Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Permainan Kartu Kata Di Taman Kanak-kanak


Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Permainan Kartu Kata Di Taman Kanak-kanak

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Taman Kanak-Kanak adalah jembatan antara lingkungan family dengan masyarakat yang lebih luas yakni Sekolah Dasar dan lingkungan lainnya. Sebagai salah satu format pendidikan anak umur dini, lembaga ini meluangkan program edukasi dini untuk sekurang-kurangnya anak umur empat tahun sampai menginjak jenjang edukasi dasar (Fergus P, 1995).

Salah satu keterampilan anak yang sedang berkembang pesat pada umur prasekolah ialah kemampuan berbahasa. Penguasaan bahasa paling erat kaitannya dengan keterampilan kognisi anak. Sistematika berkata anak mencerminkan sistematika dalam berfikir. Kemampuan berbahasa yang baik yang dipunyai anak akan menolong anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan dapat menjadi individu yang komunikatif (Masrib Sareb Putra, 2008).

Kemampuan berbahasa itu meliputi keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Membaca sebagai unsur dari kemampuan berbahasa sepatutnya mendapat perhatian guna dikembangkan sesuai keperluan dan ciri khas anak sebab dengan menyimak pengetahuan akan meningkat dan wawasan bakal terbuka. Membaca pada hakekatnya telah dapat diperkenalkan semenjak dini bahkan pada janin yang masih dalam kandungan yakni melewati ibunya dengan membacakan dongeng atau cerita, bakal tetapi menyimak sebagai pelajaran, baru diperkenalkan di Taman Kanak-kanak meskipun beberapa orang tua dan pendidik tidak setuju dengan pelajaran menyimak dan mencatat di TK (Solehudin, 1997).

Dari empiris dan pemantauan yang didapat oleh peneliti di kumpulan B TK .... Kecamatan .... Kabupaten .... yang mempunyai 20 anak didik, yang terdiri dari 8 Laki-laki dan 12 Perempuan ternyata ada 14 anak yang keterampilan membaca permulaannya masih rendah, disebabkan dalam mengajarkan menyimak permulaan guru tidak memakai media, anak melulu melihat artikel dari guru yang terdapat di papan tulis saja sampai-sampai proses belajar menjadi membosankan. Berdasarkan keterangan dari Masidji (2007:19) yang terjadi sekitar ini dalam pengenalan kosa kata pada anak-anak dengan menyebutkan di papan tulis dan anak tidak sedikit yang tidak menyimak dan akhirnya ruang belajar menjadi gaduh dan ramai, sesudah didengar berulang-ulang anak tetap tak sempat dan dimungkinkan sebab pembelajaran yang tidak cukup menyenangkan untuk anak sampai-sampai penguasaan kosa kata anak paling kurang.



Mengingat pentingnya keterampilan membaca untuk pertumbuhan bahasa anak dan sebagai bekal kesiapan anak dalam menginjak jenjang edukasi selanjutnya, maka mendorong cerdasnya guru Taman Kanak-Kanak guna lebih kreatif mengenalkan kemampuan membaca melalui pekerjaan yang cocok dengan umur dan pertumbuhan anak tanpa mesti merasa terdapat paksaan target atau demi mengisi tuntutan orang tua, tetapi mengajarkan atau mengenalkan menyimak melalui pekerjaan bermain seraya belajar dan belajar sambil bermain cocok kebutuhan, karakteristik, umur dan tingkat pertumbuhan anak dengan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan supaya anak tidak merasa tertekan atau seolah di paksa demi target tertentu (Masjidi, 2007).

Sujiono (2009:185) menuliskan bahwa kepintaran linguistik ialah kecerdasan dalam mengubah kata atau keterampilan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis. Kecardasan ini mempunyai empat ketrampilan yaitu: menyimak, membaca, mencatat dan berbicara. Montolulu (2005:6.4) menuliskan bahwa aspek pengembangan bahasa anak umur 5-6 tahun merupakan:

- Menirukan 2 – 4 urutan angka, kata
- Mengikuti 2 – 5 perintah sekaligus
- Menggunakan dan dapat membalas pertanyaan apa, mengapa, di mana, berapa, bagaimana, dan sebagainya dengan kalimat yang lengkap,
- Menceritakan pulang isi kisah yang sudah dikisahkan guru menyerahkan keterangan/ informasi lengkap tentang sebuah hal
- Memberikan batasan sejumlah kata/benda Berbicara fasih dengan kalimat yang kompleks
- Memecahkan masalah dengan berdialog,

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) keterampilan membaca ialah melihat serta mengetahui isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau dalam hati). Dalam Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Bahasa di Taman Kanak-Kanak (TK) dilafalkan bahwa menyimak dapat diperlihatkan dengan pekerjaan yang melibatkan bagian auditif (pendengaran) dan visual (penglihatan).

