Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Permainan Kartu Kata Di Taman Kanak-kanak
Upaya Guru Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Melalui Permainan Kartu Kata Di Taman Kanak-kanak
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Taman Kanak-Kanak adalah jembatan antara lingkungan family dengan masyarakat yang lebih
luas yakni Sekolah Dasar dan
lingkungan lainnya. Sebagai salah satu
format pendidikan anak umur dini,
lembaga ini meluangkan program edukasi dini untuk sekurang-kurangnya anak umur empat tahun sampai
menginjak jenjang edukasi dasar
(Fergus P, 1995).
Salah satu keterampilan anak yang sedang berkembang pesat pada umur prasekolah ialah kemampuan berbahasa. Penguasaan
bahasa paling erat kaitannya
dengan keterampilan kognisi
anak. Sistematika berkata anak mencerminkan sistematika dalam
berfikir. Kemampuan berbahasa yang baik yang dipunyai anak akan
menolong anak dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan dan dapat menjadi individu yang komunikatif (Masrib
Sareb Putra, 2008).
Kemampuan berbahasa itu meliputi keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Membaca
sebagai unsur dari kemampuan berbahasa sepatutnya
mendapat perhatian guna dikembangkan
sesuai keperluan dan ciri khas anak sebab dengan menyimak pengetahuan
akan meningkat dan wawasan bakal terbuka. Membaca pada
hakekatnya telah dapat
diperkenalkan semenjak dini
bahkan pada janin yang masih dalam kandungan yakni melewati ibunya dengan membacakan dongeng atau cerita, bakal tetapi menyimak sebagai pelajaran, baru diperkenalkan di Taman
Kanak-kanak meskipun beberapa orang tua
dan pendidik tidak setuju dengan pelajaran menyimak dan mencatat di
TK (Solehudin, 1997).
Dari empiris dan pemantauan yang didapat
oleh peneliti di kumpulan B TK ....
Kecamatan .... Kabupaten .... yang mempunyai
20 anak didik, yang terdiri dari 8 Laki-laki dan 12 Perempuan ternyata ada 14 anak yang keterampilan membaca permulaannya
masih rendah, disebabkan dalam
mengajarkan menyimak permulaan
guru tidak memakai media, anak melulu melihat artikel dari guru yang
terdapat di papan tulis saja sampai-sampai
proses belajar menjadi membosankan. Berdasarkan keterangan dari Masidji (2007:19) yang terjadi sekitar ini dalam pengenalan kosa
kata pada anak-anak dengan menyebutkan
di papan tulis dan anak tidak sedikit yang
tidak menyimak dan akhirnya ruang belajar menjadi gaduh dan
ramai, sesudah didengar
berulang-ulang anak tetap tak sempat dan
dimungkinkan sebab pembelajaran
yang tidak cukup menyenangkan untuk anak sampai-sampai penguasaan kosa kata anak paling kurang.
Mengingat pentingnya keterampilan membaca untuk pertumbuhan bahasa anak dan sebagai
bekal kesiapan anak dalam menginjak jenjang edukasi selanjutnya, maka mendorong
cerdasnya guru Taman Kanak-Kanak guna lebih
kreatif mengenalkan kemampuan membaca
melalui pekerjaan yang cocok dengan umur dan pertumbuhan anak
tanpa mesti merasa terdapat paksaan target atau demi mengisi tuntutan orang tua, tetapi mengajarkan atau mengenalkan menyimak melalui pekerjaan bermain seraya belajar dan belajar sambil bermain cocok kebutuhan, karakteristik, umur dan tingkat pertumbuhan
anak dengan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan supaya anak tidak
merasa tertekan atau seolah di paksa demi target tertentu (Masjidi, 2007).
