari Pangeran Muhammad sebelum meninggal guna tetap menggali pohon maja dan menaklukan Nyi Rambutkasih yang fanatik supaya bersedia mendekap agama Islam. Nyi Rambutkasih menampik dengan keras anjuran Nyi Siti Armilah,sampai ia berucap:”Aku seorang Ratu
pelindung rakyat yang berkelakuan jujur dan baik, kebalikannya aku ialah Ratu
yang tak pernah ragu-raguguna menghukum
rakyatnya yang beraksi curang
dan buruk. Dan karenatersebut aku
tak bakal mati dan tidak inginkan mati.
Kemudian Nyi Siti Armilah
menimpali dengan perkataan,”Jika demikian halnya, makhluk apakah gerangan
namanya yang tidak bakal mati
dan tidakinginkan mati? Seiring
dengan ucapan Nyi Siti Armilah
itu. Nyi Rambutkasih juga lenyap
(dalam Bahasa Sunda ngahiang) tanpa
membekas kuburnya. Meskipun demikian, sejumlah petilasan Nyi Rambutkasih masihdirasakan angker, diantaranya Sumur Sindangkasih, Sumur Sundajaya,
Sumur Ciasih, dan batu-batu bekas bertapa Nyi Rambutkasih.
Setelah peristiwa itu, Nyi Siti
Armilah menetap di Kerajaan Sindangkasih dan menyebarkan agama Islam. Ia
dimakamkan di samping kali Citangkurak. Di kali Citangkurak tumbuh pohon
Badori. Sebelum meninggal, Nyi Siti Armilah beramanat bahwa di sekitar kuburannya besok akan menjadi lokasi tinggal penguasa yang menata pemerintahan di wilayah maja yang langka.
Letak makam Nyi Siti Armilah
terletak di belakang gedung Kabupaten Majalengka. Masyarakat Kota Majalengka
menamakannya Embah Gedeng Badori dan
sering dikunjungi guna ziarah.
Masyarakat Kota Majalengka mayoritas masih meyakini adanya roh Nyi Rambutkasih
yang mengawal atau menguasai
Kota Majalengka. Selama rakyat kota Majalengka masih berkelakuan jujur dan
baik, maka kehidupan di Kota Majalengka
bakal tetap tenteram, aman, subur, makmur, dan sentosa.
4.2.2. Kondisi Geografis
Kabupaten Majalengka ialah adalahbagian dari distrik administrasi Provinsi Jawa
Barat dengan luas distrik 120.424
hektar yang terdiri atas 26 kecamatan, 13 kelurahan dan 321 desa dan secara
geografis terletak pada koordinat 60 32’16,39” Lintang Selatan hingga dengan 70 4’ 24,75” Lintang
Selatan dan 1080 2’ 30,87” Bujur Timur
hingga dengan 1080 24’ 32,84” Bujur Timur.
Jarak dari Ibukota Kecamatan ke
Ibukota Kabupaten berkisar antara 0 - 37 Kilometer, dan jarak dari Ibukota
Kabupaten ke Ibukota Provinsi Jawa Baratialah
± 91 Kilometer serta jarak dari Ibukota Kabupaten ke Ibukota Negaraialah ± 200 Kilometer. Batas distrik administrasi, Kabupaten
Majalengka sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, sebelah Selatan
dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah Barat dengan
Kabupaten Sumedang, dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kuningan dan
Kabupaten Cirebon.
Berdasarkan klasifikasi Kemiringan
lahan, Kabupaten Majalengka diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) ruang belajar yaitu landai/dataran
rendah (0 – 15 persen), berbukit bergelombang (15 – 40 persen) dan perbukitan
terjal (>40 persen). Sebesar 13,21 persen dari luas distrik Kabupaten Majalengka berada pada kemiringan lahan di atas
40 persen, 18,53 persen berada dalam
ruang belajar kemiringan lahan 15 - 40 persen, dan 68,26 persen berada
pada ruang belajar kemiringan
lahan 0 - 15 persen.
Sedangkan menurut ketinggian,
distrik Kabupaten Majalengka diklasifikasikan dalam 3 (tiga) klasifikasi
utama yakni dataran rendah (0 -
100 mdpl), dataran sedang (100 - 500 mdpl) dan dataran tinggi (> 500 mdpl).
Dataran rendah sebesar 42,21 persen dari luas wilayah, sedang di Wilayah Utara Kabupaten Majalengka, dataran sedang
sebesar 20,82 persen dari luas wilayah,
lazimnya berada di Wilayah Tengah, dan dataran tinggi sebesar 36,97
persen dari luas wilayah, mendominasi Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka, tergolong di dalamnya distrik yang berada padaelevasi di atas 2.000 mdpl yakni terletak di dekat kawasan kaki Gunung Ciremai.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Perencanaan di Kab.
Majalengka
1. Dasar Hukum
1. Pasal 18 ayat (6)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 evolusi kedua;
2. Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Barat Nomor 22 Tahun 2010 mengenai Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2010 Nomor 22 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 86); dan
3. Peraturan Daerah Kabupaten
Majalengka Nomor 12 Tahun 2008 mengenai
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Majalengka Tahun
2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2008 Nomor 12).