Membaca sebagai unsur dari kemampuan berbahasa sepatutnya mendapat perhatian guna dikembangkan sesuai keperluan dan ciri khas anak sebab dengan menyimak pengetahuan akan meningkat dan wawasan bakal terbuka. Membaca pada hakekatnya telah dapat diperkenalkan semenjak dini bahkan pada janin yang masih dalam kandungan yakni melewati ibunya dengan membacakan dongeng atau cerita, bakal tetapi menyimak sebagai pelajaran, baru diperkenalkan di Taman Kanak-kanak (TK).

Permasalah yang tampak di TK .... Kecamatan .... Kabupaten .... pun masih tidak sedikit guru yang menerapkan teknik tersebut diatas dalam mengenalkan menyimak pada peserta didik tetapi belum dapat membangkitkan minat menyimak dan keterampilan membaca anak . Hal inidapat dilihat dari kurangnya ketertarikan anak dengan pekerjaan membaca dan kitab bacaan, kurangnya keterampilan anak dalam mengenali huruf, kurangnya anak memahami makna kata, kurangnya upaya guru dalam menyajikan pembelajaran yang menyenangkan untuk anak, dan belum adanya penerapan media yang variatif.

Realita di lapangan masih tidak sedikit ditemukan guru Taman Kanak-Kanak yang bersaing mengajarkan menyimak secara terus menerus tanpa melalui pekerjaan yang unik seperti dengan teknik klasikal dan melafalkan tulisan di papan tulis secara bersama-sama dan ingin memaksa anak untuk menyimak berulang-ulang melulu demi menjangkau target anak didiknya cepat dapat membaca cocok tuntutan orang tua dengan melupakan bahwa sebenarnya teknik yang diterapkan tidak cukup sesuai dengan ciri khas dan tingkat pertumbuhan anak yang berbeda-beda serta melupakan dunia anak yaitu bermain (Hurlock 1980).

Berdasarkan keterangan dari Ramli (2005:185) ciri khas masa umur TK yakni anak TK ialah usia prasekolah belum belajar secara formal, masa TK ialah masa berkelompok, masa meniru, masa bermain, masa TK mempunyai keragaman. Dapat diputuskan bahwa ciri khas anak umur dini ialah setiap pertumbuhan ada etape secara sistematis, diprovokasi oleh sekian banyak  konteks sosial dan budaya, serta pertumbuhan belajar dari interaksi kematangan biologi dan lingkungan.

Berdasarkan uraian diatas maka pengarang tertarik untuk mengerjakan penelitian tindakan ruang belajar dengan judul: “Upaya Guru dalam meningkatkan keterampilan membaca melewati permainan kartu kata di TK .... Kecamatan .... Kabupaten ....”.

B. Rumusan Masalah

Dari persoalan yang ada dalam latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1) Bagaimanakah upaya guru dalam meningkatkan keterampilan membaca melewati permainan kartu kata di TK .... Kecamatan .... Kabupaten ....?

2) Bagaimanakah pemakaian permainan kartu dalam meningkatkan keterampilan membaca anak di TK .... Kecamatan .... Kabupaten ....?

C. Tujuan Penelitian

Adapun destinasi dari riset ini ialah sebagai berikut:

1) Untuk memahami upaya Guru dalam meningkatkan keterampilan membaca melewati permainan kartu kata di TK .... Kecamatan .... Kabupaten .....

2) Untuk memahami pemakaian permainan kartu dalam meningkatkan keterampilan membaca anak di TK .... Kecamatan .... Kabupaten .....

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diinginkan dapat menyerahkan manfaat untuk pihak-pihak yang berhubungan diantaranya:

1) Manfaat Teoritis

Hasil riset ini diinginkan menjadi masukan untuk pendidikan anak umur dini pada terutama dalam meningkatkan keterampilan membaca pada siswa melewati pembelajaran yang mengasyikkan dan cocok dengan teori pertumbuhan anak umur dini.

