Makalah Sejarah Kota Pekanbaru Provinsi Riau
Makalah Sejarah Kota Pekanbaru Provinsi
Riau
Bab I
Pendahuluan
Untuk peningkatan investasi perlu
senantiasa diciptakan iklim usaha yang kondusif yang dalam hal ini merupakan
elemen penting dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, adanya
kelengkapan infrastruktur yang memadai, kesiapan SDM yang berkualitas, pemberian
layanan perijinan yang prima serta jaminan stabilitas keamanan yang mantap serta
peraturan-peraturan daerah berikut aturan pendukungnya termasuk dalam mengimplementasikan,
sudah tidak dapat ditawar-'tawar lagi dalam mendorong pertumbuhan investasi di
kota Pekanbaru.
Kota Pekanbaru adalah ibu kota dan kota
terbesar di provinsi Riau, Indonesia. Kota Pekanbaru merupakan kota jasa. Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II serta dua pelabuhan di Sungai Siak, yaitu
pelabuhan Pelita Pantai dan pelabuhan Sungai Duku, merupakan pintu gerbang kota
Pekanbaru.
Perkembangan perekonomian kota ini sangat
dipengaruhi oleh kehadiran perusahaan minyak, pabrik pulp dan kertas serta
penambahan lahan perkebunan kelapa sawit beserta pabrik pengolahannya.
Bab II
Pembahasan
A. Sejarah
Kata pekan dalam bahasa Melayu dapat
bermaksud pasar, sehingga pekanbaru bermakna sebuah pasar ham. Perkembangan
kota ini pada awalnya tidak lepas dari pengaruh fungsi Sungai Siak sebagai
sarana transportasi dalam mendistribusikan hasil bumi dari kawasan daratan
tinggi Sumatera. Beberapa sejarahwan percaya Sriwijaya awalnya berpusat di
sekitar Candi Muara Takus dan kemungkinan kawasan yang berada pada sehiliran
aliran sungai Siak telah menjadi salah satu pelabuhan dari kerajaan Sriwijaya.
Sebuah ekspedisi militer Portugis pada tahun 1514 dikirim menelusuri sungai
Siak dengan tujuan menemui dan memastikan lokasi dari kerajaan ini.
Kota ini mulai menjadi pemukiman pada
masa Kesultanan Siak Sri Inderapura. Pada tanggal 23 Juni 1784, berdasarkan
musyawarah Dewan Menteri-nya yang terdiri dari datuk empat suku (Pesisir,
Limapuluh, Tanah Datar, dan Kampar), kawasan ini dinamai dengan Pekanbaru, dan dikemudian
hari diperingati sebagai hari jadi kota ini.
Kota Pekanbaru secara administratif
dipimpin oleh seorang wali kota, pada masa kepemimpinan wali kota Herman
Abdullah termasuk berhasil dalam menertipkan sistem birokrasi pemerintahannya,
sehingga mampu meningkatkan kinerja dalam memberikan layanan kepada masyarakatnya.
Namun pada tahun 2010 berdasarkan survei persepsi kota-kota di seluruh Indonesia
oleh Transparency International Indonesia (TII), kota ini termasuk kota
terkorup di Indonesia bersama dengan kota Cirebon, hal ini dilihat dari Indeks
Persepsi Korupsi Indonesia (IPK-Indonesia) 2010 yang merupakan pengukuran
tingkat korupsi pemerintah daerah di Indonesia, kota ini sama-sama mendapat
nilai IPK sebesar 3.61, dengan rentang indeks 0 sampai 10, 0 berarti
dipersepsikan sangat korup, sedangkan 10 sangat bersih. Total responden yang diwawancarai
dalam survei yang dilakukan antara Mei dan Oktober 2010 adalah 9237 responden,
yang terdiri dari para pelaku bisnis.
Berdasarkan peraturan daerah (Perda)
kota Pekanbaru nomor 12 tahun 2008, pemerintah kota telah menetapkan pelarangan
bagi masyarakat untuk melakukan pengemisan di depan umum dan di tempat umum di
jalan raya, jalur hijau, persimpangan lampu merah dan jembatan penyeberangan
serta melarang setiap orang untuk memberikan sumbangan dalam bentuk uang atau
barang kepada gelandangan dan pengemis di jalan raya, jalur hijau, persimpangan
lampu merah dan jembatan penyeberangan atau di tempat-'tempat umum.