Sujiono (2009:185) menuliskan bahwa kepintaran linguistik ialah kecerdasan dalam mengubah kata atau keterampilan menggunakan kata secara
efektif baik secara lisan maupun tertulis. Kecardasan ini mempunyai empat ketrampilan yaitu:
menyimak, membaca, mencatat dan
berbicara. Montolulu (2005:6.4)
menuliskan bahwa aspek pengembangan bahasa anak umur 5-6 tahun merupakan:
- Menirukan 2 – 4 urutan angka,
kata
- Mengikuti 2 – 5 perintah
sekaligus
- Menggunakan dan dapat membalas pertanyaan apa, mengapa, di
mana, berapa, bagaimana, dan sebagainya dengan kalimat yang lengkap,
- Menceritakan pulang isi kisah yang sudah
dikisahkan guru menyerahkan keterangan/
informasi lengkap tentang sebuah hal
- Memberikan batasan sejumlah kata/benda Berbicara fasih dengan kalimat yang kompleks
- Memecahkan masalah dengan
berdialog,
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1997) keterampilan membaca ialah melihat serta mengetahui isi dari apa yang tertulis
(dengan melisankan atau dalam hati). Dalam Pedoman Pembelajaran Bidang
Pengembangan Bahasa di Taman Kanak-Kanak (TK) dilafalkan bahwa menyimak
dapat diperlihatkan dengan pekerjaan yang melibatkan bagian auditif (pendengaran)
dan visual (penglihatan).
Membaca sebagai unsur dari kemampuan berbahasa sepatutnya mendapat perhatian guna dikembangkan sesuai keperluan dan ciri khas anak sebab dengan menyimak pengetahuan akan meningkat dan wawasan bakal terbuka. Membaca pada hakekatnya telah dapat diperkenalkan semenjak dini bahkan pada janin yang
masih dalam kandungan yakni melewati ibunya
dengan membacakan dongeng atau cerita,
bakal tetapi menyimak sebagai
pelajaran, baru diperkenalkan di Taman Kanak-kanak (TK).
Permasalah yang tampak di TK .... Kecamatan ....
Kabupaten .... pun masih tidak sedikit guru yang menerapkan teknik tersebut diatas dalam
mengenalkan menyimak pada
peserta didik tetapi belum dapat membangkitkan minat menyimak dan keterampilan membaca anak . Hal inidapat dilihat dari kurangnya ketertarikan anak dengan pekerjaan membaca dan kitab bacaan, kurangnya keterampilan anak dalam mengenali
huruf, kurangnya anak memahami makna kata,
kurangnya upaya guru dalam menyajikan pembelajaran yang menyenangkan untuk anak, dan belum adanya
penerapan media yang variatif.
Realita di lapangan masih tidak sedikit ditemukan guru Taman
Kanak-Kanak yang bersaing mengajarkan menyimak secara terus menerus
tanpa melalui pekerjaan yang unik seperti dengan teknik klasikal dan melafalkan tulisan di papan tulis
secara bersama-sama dan ingin memaksa
anak untuk menyimak berulang-ulang melulu demi menjangkau target anak didiknya cepat dapat membaca cocok tuntutan
orang tua dengan melupakan bahwa sebenarnya teknik yang diterapkan
tidak cukup sesuai dengan ciri
khas dan tingkat pertumbuhan anak
yang berbeda-beda serta melupakan dunia anak yaitu bermain (Hurlock 1980).
Berdasarkan
keterangan dari Ramli (2005:185)
ciri khas masa umur TK yakni anak TK ialah usia prasekolah belum belajar secara formal, masa TK ialah masa berkelompok, masa meniru,
masa bermain, masa TK mempunyai keragaman.
Dapat diputuskan bahwa ciri khas anak umur dini ialah setiap pertumbuhan ada etape secara sistematis, diprovokasi oleh sekian banyak konteks sosial dan budaya, serta pertumbuhan belajar dari interaksi
kematangan biologi dan lingkungan.
Berdasarkan uraian diatas maka pengarang tertarik untuk mengerjakan penelitian tindakan ruang belajar dengan judul: “Upaya
Guru dalam meningkatkan keterampilan membaca melewati permainan kartu kata di TK ....
Kecamatan .... Kabupaten ....”.
B. Rumusan Masalah
Dari persoalan yang ada dalam
latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimanakah upaya guru dalam
meningkatkan keterampilan membaca melewati permainan kartu kata di TK ....
Kecamatan .... Kabupaten ....?
2) Bagaimanakah pemakaian permainan kartu dalam
meningkatkan keterampilan membaca
anak di TK .... Kecamatan .... Kabupaten ....?