2) Manfaat Praktis

a) Untuk guru, memberikan pilihan pembelajaran yang menyenangkan, variatif guna meningkatkan keterampilan membaca pada anak umur dini dan menjadikan anak yang cinta menyimak sejak dini.
b) Untuk siswa, menolong siswa untuk menambah minat dan keterampilan membaca melalui teknik yang cocok dengan dunianya yaitu bermain.
c) Untuk sekolah, menjadi bahan pertimbangan guna penyusunan program- program dalam sekolah dengan menyimak setiap kesesuaian keperluan siswa sampai-sampai menghasilkan output murid yang berkualitas.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman pembaca dalam penulisan ini, maka pengarang merasa butuh menjelaskan sejumlah istilah yang bersangkutan dengan judul riset ini. Adapun istilah-istilah tersebut ialah sebagai berikut:

1) Upaya Meningkatkan ialah segala format usaha untuk membetulkan proses belajar dengan memberikan desakan atau menyerahkan motivasi untuk anak mengenai pembelajaran.
2) Kemampuan Membaca ialah kesanggupan dalam mengejar makna dari artikel walaupun dari pekerjaan ini terjadi pengenalan huruf-huruf (Yusdi, 2010).

Adapun yang dimaksud dengan keterampilan membaca dalam riset ini ialah kecakapan seseorang dalam memadukan kegiatan jasmani dan mental yang mencakup sejumlah kegiatan laksana mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi, memaknai serta menarik benang merah mengenai maksud bacaan, dan keterampilan membaca pada anak bisa dikembangkan secara terprogram dan sedini mungkin melewati permainan sebagai sarana pembelajaran melewati permainan kartu kata di Tk .... Kecamatan .... Kabupaten .....

3) Kartu Kata ialah memperlihatkan kartu kata atau gambar yang telah dirancang dan kemampuan serta memasangkan kata, huruf atau suku kata yang cocok dengan menempelkan dinding yang telah disediakan (Yulianti, 2010).

Adapun yang dimaksud dengan kartu kata ialah salah satu media belajar anak berupa gambar yang sudah di persiapkan dengan ditempelkan di dinding belajar.
  

F. LANDASAN TEORITIS

1. Pengertian keterampilan membaca

Berdasarkan keterangan dari Zain dalam Yusdi (2010:10) menafsirkan bahwa kemampuan ialah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berjuang dengan diri sendiri. Kemampuan (ability) merupakan kemampuan atau potensi seseorang pribadi untuk menguasai kemahiran dalam mengerjakan atau mengerjakan pelbagai tugas dalam suatu kegiatan atau suatu evaluasi atas perbuatan seseorang.

Berdasarkan keterangan dari Hartati dalam Susanto (2011:84) menyimak pada hakikatnya ialah kegiatan jasmani dan mental untuk mengejar makna dari artikel walaupun dari pekerjaan ini terjadi pengenalan huruf-huruf. Membaca disebutkan sebagai kegiatan jasmani karena pada saat menyimak bagian-bagian tubuh terutama mata membantu mengemban proses membaca. Membaca disebutkan sebagai pekerjaan mental sebab pada saat menyimak bagian-bagian pikiran terutama persepsi dan memori terlibat didalamnya.

Dhieni dkk, (2007:5.5) mengaku bahwa menyimak merupakan kemampuan bahasa tulis yang mempunyai sifat reseptif. Kemampuan menyimak termasukpekerjaan yang perumahan dan melibatkan sekian banyak  keterampilan. Jadi pekerjaan membaca adalahsuatu kesatuan pekerjaan yang terpadu yang mencakup sejumlah kegiatan laksana mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi, artinya serta menarik benang merah mengenai maksud bacaan.

Sholehudin dkk, (2007:7.10) menegaskan “membaca ialah suatu proses memaknai dan tidak saja membunyikan kata- kata”. Steinberg dalam Susanto (2008:82) mengaku bahwa menyimak dini ialah membaca yang diajarkan secara terprogram untuk anak prasekolah. Program ini memupukkan perhatian pada perkataan-perkataan utuh, bermakna dalam konteks individu anak dan bahan-bahan yang diserahkan melalui permainan dan pekerjaan yang unik dan sebagai perantara pembelajaran.