Pada tahun 2011, dalam pemilihan kepala
daerah secara langsung untuk pertama kalinya, H. Firdaus, M.T. terpilih sebagai
Wali Kota Pekanbaru.
Perwakilan
Dari
basil Pemilu Legislatif
2009, jumlah anggota
DPRD kota Pekanbaru
adalah sebesar 45 orang yang
tersusun atas perwakilan 12 partai
Perekonomian
Pusat Pertokoan di Jalan Tuanku
Tambusal.
Kota Pekanbaru pada triwulan I 2010
mengalami mengalami peningkatan inflasi sebesar 0.79%, dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang mencapai 0.30%. Berdasarkan kelompoknya, inflasi
terjadi hampir pada semua kelompok barang dan jasa kecuali kelompok sandang dan
kelompok kesehatan yang pada triwulan laporan tercatat mengalami deflasi
masing-masing sebesar 0.88% dan 0.02%. Secara tahunan inflasi kota Pekanbaru
pada bulan Maret 2010 tercatat sebesar 2.26%, terus mengalami peningkatan sejak
awal tahun 2010 yaitu 2.07% pada bulan Januari 2010 dan 2.14% pada bulan
Februari 2010.
Posisi Sungai Siak sebagai jalur
perdagangan bagi kota Pekanbaru, telah memegang peranan penting dalam
meningkatkan pertumbuhan ekomoni kota ini. Penemuan cadangan minyak bumi pada
tahun 1939 memberi andil besar bagi perkembangan dan migrasi penduduk dari
kawasan lain. Sektor perdagangan dan jasa saat ini menjadi andalan bagi kota
Pekanbaru, yang terlihat dengan menjamumya pembangunan ruko pada jalan-jalan
utama kota ini. Selain itu, muncul beberapa pusat perbelanjaan modem,
diantaranya: Plaza Senapelan, Plaza Citra, Plaza Sukaramai, Mal Pekanbaru, Mal
SKA, Mal Ciputra Seraya, Lotte Mart, dan Metropolitan Trade Center & Giant.
Selain itu beberapa
pasar tradisional yang masih
berdiri, antara lain
Pasar Bawah, Pasar Raya Senapelan
/ Pasar Kodim dan pasar Andil.
Kesehatan
Kota Pekanbaru memiliki beberapa rumah
sakit yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Dalam memberikan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, pemerintah kota Pekanbaru mencoba melengkapi sarana
dan prasarana yang ada saat ini diantaranya akan membangun gedung ham untuk
Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad yang saat ini ham memiliki sebanyak 264 kamar
untuk rawat inap, dengan selesainya bangunan tersebut kapasitas rawat inapnya,
akan bertambah menjadi 400 kamar.[23]. Rumah sakit terkenal lainnya adalah
Pekanbaru Medical Centre (PMC), RS Awal Bross, dan Eka Hospital.
Pelayanan Publik
Sungai Siak dari atas Jembatan Siak,
Pekanbaru
Untuk mengantisipasi kebutuhan energi
listrik dimasa mendatang, pemerintah kota Pekanbaru telah mengusahakan
pembebasan lahan seluas 40 ha untuk pembangunan PLTU Tenayan Raya.
Sementara untuk memenuhi kebutuhan air
bersih, Pemerintah kota melalui PDAM memanfaatkan air permukaan dari sungai
Siak yang mempunyai kapasitas 5000 liter/detik sebagai sumber air baku bagi
Instalasi Pengolah Air Bersih, yang terpasang dengan kapasitas 380 liter/detik.
Selanjutnya sistem pengolahan penuh dan chlorinasi digunakan untuk memproduksi air
bersih dengan kapasitas 350 liter/detik. Dari kapasitas produksi yang ada,
telah terdistribusi dalam 18.660 unit Sambungan Rumah (SR) dan 45 Hidran Umum
(HU). Setiap SR rata-rata digunakan 5 - 6 orang dan HU dapat digunakan 100
orang. Fasilitas ini memang belum mencukupi kebutuhan keseluruhan masyarakat
kota ini, sehingga sebagian besar masyarakat masih memanfaatkan secara langsung
air permukaan dari sungai Siak tersebut.