C. Tujuan Penelitian
Adapun destinasi dari riset ini ialah sebagai berikut:
1) Untuk memahami upaya Guru dalam meningkatkan keterampilan membaca melewati
permainan kartu kata di TK .... Kecamatan .... Kabupaten .....
2) Untuk memahami pemakaian permainan kartu dalam meningkatkan keterampilan membaca anak di TK ....
Kecamatan .... Kabupaten .....
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diinginkan dapat menyerahkan manfaat untuk pihak-pihak yang berhubungan diantaranya:
1) Manfaat Teoritis
Hasil riset ini diinginkan menjadi
masukan untuk pendidikan anak umur dini pada terutama dalam meningkatkan keterampilan membaca pada siswa melewati pembelajaran yang
mengasyikkan dan cocok dengan
teori pertumbuhan anak umur dini.
2) Manfaat Praktis
a) Untuk guru, memberikan
pilihan pembelajaran yang menyenangkan, variatif guna meningkatkan keterampilan
membaca pada anak umur dini
dan menjadikan anak yang cinta menyimak
sejak dini.
b) Untuk siswa, menolong siswa
untuk menambah minat dan keterampilan membaca melalui teknik yang cocok dengan dunianya
yaitu bermain.
c) Untuk sekolah, menjadi bahan pertimbangan guna penyusunan program- program dalam sekolah dengan menyimak setiap kesesuaian keperluan siswa sampai-sampai menghasilkan output murid yang berkualitas.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman
pembaca dalam penulisan ini, maka pengarang
merasa butuh menjelaskan sejumlah istilah yang bersangkutan dengan judul riset ini. Adapun istilah-istilah
tersebut ialah sebagai berikut:
1) Upaya Meningkatkan ialah segala format usaha untuk
membetulkan proses belajar dengan memberikan desakan atau menyerahkan motivasi untuk anak mengenai pembelajaran.
2) Kemampuan Membaca ialah kesanggupan dalam mengejar makna dari artikel walaupun dari pekerjaan ini terjadi pengenalan
huruf-huruf (Yusdi, 2010).
Adapun yang dimaksud dengan keterampilan membaca dalam riset ini ialah kecakapan seseorang dalam memadukan kegiatan jasmani dan mental yang mencakup sejumlah kegiatan laksana mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya
dengan bunyi, memaknai serta menarik
benang merah mengenai maksud bacaan, dan keterampilan membaca pada anak bisa dikembangkan secara terprogram dan sedini mungkin melewati permainan sebagai sarana
pembelajaran melewati permainan
kartu kata di Tk .... Kecamatan .... Kabupaten .....
3) Kartu Kata ialah memperlihatkan kartu kata atau
gambar yang telah dirancang dan kemampuan serta memasangkan kata, huruf atau suku kata yang cocok dengan menempelkan dinding yang telah disediakan (Yulianti, 2010).
Adapun yang dimaksud dengan kartu
kata ialah salah satu media
belajar anak berupa gambar yang sudah di
persiapkan dengan ditempelkan di dinding belajar.
F. LANDASAN TEORITIS
1. Pengertian keterampilan membaca
Berdasarkan
keterangan dari Zain dalam Yusdi (2010:10) menafsirkan bahwa kemampuan ialah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berjuang dengan diri sendiri.
Kemampuan (ability) merupakan kemampuan
atau potensi seseorang pribadi untuk
menguasai kemahiran dalam mengerjakan atau mengerjakan pelbagai tugas dalam suatu kegiatan atau suatu evaluasi atas perbuatan seseorang.
Berdasarkan
keterangan dari Hartati dalam Susanto (2011:84) menyimak pada hakikatnya
ialah kegiatan jasmani dan
mental untuk mengejar makna dari artikel walaupun dari pekerjaan ini terjadi pengenalan
huruf-huruf. Membaca disebutkan sebagai
kegiatan jasmani karena pada
saat menyimak bagian-bagian
tubuh terutama mata membantu mengemban proses membaca. Membaca disebutkan sebagai pekerjaan mental sebab pada saat menyimak bagian-bagian pikiran terutama persepsi dan memori terlibat didalamnya.