Berdasarkan pengertian diatas dapat diputuskan bahwa keterampilan membaca ialah kecakapan seseorang dalam memadukan kegiatan jasmani dan mental yang mencakup sejumlah kegiatan laksana mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi, memaknai serta menarik benang merah mengenai maksud bacaan, dan keterampilan membaca pada anak bisa dikembangkan secara terprogram dan sedini mungkin melewati permainan sebagai sarana pembelajaran.

2. Manfaat membaca untuk anak

Kemampuan menyimak sangat besar manfaatnya untuk anak. Leonhardt dalam Dhieni (2007:55) mengaku bahwa terdapat beberapa dalil mengapa butuh menumbuhkan cinta menyimak pada anak di antaranya:

1) Anak yang senang menyimak akan menyimak dengan baik, mayoritas waktunya dipakai untuk membaca, dengan kelaziman membaca akan mengajar dan terus mengembangkan keterampilan membaca anak sampai-sampai anak yang gemar menyimak dalam hariharinya memiliki keterampilan membaca lebih dikomparasikan anak yang tidak suka membaca

2) Anak-anak yang gemar menyimak akan memiliki rasa kebahasaan yang lebih tinggi. Mereka bakal berbicara, menulis, dan mengetahui gagasan-gagasan rumit secara lebih baik. Anak yang gemar menyimak akan mudahmenerbitkan isi hatinya melalui keterampilan verbal dan anak akan dapat memecahkan masalahmasalah yang dihadapi

3) Membaca akan menyerahkan wawasan yang lebih luas dalam segala urusan dan menciptakan belajar lebih mudah. Pengetahuan yang didapat darimenyimak akan menjadikan anak sebagai individu yang tersingkap dan sebagian latihan melibatkan menyimak sehingga anak yang suka menyimak akan jauh lebih gampang menerima pelajaran

4) Kegemaran menyimak akan memberikan pelbagai perspektif untuk anak.

5) Membaca dapat menolong anak-anak guna mempunyai rasa kasih sayang. Membaca akan menolong anak mengendalikan emosiemosi dalam diri anak seperti: sabar, tekun, sayang, dan beda sebagainya

6) Anak-anak yang gemar menyimak dihadapkan pada sebuah dunia yangsarat dengan bisa jadi dan kesempatan.

7) Anak-anak yang gemar menyimak akan dapat mengembangkan polaberanggapan kreatif dalam diri mereka. Anak-anak yang suka menyimak akan terinspirasi dari sekian banyak  bacaan dan khayalan anak bakal berkembang.

Dengan demikian menyimak yang tumbuh semenjak kecil, di samping baikguna perkembangan benak anak, pun membuat anak dapat lebihberanggapan rasional dan lebih dapat mengendalikan diri. Kebiasaanmenyimak sejak kecil bakal memperkaya wawasan anak yang bermuara padakepribadian manusia yang berkualitas. Semakin dini seorang anak belajar membaca, maka bakal memupuk kelaziman dan kerinduan pada pekerjaan membaca.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan membaca anak

Anderson dalam Dhieni (2007:5-19) menyampaikan bahwa hal motivasi, lingkungan, keluarga, dan guru ialah faktor yang sangat dominan padaketerampilan membaca anak umur dini. Motivasi dari dalam diri anak merupakan hal yang paling mendasar untuk kemampuan menyimak anaklantas didukung oleh lingkungan terdekat anak yaitu keluarga sebagai pendidik informal untuk anak serta lingkungan selama anak laksana teman, masyarakat dan sekolah.

Pendapat senada diajukan oleh Tampubolon (2007:5.19) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan membaca dan mencatat terbagi atas duaunsur yaitu hal endogen dan eksogen. Faktor endogen ialah faktor-faktorpertumbuhan baik mempunyai sifat biologis maupun psikologis, dan linguistik yang timbul dari diri anak, sementara eksogen ialah faktor lingkungan. Kedua hal ini salingbersangkutan, dengan kata beda bahwaketerampilan membaca dan menulis diprovokasi secara bersama.

Hasan (2010:122) mengaku bahwa ekuilibrium yang lebih baik antara dua belahan benak dapat menambah rasa aman, harmonis, membantu keterampilan membaca dan mengerti, serta menambah daya fokus dan fokus.

Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan membaca pada anak ialah keseimbangan pertumbuhan biologis maupun psikologis anak,semangat dari dalam diri anak, keluarga,dan lingkungan.