Saat ini pemerintah kota telah
menetapkan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di 2 lokasi dengan metode open
dumping, yaitu kawasan Limbungan seluas 5 Ha dengan jarak dari kawasan pemukiman
19 km dan Kulim seluas 3 Ha dengan jarak dari kawasan pemukiman 8 km. Selain itu
gerobak sampah masih digunakan untuk pengumpulan tak langsung, jumlah total
gerobak yang ada saat ini adalah 305 buah dengan kapasitas rata-rata 1 m3 untuk
melayani pengumpulan individual pada 5 wilayah pengumpulan. Sarana pemindahan
yang ada berupa bak sampah pasangan batu-bata dan pelat baja sebanyak 32 buah
dengan daya tampung 157.5 m3. Saat ini kapasitas penampungan TPS ham mencapai 8
% terhadap total timbunan yang ada. Untuk armada angkutan pengambilan sampah
langsung digunakan truk bak terbuka, jumlah pengangkutan yang dilakukan adalah
2 - 3 kali per harinya, sehingga kapasitas pengangkutan baru mencapai 20 %.
Sedangkan setiap harinya terdapat 170 m3 timbunan sampah, sehingga jumlah
sampah yang telah dikelola dan terangkut sampai ke TPA baru mencapai 120
m3/hari atau sekitar 60 %.
Daerah kota Pekanbaru yang memiliki
ketinggian antara 1 sampai 20 meter dengan curah hujan dalam klasiflkasi
sedang, yaitu antara 100-200 per bulan. Secara umum permasalahan banjir di kota
ini adalah masalah genangan air, baik akibat adanya limpasan dari saluran
drainase yang ada maupun akibat terhambatnya pengaliran air. Saluran drainase
yang ada saat ini ham mencakup 13.930 Ha, yang terdiri dari sistem drainase
besar sepanjang 10.123 meter, system drainase kecil sepanjang 15.456 m dan
sistem drainase tersier sepanjang 7.789 m.
Pemerintah kota saat menetapkan
pengembangkan kawasan permukiman perkotaan ke arah ke selatan, timur dan barat
kota (kecamatan Tampan, kecamatan Marpoyan Damai, kecamatan Bukit Raya,
kecamatan Tenayan Raya, dan kecamatan Payung Sekaki). Sedangkan kecamatan Senapelan,
kecamatan Sukajadi, kecamatan Sail dan kecamatan Limapuluh sebagai kawasan perdagangan
dan jasa dengan skala pelayanan regional dan intemasional, perumahan perkotaan (town
house dan apartemen), yang diintegasikan dengan sistem jaringan transportasi
massal dan sistem jaringan transportasi regional melalui jalan tol, akses ke
bandara dan pelabuhan di Sungai Siak.
Perhubungan
Bandara Sultan Syarif Kasim II
Pekanbaru.
Bus Trans Metro Pekanbaru
Pekanbaru dihubungkan oleh jaringan
jalan yang tersambung dari arah Padang di sebelah barat, Medan di sebelah
utara, dan Jambi di sebelah selatan. Terminal Randal Raya Payung Sekaki merupakan
pusat pelayanan transportasi antar kota dan antar provinsi, yang telah
direncanakan pemerintah setempat menjadi sarana orientasi dan perpindahan antar
moda transportasi dengan akses ke sistem jaringan transportasi regional,
bandara, dan pelabuhan.
Bandara Sultan Syarif Kasim II menjadi
salah satu bandar udara tersibuk di Sumatera dan dicanangkan akan menjadi salah
satu bandara intemasional di pulau Sumatera.Berdasarkan data yang diperoleh
dari situs Angkasa Pura II pada tahun 2008 penumpang yang melalui bandara ini mencapai
angka 1,8 Juta penumpang per tahun, menempatkan bandara ini sebagai bandara tersibuk
ketiga di regional Sumatera setelah Bandara Polonia, Medan dan Bandara Hang
Nadim, Batam.
Pelabuhan Pekanbaru yang terletak di
tepi Sungai Siak dan berjarak 96 mil ke muara sungai, menjadi sarana
transportasi untuk komoditi ekspor seperti kelapa sawit. Selain itu, pelabuhan
ini juga menghubungkan Pekanbaru dengan kawasan di Kepulauan Riau, seperti
Tanjung Pinang dan Batam.
Selain itu, Transmetro Pekanbaru
merupakan sarana transportasi massal jalur darat di Kota Pekanbaru, sekaligus
sebagai salah satu altematif untuk mengurangi tingkat kemacetan di kota inl.'