Dhieni dkk, (2007:5.5) mengaku bahwa menyimak merupakan
kemampuan bahasa tulis yang
mempunyai sifat reseptif. Kemampuan menyimak termasukpekerjaan
yang perumahan dan
melibatkan sekian banyak keterampilan. Jadi pekerjaan membaca adalahsuatu kesatuan pekerjaan yang terpadu yang mencakup sejumlah kegiatan laksana mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya
dengan bunyi, artinya serta
menarik benang merah mengenai
maksud bacaan.
Sholehudin dkk, (2007:7.10)
menegaskan “membaca ialah suatu
proses memaknai dan tidak saja membunyikan
kata- kata”. Steinberg dalam Susanto (2008:82) mengaku bahwa menyimak dini ialah membaca yang diajarkan secara
terprogram untuk anak
prasekolah. Program ini memupukkan perhatian pada perkataan-perkataan utuh,
bermakna dalam konteks individu anak
dan bahan-bahan yang diserahkan melalui
permainan dan pekerjaan yang unik dan sebagai perantara
pembelajaran.
Berdasarkan pengertian diatas dapat diputuskan bahwa keterampilan membaca ialah kecakapan seseorang dalam
memadukan kegiatan jasmani dan
mental yang mencakup sejumlah kegiatan laksana mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya
dengan bunyi, memaknai serta menarik
benang merah mengenai maksud bacaan, dan keterampilan membaca pada anak bisa dikembangkan secara terprogram dan sedini mungkin melewati permainan sebagai sarana
pembelajaran.
2. Manfaat membaca untuk anak
Kemampuan menyimak sangat besar manfaatnya untuk anak. Leonhardt dalam Dhieni (2007:55) mengaku bahwa terdapat beberapa dalil mengapa butuh menumbuhkan cinta menyimak pada anak di antaranya:
1) Anak yang senang menyimak akan menyimak dengan baik,
mayoritas waktunya dipakai untuk
membaca, dengan kelaziman membaca
akan mengajar dan terus
mengembangkan keterampilan membaca
anak sampai-sampai anak yang
gemar menyimak dalam hariharinya
memiliki keterampilan membaca
lebih dikomparasikan anak yang
tidak suka membaca
2) Anak-anak yang gemar menyimak akan memiliki rasa kebahasaan yang lebih tinggi. Mereka bakal berbicara, menulis, dan mengetahui gagasan-gagasan rumit
secara lebih baik. Anak yang gemar menyimak
akan mudahmenerbitkan isi
hatinya melalui keterampilan verbal
dan anak akan dapat memecahkan
masalahmasalah yang dihadapi
3) Membaca akan menyerahkan wawasan yang lebih luas
dalam segala urusan dan menciptakan belajar lebih mudah.
Pengetahuan yang didapat darimenyimak akan
menjadikan anak sebagai individu yang tersingkap dan sebagian latihan melibatkan menyimak sehingga anak yang suka menyimak akan jauh lebih gampang menerima pelajaran
4) Kegemaran menyimak akan memberikan pelbagai perspektif untuk anak.
5) Membaca dapat menolong anak-anak guna mempunyai rasa kasih sayang.
Membaca akan menolong anak
mengendalikan emosiemosi dalam diri anak seperti: sabar, tekun, sayang, dan beda sebagainya
6) Anak-anak yang gemar menyimak dihadapkan pada sebuah dunia yangsarat dengan bisa jadi dan kesempatan.
7) Anak-anak yang gemar menyimak akan dapat mengembangkan polaberanggapan
kreatif dalam diri mereka. Anak-anak yang suka menyimak akan terinspirasi dari sekian banyak bacaan dan khayalan anak bakal berkembang.
Dengan demikian menyimak yang tumbuh semenjak kecil, di samping baikguna perkembangan benak anak, pun membuat anak dapat lebihberanggapan rasional dan lebih dapat mengendalikan diri. Kebiasaanmenyimak sejak kecil bakal
memperkaya wawasan anak yang bermuara padakepribadian manusia yang berkualitas. Semakin dini seorang anak
belajar membaca, maka bakal memupuk kelaziman dan kerinduan pada pekerjaan membaca.