4. Pengertian Permainan Kartu Kata

Berdasarkan keterangan dari Suyatno (2005:12) permainan (game)seringkali digunakan guna memperagakan atau menirukan suatu suasana yang sebenarnya. Keadaan itu tidak bisa dihadirkan langsung didalam ruang atau lokasi latihan. Jenis media ini terutama paling efektif untukmenyatakan suatu definisi niskala (abstrak) atau konsep yang tidak jarang sulit diterangkan dengan kata-kata. Melalui permainan yang dirancang khusus, semua siswa dapat merasakan sendiri secara langsungsebuah kejadian.

Permainan kartu kata yang diterapkan dalam pembelajaran dirancang dengan menyesuaikan pekerjaan yang disaksikan anak keseharian bahkan bisa jadi anak pun melakukan dalam kehidupannya yakni. Adapun kiat dalam permainan ini ialah memperlihatkan kartu kata atau gambar yang telah dirancang dan kemampuan dalam pekerjaan ini ialah memasangkan kata, huruf atau suku kata yang cocok dengan menempelkan dinding yang telah disediakan. Anak diinginkan mampu menggali pasangan dari kata yang dipilih dan anak dapat mengucapkan, mengenali, dan menilik setiap kata dan huruf yang dipasangkan.

Berdasarkan keterangan dari Hildebrand dalam Yulianti (2010: 32) bermain berarti mengeksploitasi, merekayasa, mengulang pelajaran apapun yang dapat dilaksanakan untuk mentrasformasi secara imajinatif hal-hal yang sama dengan dunia orang dewasa. Bruner dalam Suyadi (2010:198) mengaku setiap materi bisa diajarkan untuk setiap kumpulan umur dengan cara-cara yang cocok dengan pertumbuhan anak. uncinya ialah pada permainan dan bermain. Dunia anak ialah bermain, dan belajar dilaksanakan dengan atau seraya bermain yang melibatkan seluruh indra anak.

Permainan kata dan huruf dapat menyerahkan suatu kondisi belajar yang santai, bebas dari ketegangan dan kecemasan. Anak dengan aktif dilibatkan dan dituntut untuk menyerahkan tanggapan dan menciptakan keputusan. Dalam memainkan permainan ini anak-anak dapat menyaksikan sejumlahucapan-ucapan berkali-kali tetapi tidak dalam teknik yang menjemukan dan berulang-ulang.

Memainkan permainan yang melibatkan pengenalan huruf-huruf alfabet danucapan-ucapan utuh ialah sesuatu yang banyak sekali anak-anak bakal menyukainya asal dilaksanakan dengan teknik yang benar. Permainan inipun dapat menyusun dasar pelajaran menyimak dan menulis. Meskipun demikian tidaklah budiman untuk terlampau menekankan pada aspek belajarmenyimak dari permainan-permainan ini. Jika ini mulai mengalahkan unsur bermain, maka lebih tidak sedikit akan berdampak buruk pada anak (Dhieni, 2007:22-23).

Bermain atau permainan mengapit kartu kata adalahsarana yang tepatuntuk anak dalam mengembangkan keterampilan membaca mencatat danketerampilan yang lain sebab melalui bermain anak merasakan pengalaman belajar yang bermakna, mengasyikkan dan cocok dunia anak.

5. Manfaat bermain dan permainan

Berdasarkan keterangan dari Yulianti (2010: 33) menjelaskan bahwa bermain tidak melulu menyenangkan, namun mempunyai guna yang paling besar untuk perkembangan anak, salah satunya ialah memperoleh empiris belajar yang sangat bermanfaat untuk anak.

Berdasarkan keterangan dari Suyatno (2005:14) guna permainan diantaranya:

1) Menyingkirkan “keseriusan” yang menghambat, melepaskan anak dari ketegangan dan menyerahkan suasana yang santai.

2) Menghilangkan stres dalam lingkungan belajar

3) Mengajak anak tercebur penuh, anak tercebur aktif dan maumengerjakan eksplorasi.

4) Meningkatkan proses belajar. Melalui permainan penekanan belajar tidak saja hasil namun proses sebagai pembelajaran.

5) Membangun kreativitas diri, dengan permainan anak anak bakal berimajinasi dan beranggapan ataupun beraksi kreatif laksana anakdapat bermain pura-pura, mengerjakan improfisasi sesuai kemauan danbeda sebagainya.