Pariwisata
Perayaan Tabuik di Jalan Tuanku Tambusai
Kota Pekanbaru memiliki beberapa
bangunan dengan ciri khas arsitektur Melayu diantaranya bangunan Balai Adat
Melayu Riau yang terletak di jalan Diponegoro, Bangunan ini terdiri dari dua
lantai, di lantai atasnya terpampang beberapa ungkapan adat dan pasal-pasal
Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Di kiri dan kanan pintu masuk ruangan
utama dapat dibaca pasal I - 4, sedangkan pasal 5 - 12 terdapat di bagian
dinding sebelah dalam ruangan utama. Kemudian di jalan Sudirman terdapat Gedung
Taman Budaya Riau, gedung ini berfungsi sebagai tempat untuk pagelaran berbagai
kegiatan budaya dan seni Melayu Riau dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Sementara bersebelahan dengan gedung ini
terdapat museum yang bemama Museum Sang Nila Utama yang memiliki berbagai
koleksi benda-benda seni, budaya dan bersejarah propinsi Riau.
Pemerintah Kota Pekanbaru membuka pintu
yang seluas-luasnya bagi investor baik yang PMDN maupun PMA untuk menanamkan
modalnya di kota ini dengan berbagai bidang kegiatan ekonomi. Untuk tujuan
masuknya investasi tersebut, Pemerintah Kota Pekanbaru menerapkan sejumlah
kebijakan untuk memberikan insentif/ kemudahan bagi masuknya investasi, yaitu adanya
Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) dan Kemudahan di bidang perizinan investasi.
Peluang investasi yang sangat prospektif di Kota Pekanbaru antara lain:
1 Pengembangan KIT (Kawasan Industri
Tenayan)
Kawasan Industri Tenayan memiliki
wilayah dengan luas 1.550 Ha. Kawasan tersebut terletak di Kecamatan Bukit
Raya, 14 kilometer dari pusat kota. KIT
berada pada posisi yang berdekatan dengan rencana outer ring road timur
sehingga memudahkan transportasi bahan baku dan pemasaran basil produksi dengan
angkutan darat.
Jenis industri yang dinilai prospek
dikembangkan di KIT antara lain industri makanan, industry pengolahan CPO
(crude palm oil), industri garmen, industri kayu dan bahan dari kayu, industry kimia
dan barang dari bahan kimia, industri minyak bumi, karet dan plastik, serta
industri barang galian bukan logam.
2. Pembangunan Terminal Kargo Pekanbaru
Sebagai Ibu Kota Propinsi, Pekanbaru
juga salah satu sentra pertumbuhan ekonomi dan jalur perdagangan di Pulau
Sumatra. Hingga saat ini Kota Pekanbaru belum didukung dengan fasilitas Terminal
Bongkar Muat yang memadai. Pembangunan Terminal Kargo dipandang sangat penting
dalam rangka membenahi lancamya aktifitas bisnis dan jalur lalu lintas terutama
kendaraan bermuatan berat (kontainer).
Bab III
Penutup
Sebelum tahun 1960 Pekanbaru hanyalah
kota dengan luas 16 km2 yang kemudian bertambah menjadi 62.96 km2 dengan 2
kecamatan yaitu kecamatan Senapelan dan kecamatan Limapuluh. Selanjutnya tahun
1965 menjadi 6 kecamatan, tahun 1987 menjadi 8 kecamatan dengan luas wilayah
administrasi bertambah menjadi 446,50 km2 dan setelah pematokan ulang menjadi
luas sekarang ini. Kemudian pada tahun 2003 jumlah kecamatan dimekarkan menjadi
12 kecamatan.
Kependudukan
Kota Pekanbaru merupakan kota dengan
jumlah penduduk paling banyak di provinsi Riau. Etnis Minangkabau merupakan
masyarakat terbesar dengan jumlah sekitar 37,7% dari seluruh penduduk kota.
Mereka umumnya sebagai pedagang dan telah menempatkan bahasa Minang sebagai
pengantar selain bahasa Melayu dan bahasa Indonesia.
Selain orang-orang Minang, perekonomian
kota banyak dijalankan oleh masyarakat Tionghoa. Beberapa perkebunan besar dan
perusahaan ekspor-impor banyak dijalankan oleh pengusaha- pengusaha Tionghoa.