2. Mekanisme Perencanaan distrik di Kabupaten Majalengka
1. Arahan pemanfaatan ruang distrik terdiri atas:
a. Perwujudan struktur ruang;
b. Perwujudan pola ruang; dan
c. Perwujudan area strategis Kabupaten.
2. Indikasi program utama memuat
uraian yang meliputi:
a. Program;
b. Kegiatan;
c. Sumber pendanaan;
d. Instansi pelaksana; dan
e. Waktu dalam langkah pelaksanaan RTRW.
3. Pelaksanaan RTRW Kabupaten
terbagi dalam 4 (empat) langkah meliputi:
a. etape I (Tahun 2011 - 2015);
b. etape II (Tahun 2016 - 2020);
c. etape III (Tahun 2021 - 2025); dan
d. etape IV (Tahun 2026 - 2031).
4.2.3. Aplikasi Perencanaan
Wilayah Di Kabupaten Majalengka
1. Pembangunan jalan bebas
hambatan meliputi:
a. Ruas jalan bebas hambatan
Cikampek-Palimanan; dan
b. Ruas jalan bebas hambatan
Cileunyi-Sumedang-Dawuan
2. Pemeliharaan jalan arteri
primer meliputi:
a. Ruas jalan batas Majalengka
atau Cirebon – Jatiwangi;
b. Jalan raya Jatiwangi;
c. Ruas jalan Jatiwangi –
Kadipaten; dll.
3. Pemeliharaan jalan tukang koleksi primer meliputi:
a. ruas jalan KH. Abdul Halim
Kecamatan Majalengka;
b. ruas jalan Majalengka –
Talaga;
c. jalan Jend. A. Yani
KecamatanTalaga; dll.
4. Peningkatan jalan lokal sejumlah 125 (seratus dua puluh lima)
ruas jalan.
5. Peningkatan jembatan sejumlah 475 (empat ratus tujuh puluh
lima) jembatan yang tersebar di semua kecamatan.
6. Peningkatan terminal penumpang
Tipe C menjadi terminal penumpang Tipe A di Kecamatan Kadipaten;
7. Pembangunan terminal terpadu
berada di dekat kawasan Bandara
Internasional Jawa Barat di Kecamatan Kertajati;
8. Optimalisasi trayek angkutan
dalam kota
9. Optimalisasi trayek angkutan
kota dalam provinsi
10. Optimalisasi trayek angkutan
kota antar provinsi berupa trayek Tasikmalaya – Semarang melewati Kecamatan Cikijing.
11. Pengembangan jalur KA lintas
Utara – Selatan yang menghubungkan Kota Kadipaten – Cirebon; dan pembangunan
jalur KA Antar Kota Rancaekek – Jatinangor – Tanjungsari – Kertajati –
Kadipaten – Cirebon.
12. Pembangunan stasiun kereta
api sedang di Kecamatan
Kertajati.
13. Tatanan kebandarudaraan
berupa BIJB sedang di Kecamatan
Kertajati sebagai pengumpul skala sekunder
14. KSP Bandara Internasional
Jawa Barat dan Kertajati Aerocity
15. Pengembangan jaringan
transmisi tenaga listrik Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 (tujuh puluh)
kilovolt pada jalur Parakan – Kadipaten melalui:
16. Pengembangan Gardu Induk
Cikijing 150 (seratus lima puluh) kilovolt di Kecamatan Cikijing; dan
17. Pengembangan Gardu Induk
Kadipaten 70 (tujuh puluh) kilovolt di Kecamatan Kadipaten.
18. Pembangunan stasiun-stasiun
komunikasi nirkabel di semua kecamatan;
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Rencana Tata Ruang Wilayah atau
yang lebih anda kenal dengan
istilah RTRW ialah sebuah
Rencana peruntukkan, pemakaian,
persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa supaya pemanfaatannya optimal, lestari, sebanding dan serasi untuk
sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Dalam kisah yang berkembang di masyarakat Kota Majalengka, diceritakan bahwa penamaan Majalengka
berasal dari nama suatu pohon yaitu pohon maja. Kabupaten
Majalengka ialah adalahbagian
dari distrik administrasi
Provinsi Jawa Barat dengan luas distrik
120.424 hektar yang terdiri atas 26 kecamatan, 13 kelurahan dan 321 desa
dan secara geografis terletak pada koordinat 60 32’16,39” Lintang Selatan hingga dengan 70 4’ 24,75” Lintang
Selatan dan 1080 2’ 30,87” Bujur Timur
hingga dengan 1080 24’ 32,84” Bujur Timur.
Pelaksanaan RTRW Kabupaten
terbagi dalam 4 (empat) langkah meliputi:
a. Tahap I (Tahun 2011 - 2015);
b. Tahap II (Tahun 2016 - 2020);
c. Tahap III (Tahun 2021 - 2025);
dan
d. Tahap IV (Tahun 2026 - 2031).
5.2 Saran
Dengan adanya perencanaan yang
baik tentu urusan itu dapat diinginkan proses pembangunan yang
berjalan cocok dengan yang telah diputuskan tersebut, supaya nantinya destinasi yang telah diputuskan dapatterjangkau dengan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
makalah-perencanaan-wilayah.html
semoga bermanfaat...
0 Response to "Makalah perencanaan wilayah di Kabupaten Majalengka"
Post a Comment