6) Mencapai destinasi dengan ketidaksadaran. Karena bermain tersebut menyenangkan sampai-sampai anak merasakan proses walaupun sebetulnya ada destinasi dari permainan tersebut sendiri yang pun tercapai.

7) Meraih arti belajar melewati pengalaman. Pembelajaran yang bermaknaialah pembelajaran yang dirasakan anak dari empiris langsung dan tema tidak jauh dari kehiduan anak.

8) Memfokuskan murid sebagai subjek belajar

Dalam bermain anak bisa melakukan sekian banyak  kegiatan yang paling kaya. Kegiatan yang dilaksanakan tidak sekadar mempraktekkanketerampilan dan kemampuan yang telah dikuasai tetapi lebih jauh daritersebut mencakup pula pekerjaan untuk mencoba, meneliti, bahkanmengejar hal-hal baru. Aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan anakketika bermain dapat membuat anak aktif dan interaktif baik secarajasmani maupun mental sampai-sampai dapat menyokong pemberdayaan sekian banyak  aspek pertumbuhan anak.

6. Langkah-langkah Permainan Kartu Kata

Dhieni dkk (2007:9.26) menjelaskan bahwa dalam merangkai permainan kata dan huruf hendaknya menggali cara-cara yang menghibur dari:

1) Memasangkan sebuah kata dengan sebuah gambar

2) Memasangkan sebuah kata tertulis dengan kata yang diucapkan

3) Memasangkan sebuah kata tertulis dengan sebuah kata tertulis

4) Memasangkan sebuah huruf mula dan sebuah gambar

5) Memasangkan bentuk-bentuk huruf dengan bunyi huruf

Adapun langkah-langkah dalam permainan kartu kata ini diantaranya:

1) Guru mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk permainan yakni: kartu kata dengan berbagai format dan warna misal: kartu kata, kartu kata format gambar, kartu kata bergambar, kartu huruf, atau kartu suku kata.

2) Guru mengerjakan setting lokasi supaya nyaman dan menciptakan anak bebas bergerak.

3) Guru mengkondisikan anak dengan nyanyian dan tepuk.

4) Guru menerangkan tahapan bermain dan menciptakan kesepakatan aturan permainan bareng anak-anak.

5) Melakukan permainan kartu kata yang pelaksanaanya laksana anak bebas memilih kata yang diinginkan, anak menempelkan di lokasi yang sudah disediakan, anak menggali kartu huruf atau suku kata yang cocok untuk dipasangkan dengan kata opsi yang telah disediakan di depan kata pilihanseraya diucapkan.

6) Setelah terpasang anak menyimak dari depan kata yang di tempelkan dan anak diberi peluang memberikan dalil tentang kata pilihan supaya mengetahui arti kata tersebut.

7) Anak boleh melepas dan mengulangi permainan dengan kata atau gambar yang beda secara bergantian dengan teman-teman.

8) Guru menyerahkan apresiasi, melakukan penilaian dan tanya jawab dengan anak dari proses permainan berlangsung.


G. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yakni ragamriset pembelajaran yang berkonteks ruang belajar dan dilakukan oleh guru guna memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, membetulkan mutu pembelajaran dan mengupayakan hal-hal baru dibidang pembelajaran demi penambahan mutu dan hasil pembelajaran.

Berdasarkan keterangan dari Depdiknas (2003:9) mengaku bahwa: riset Tindakan Kelas ialah suatu riset yang dilaksanakan secara sistematis, refleksi terhadap sekian banyak  aksi atau perbuatan yang dilaksanakan oleh guru/pelaku mulai dari perencanaan hingga dengan riset tindakan nyata di dalam ruang belajar yang berupa bahagian belajar melatih untuk memperbaiki situasi pembelajaran yang di lakukan.

Penelitian perbuatan kelas pun dapat membetulkan dan menambah mutu praktik pembelajaran yang di kerjakan guru demi tercapainya destinasi pembelajaran. Guru bisa melaksanakan pekerjaan ini setelah menganalisis kegiatankegiatan sendiri, di kelasny sendiri dengan melibatkan anak didiknya, melewati tindakan yang di rencanakan, dilakukan dan di evaluasi, guru mendapat  umpan balik yang sistematis tentang apa yangsekitar ini dilaksanakan dalam pekerjaan belajar mengajar.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di TK .... Kecamatan .... Kabupaten ...., khususnya kumpulan B tahun latihan 2013/2014.