Sementara etnis Melayu, Jawa dan Batak juga memiliki proporsi yang besar
sebagai penghuni kota ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://bappeda.pekanbaru.go.id/page/5/investasi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota Pekanbaru
Jangan lupa, like, share dan comentnya
jika ada masalah.. semoga bermanfaat
Makalah Sejarah Kota Pekanbaru Provinsi
Riau
Bab I
Pendahuluan
Untuk peningkatan investasi perlu
senantiasa diciptakan iklim usaha yang kondusif yang dalam hal ini merupakan
elemen penting dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, adanya
kelengkapan infrastruktur yang memadai, kesiapan SDM yang berkualitas, pemberian
layanan perijinan yang prima serta jaminan stabilitas keamanan yang mantap serta
peraturan-peraturan daerah berikut aturan pendukungnya termasuk dalam mengimplementasikan,
sudah tidak dapat ditawar-'tawar lagi dalam mendorong pertumbuhan investasi di
kota Pekanbaru.
Kota Pekanbaru adalah ibu kota dan kota
terbesar di provinsi Riau, Indonesia. Kota Pekanbaru merupakan kota jasa. Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II serta dua pelabuhan di Sungai Siak, yaitu
pelabuhan Pelita Pantai dan pelabuhan Sungai Duku, merupakan pintu gerbang kota
Pekanbaru.
Perkembangan perekonomian kota ini sangat
dipengaruhi oleh kehadiran perusahaan minyak, pabrik pulp dan kertas serta
penambahan lahan perkebunan kelapa sawit beserta pabrik pengolahannya.
Bab II
Pembahasan
A. Sejarah
Kata pekan dalam bahasa Melayu dapat
bermaksud pasar, sehingga pekanbaru bermakna sebuah pasar ham. Perkembangan
kota ini pada awalnya tidak lepas dari pengaruh fungsi Sungai Siak sebagai
sarana transportasi dalam mendistribusikan hasil bumi dari kawasan daratan
tinggi Sumatera. Beberapa sejarahwan percaya Sriwijaya awalnya berpusat di
sekitar Candi Muara Takus dan kemungkinan kawasan yang berada pada sehiliran
aliran sungai Siak telah menjadi salah satu pelabuhan dari kerajaan Sriwijaya.
Sebuah ekspedisi militer Portugis pada tahun 1514 dikirim menelusuri sungai
Siak dengan tujuan menemui dan memastikan lokasi dari kerajaan ini.
Kota ini mulai menjadi pemukiman pada
masa Kesultanan Siak Sri Inderapura. Pada tanggal 23 Juni 1784, berdasarkan
musyawarah Dewan Menteri-nya yang terdiri dari datuk empat suku (Pesisir,
Limapuluh, Tanah Datar, dan Kampar), kawasan ini dinamai dengan Pekanbaru, dan dikemudian
hari diperingati sebagai hari jadi kota ini.
Kota Pekanbaru secara administratif
dipimpin oleh seorang wali kota, pada masa kepemimpinan wali kota Herman
Abdullah termasuk berhasil dalam menertipkan sistem birokrasi pemerintahannya,
sehingga mampu meningkatkan kinerja dalam memberikan layanan kepada masyarakatnya.
Namun pada tahun 2010 berdasarkan survei persepsi kota-kota di seluruh Indonesia
oleh Transparency International Indonesia (TII), kota ini termasuk kota
terkorup di Indonesia bersama dengan kota Cirebon, hal ini dilihat dari Indeks
Persepsi Korupsi Indonesia (IPK-Indonesia) 2010 yang merupakan pengukuran
tingkat korupsi pemerintah daerah di Indonesia, kota ini sama-sama mendapat
nilai IPK sebesar 3.61, dengan rentang indeks 0 sampai 10, 0 berarti
dipersepsikan sangat korup, sedangkan 10 sangat bersih. Total responden yang diwawancarai
dalam survei yang dilakukan antara Mei dan Oktober 2010 adalah 9237 responden,
yang terdiri dari para pelaku bisnis.
Berdasarkan peraturan daerah (Perda)
kota Pekanbaru nomor 12 tahun 2008, pemerintah kota telah menetapkan pelarangan
bagi masyarakat untuk melakukan pengemisan di depan umum dan di tempat umum di
jalan raya, jalur hijau, persimpangan lampu merah dan jembatan penyeberangan
serta melarang setiap orang untuk memberikan sumbangan dalam bentuk uang atau
barang kepada gelandangan dan pengemis di jalan raya, jalur hijau, persimpangan
lampu merah dan jembatan penyeberangan atau di tempat-'tempat umum.
Pada tahun 2011, dalam pemilihan kepala
daerah secara langsung untuk pertama kalinya, H. Firdaus, M.T. terpilih sebagai
Wali Kota Pekanbaru.
Perwakilan
Dari
basil Pemilu Legislatif
2009, jumlah anggota
DPRD kota Pekanbaru
adalah sebesar 45 orang yang
tersusun atas perwakilan 12 partai
Perekonomian
Pusat Pertokoan di Jalan Tuanku
Tambusal.
Kota Pekanbaru pada triwulan I 2010
mengalami mengalami peningkatan inflasi sebesar 0.79%, dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang mencapai 0.30%. Berdasarkan kelompoknya, inflasi
terjadi hampir pada semua kelompok barang dan jasa kecuali kelompok sandang dan
kelompok kesehatan yang pada triwulan laporan tercatat mengalami deflasi
masing-masing sebesar 0.88% dan 0.02%. Secara tahunan inflasi kota Pekanbaru
pada bulan Maret 2010 tercatat sebesar 2.26%, terus mengalami peningkatan sejak
awal tahun 2010 yaitu 2.07% pada bulan Januari 2010 dan 2.14% pada bulan
Februari 2010.
Posisi Sungai Siak sebagai jalur
perdagangan bagi kota Pekanbaru, telah memegang peranan penting dalam
meningkatkan pertumbuhan ekomoni kota ini. Penemuan cadangan minyak bumi pada
tahun 1939 memberi andil besar bagi perkembangan dan migrasi penduduk dari
kawasan lain. Sektor perdagangan dan jasa saat ini menjadi andalan bagi kota
Pekanbaru, yang terlihat dengan menjamumya pembangunan ruko pada jalan-jalan
utama kota ini. Selain itu, muncul beberapa pusat perbelanjaan modem,
diantaranya: Plaza Senapelan, Plaza Citra, Plaza Sukaramai, Mal Pekanbaru, Mal
SKA, Mal Ciputra Seraya, Lotte Mart, dan Metropolitan Trade Center & Giant.
Selain itu beberapa
pasar tradisional yang masih
berdiri, antara lain
Pasar Bawah, Pasar Raya Senapelan
/ Pasar Kodim dan pasar Andil.
Kesehatan
Kota Pekanbaru memiliki beberapa rumah
sakit yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Dalam memberikan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, pemerintah kota Pekanbaru mencoba melengkapi sarana
dan prasarana yang ada saat ini diantaranya akan membangun gedung ham untuk
Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad yang saat ini ham memiliki sebanyak 264 kamar
untuk rawat inap, dengan selesainya bangunan tersebut kapasitas rawat inapnya,
akan bertambah menjadi 400 kamar.[23]. Rumah sakit terkenal lainnya adalah
Pekanbaru Medical Centre (PMC), RS Awal Bross, dan Eka Hospital.
Pelayanan Publik
Sungai Siak dari atas Jembatan Siak,
Pekanbaru
Untuk mengantisipasi kebutuhan energi
listrik dimasa mendatang, pemerintah kota Pekanbaru telah mengusahakan
pembebasan lahan seluas 40 ha untuk pembangunan PLTU Tenayan Raya.
Sementara untuk memenuhi kebutuhan air
bersih, Pemerintah kota melalui PDAM memanfaatkan air permukaan dari sungai
Siak yang mempunyai kapasitas 5000 liter/detik sebagai sumber air baku bagi
Instalasi Pengolah Air Bersih, yang terpasang dengan kapasitas 380 liter/detik.
Selanjutnya sistem pengolahan penuh dan chlorinasi digunakan untuk memproduksi air
bersih dengan kapasitas 350 liter/detik. Dari kapasitas produksi yang ada,
telah terdistribusi dalam 18.660 unit Sambungan Rumah (SR) dan 45 Hidran Umum
(HU). Setiap SR rata-rata digunakan 5 - 6 orang dan HU dapat digunakan 100
orang. Fasilitas ini memang belum mencukupi kebutuhan keseluruhan masyarakat
kota ini, sehingga sebagian besar masyarakat masih memanfaatkan secara langsung
air permukaan dari sungai Siak tersebut.