3. Subjek Data

Subyek yang bakal diteliti ialah anak didik di TK .... Kecamatan .... Kabupaten .... yang berjumlah 20 (dua puluh) anak terdiri dari 12 (dua belas) anak laki-laki dan 8 (delapan) anak wanita Tahun Pelajaran 2013/2014.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pendataan data yang digunakan ialah observasi, wawancara, daftar lapangan dan dokumentasi.

1. Observasi.

Observasi ialah suatu kiat yang dilaksanakan dengan teknik mengadakanpemantauan secara teliti dan sistematis. Arikunto (2008: 28). Pengumpulan data melewati observasi dilaksanakan sendiri oleh peneliti ditolong guru dan kepala sekolah. Observasi dilaksanakan pada ruang belajar yang dijadikan subyek riset untuk mendapatkan cerminan secara langsungpekerjaan menari anak di kelas.

2. Wawancara.

Wawancara ialah proses memperoleh penjelasan untuk tujuan riset denganteknik tanya jawab seraya bertatap muka antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai (responden) dengan perangkat yang disebut panduan wawancara.

3. Dokumentasi.

Dokumentasi ialah instrumen untuk mengoleksi data mengenai peristiwa atau kejadian-kejadian masa kemudian yang sudah didokumentasikan. Mulyasa (2009:09). Dokumen adalahmetode untuk mendapat  atau memahami sesuatu,buku-buku, dokumentasi yang bersangkutan dengan yang diteliti. Dokumen dipakai untuk mendapat  data sekolah dan nama anak kumpulan A TK .... .... Kecamatan .... Kabupaten ...., serta potret atau rekaman proses perbuatan penelitian.

4. Catatan Lapangan.

Berdasarkan keterangan dari Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2009:209),daftar lapangan ialah catatan tertulis mengenai apa yang didengar, di lihat,di alami dan di pikirkan dalam rangka pendataan data dan refleksi terhadap data dalam riset kualitatif. Catatan lapangan dipakai untukmenulis temuan sekitar pembelajaran yang didapatkan peneliti yang teramati dalam pedoman observasi.

5. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan format kolaborasi. Peneliti sebagai observer, guru yang mengerjakan tindakan dan penanggung jawab penuh riset ini. Peneliti ditolong oleh seorang kolaborator yakni guru sejawat. Pada tindakan ruang belajar ini dilakukan dalam dua kali siklus dengan empatpekerjaan yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi yang dirasakan mampu mengisi kepuasan peneliti dalammenjangkau hasil yang diharapkan dan menanggulangi persoalan yang ada.

Pelaksanaan riset tindakan ruang belajar terdiri dari II siklus, siklus I dilakukan 3 kali pertemuan yang membicarakan materi dan rencanaperbuatan dengan menekankan pada keterampilan membaca anak dengan permainan kartu Angka. Siklus II mengerjakan perbaikan pekerjaan pembelajaran menurut hal-hal yang ditemukan yang belum terjangkau di siklus I. guna pelaksanaan dua siklus ini cocok dengan urutan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Untuk memahami data yang diperoleh dari pekerjaan anak sekitar proses pembelajarandilangsungkan dilakukan melewati observasi dan hasilnya di tulis didalam lembaran observasi dan RKH, dan arsip berupa kamera guna merekam pembelajaran yang sedang berlangsung. Data yang didapatkan dari observasibakal dianalisis, setiap pekerjaan yang bakal dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas

Dhieni Nurbiana, dkk. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hughes, Fergus P. 1995. Permainan Anak dan Pengembangannya. Allyn. Terjemahan.

Hurlock, Elizabeth (1987). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta. Erlangga.

Hasan Maimunah. 2010. PAUD Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: DIVA Press.

KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1997.

Masjidi, Noviar. 2007. Agar Anak Suka Membaca. Yogyakarta : Media Insani.

Masri Sareb Putra, R.. 2008. Menumbuhkan Minat Baca Sejak Usia Dini. JakartaPT Macanan Jaya Cemerlang.

Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Professional. Bandung : Remaja Rosda.

Moleong, J Lexy, Prof. Dr. 2009, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakaya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Permainan Kartu Kata Di Taman Kanak-kanak"

Post a Comment