Saat ini pemerintah kota telah
menetapkan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di 2 lokasi dengan metode open
dumping, yaitu kawasan Limbungan seluas 5 Ha dengan jarak dari kawasan pemukiman
19 km dan Kulim seluas 3 Ha dengan jarak dari kawasan pemukiman 8 km. Selain itu
gerobak sampah masih digunakan untuk pengumpulan tak langsung, jumlah total
gerobak yang ada saat ini adalah 305 buah dengan kapasitas rata-rata 1 m3 untuk
melayani pengumpulan individual pada 5 wilayah pengumpulan. Sarana pemindahan
yang ada berupa bak sampah pasangan batu-bata dan pelat baja sebanyak 32 buah
dengan daya tampung 157.5 m3. Saat ini kapasitas penampungan TPS ham mencapai 8
% terhadap total timbunan yang ada. Untuk armada angkutan pengambilan sampah
langsung digunakan truk bak terbuka, jumlah pengangkutan yang dilakukan adalah
2 - 3 kali per harinya, sehingga kapasitas pengangkutan baru mencapai 20 %.
Sedangkan setiap harinya terdapat 170 m3 timbunan sampah, sehingga jumlah
sampah yang telah dikelola dan terangkut sampai ke TPA baru mencapai 120
m3/hari atau sekitar 60 %.
Daerah kota Pekanbaru yang memiliki
ketinggian antara 1 sampai 20 meter dengan curah hujan dalam klasiflkasi
sedang, yaitu antara 100-200 per bulan. Secara umum permasalahan banjir di kota
ini adalah masalah genangan air, baik akibat adanya limpasan dari saluran
drainase yang ada maupun akibat terhambatnya pengaliran air. Saluran drainase
yang ada saat ini ham mencakup 13.930 Ha, yang terdiri dari sistem drainase
besar sepanjang 10.123 meter, system drainase kecil sepanjang 15.456 m dan
sistem drainase tersier sepanjang 7.789 m.
Pemerintah kota saat menetapkan
pengembangkan kawasan permukiman perkotaan ke arah ke selatan, timur dan barat
kota (kecamatan Tampan, kecamatan Marpoyan Damai, kecamatan Bukit Raya,
kecamatan Tenayan Raya, dan kecamatan Payung Sekaki). Sedangkan kecamatan Senapelan,
kecamatan Sukajadi, kecamatan Sail dan kecamatan Limapuluh sebagai kawasan perdagangan
dan jasa dengan skala pelayanan regional dan intemasional, perumahan perkotaan (town
house dan apartemen), yang diintegasikan dengan sistem jaringan transportasi
massal dan sistem jaringan transportasi regional melalui jalan tol, akses ke
bandara dan pelabuhan di Sungai Siak.
Perhubungan
Bandara Sultan Syarif Kasim II
Pekanbaru.
Bus Trans Metro Pekanbaru
Pekanbaru dihubungkan oleh jaringan
jalan yang tersambung dari arah Padang di sebelah barat, Medan di sebelah
utara, dan Jambi di sebelah selatan. Terminal Randal Raya Payung Sekaki merupakan
pusat pelayanan transportasi antar kota dan antar provinsi, yang telah
direncanakan pemerintah setempat menjadi sarana orientasi dan perpindahan antar
moda transportasi dengan akses ke sistem jaringan transportasi regional,
bandara, dan pelabuhan.
Bandara Sultan Syarif Kasim II menjadi
salah satu bandar udara tersibuk di Sumatera dan dicanangkan akan menjadi salah
satu bandara intemasional di pulau Sumatera.Berdasarkan data yang diperoleh
dari situs Angkasa Pura II pada tahun 2008 penumpang yang melalui bandara ini mencapai
angka 1,8 Juta penumpang per tahun, menempatkan bandara ini sebagai bandara tersibuk
ketiga di regional Sumatera setelah Bandara Polonia, Medan dan Bandara Hang
Nadim, Batam.
Pelabuhan Pekanbaru yang terletak di
tepi Sungai Siak dan berjarak 96 mil ke muara sungai, menjadi sarana
transportasi untuk komoditi ekspor seperti kelapa sawit. Selain itu, pelabuhan
ini juga menghubungkan Pekanbaru dengan kawasan di Kepulauan Riau, seperti
Tanjung Pinang dan Batam.
Selain itu, Transmetro Pekanbaru
merupakan sarana transportasi massal jalur darat di Kota Pekanbaru, sekaligus
sebagai salah satu altematif untuk mengurangi tingkat kemacetan di kota inl.'
Pariwisata
Perayaan Tabuik di Jalan Tuanku Tambusai
Kota Pekanbaru memiliki beberapa
bangunan dengan ciri khas arsitektur Melayu diantaranya bangunan Balai Adat
Melayu Riau yang terletak di jalan Diponegoro, Bangunan ini terdiri dari dua
lantai, di lantai atasnya terpampang beberapa ungkapan adat dan pasal-pasal
Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Di kiri dan kanan pintu masuk ruangan
utama dapat dibaca pasal I - 4, sedangkan pasal 5 - 12 terdapat di bagian
dinding sebelah dalam ruangan utama. Kemudian di jalan Sudirman terdapat Gedung
Taman Budaya Riau, gedung ini berfungsi sebagai tempat untuk pagelaran berbagai
kegiatan budaya dan seni Melayu Riau dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Sementara bersebelahan dengan gedung ini
terdapat museum yang bemama Museum Sang Nila Utama yang memiliki berbagai
koleksi benda-benda seni, budaya dan bersejarah propinsi Riau.
Pemerintah Kota Pekanbaru membuka pintu
yang seluas-luasnya bagi investor baik yang PMDN maupun PMA untuk menanamkan
modalnya di kota ini dengan berbagai bidang kegiatan ekonomi. Untuk tujuan
masuknya investasi tersebut, Pemerintah Kota Pekanbaru menerapkan sejumlah
kebijakan untuk memberikan insentif/ kemudahan bagi masuknya investasi, yaitu adanya
Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) dan Kemudahan di bidang perizinan investasi.
Peluang investasi yang sangat prospektif di Kota Pekanbaru antara lain:
1 Pengembangan KIT (Kawasan Industri
Tenayan)
Kawasan Industri Tenayan memiliki
wilayah dengan luas 1.550 Ha. Kawasan tersebut terletak di Kecamatan Bukit
Raya, 14 kilometer dari pusat kota. KIT
berada pada posisi yang berdekatan dengan rencana outer ring road timur
sehingga memudahkan transportasi bahan baku dan pemasaran basil produksi dengan
angkutan darat.
Jenis industri yang dinilai prospek
dikembangkan di KIT antara lain industri makanan, industry pengolahan CPO
(crude palm oil), industri garmen, industri kayu dan bahan dari kayu, industry kimia
dan barang dari bahan kimia, industri minyak bumi, karet dan plastik, serta
industri barang galian bukan logam.
2. Pembangunan Terminal Kargo Pekanbaru
Sebagai Ibu Kota Propinsi, Pekanbaru
juga salah satu sentra pertumbuhan ekonomi dan jalur perdagangan di Pulau
Sumatra. Hingga saat ini Kota Pekanbaru belum didukung dengan fasilitas Terminal
Bongkar Muat yang memadai. Pembangunan Terminal Kargo dipandang sangat penting
dalam rangka membenahi lancamya aktifitas bisnis dan jalur lalu lintas terutama
kendaraan bermuatan berat (kontainer).
Bab III
Penutup
Sebelum tahun 1960 Pekanbaru hanyalah
kota dengan luas 16 km2 yang kemudian bertambah menjadi 62.96 km2 dengan 2
kecamatan yaitu kecamatan Senapelan dan kecamatan Limapuluh. Selanjutnya tahun
1965 menjadi 6 kecamatan, tahun 1987 menjadi 8 kecamatan dengan luas wilayah
administrasi bertambah menjadi 446,50 km2 dan setelah pematokan ulang menjadi
luas sekarang ini. Kemudian pada tahun 2003 jumlah kecamatan dimekarkan menjadi
12 kecamatan.
Kependudukan
Kota Pekanbaru merupakan kota dengan
jumlah penduduk paling banyak di provinsi Riau. Etnis Minangkabau merupakan
masyarakat terbesar dengan jumlah sekitar 37,7% dari seluruh penduduk kota.
Mereka umumnya sebagai pedagang dan telah menempatkan bahasa Minang sebagai
pengantar selain bahasa Melayu dan bahasa Indonesia.
Selain orang-orang Minang, perekonomian
kota banyak dijalankan oleh masyarakat Tionghoa. Beberapa perkebunan besar dan
perusahaan ekspor-impor banyak dijalankan oleh pengusaha- pengusaha Tionghoa.
Sementara etnis Melayu, Jawa dan Batak juga memiliki proporsi yang besar
sebagai penghuni kota ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://bappeda.pekanbaru.go.id/page/5/investasi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota Pekanbaru
Jangan lupa, like, share dan comentnya
jika ada masalah.. semoga bermanfaat
0 Response to "Makalah Sejarah Kota Pekanbaru Provinsi Riau"
Post a Comment