3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keterampilan membaca
anak
Anderson dalam Dhieni (2007:5-19) menyampaikan bahwa hal motivasi, lingkungan, keluarga,
dan guru ialah faktor yang
sangat dominan padaketerampilan membaca anak umur dini. Motivasi dari dalam diri
anak merupakan hal yang paling mendasar untuk kemampuan menyimak anaklantas didukung oleh lingkungan terdekat anak yaitu keluarga sebagai pendidik
informal untuk anak serta
lingkungan selama anak laksana teman, masyarakat dan
sekolah.
Pendapat senada diajukan oleh Tampubolon (2007:5.19)
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
keterampilan membaca dan
mencatat terbagi atas duaunsur yaitu hal endogen dan eksogen. Faktor
endogen ialah faktor-faktorpertumbuhan baik mempunyai sifat biologis maupun
psikologis, dan linguistik yang timbul dari diri anak, sementara eksogen ialah faktor
lingkungan. Kedua hal ini salingbersangkutan, dengan kata beda bahwaketerampilan membaca dan menulis diprovokasi secara bersama.
Hasan (2010:122) mengaku bahwa ekuilibrium yang lebih baik antara dua belahan benak dapat menambah rasa aman, harmonis, membantu keterampilan membaca dan mengerti, serta menambah daya fokus dan
fokus.
Dengan demikian faktor-faktor
yang mempengaruhi keterampilan membaca
pada anak ialah keseimbangan pertumbuhan biologis maupun
psikologis anak,semangat dari
dalam diri anak, keluarga,dan lingkungan.
4. Pengertian Permainan Kartu
Kata
Berdasarkan
keterangan dari Suyatno (2005:12) permainan (game)seringkali digunakan guna memperagakan
atau menirukan suatu suasana yang
sebenarnya. Keadaan itu tidak bisa dihadirkan langsung didalam
ruang atau lokasi latihan. Jenis
media ini terutama paling efektif
untukmenyatakan suatu definisi niskala (abstrak) atau
konsep yang tidak jarang sulit diterangkan dengan kata-kata. Melalui
permainan yang dirancang khusus, semua siswa
dapat merasakan sendiri secara
langsungsebuah kejadian.
Permainan kartu kata yang
diterapkan dalam pembelajaran dirancang dengan menyesuaikan pekerjaan yang disaksikan anak
keseharian bahkan bisa jadi anak pun melakukan dalam kehidupannya
yakni. Adapun kiat dalam
permainan ini ialah memperlihatkan
kartu kata atau gambar yang telah dirancang
dan kemampuan dalam pekerjaan ini ialah memasangkan kata, huruf
atau suku kata yang cocok dengan
menempelkan dinding yang telah disediakan.
Anak diinginkan mampu menggali pasangan dari kata yang
dipilih dan anak dapat mengucapkan,
mengenali, dan menilik setiap
kata dan huruf yang dipasangkan.
Berdasarkan
keterangan dari Hildebrand dalam Yulianti (2010: 32) bermain berarti
mengeksploitasi, merekayasa, mengulang
pelajaran apapun yang dapat
dilaksanakan untuk mentrasformasi secara imajinatif hal-hal yang sama
dengan dunia orang dewasa. Bruner dalam Suyadi (2010:198) mengaku setiap materi bisa diajarkan untuk setiap kumpulan umur
dengan cara-cara yang cocok dengan pertumbuhan anak. uncinya ialah pada permainan dan bermain.
Dunia anak ialah bermain, dan
belajar dilaksanakan dengan atau seraya bermain yang melibatkan seluruh indra anak.
Permainan kata dan huruf dapat menyerahkan suatu kondisi
belajar yang santai, bebas dari ketegangan dan kecemasan. Anak dengan
aktif dilibatkan dan dituntut untuk
menyerahkan tanggapan dan
menciptakan keputusan. Dalam memainkan permainan ini anak-anak dapat menyaksikan sejumlahucapan-ucapan berkali-kali tetapi tidak dalam teknik yang menjemukan dan berulang-ulang.
Memainkan permainan yang
melibatkan pengenalan huruf-huruf alfabet
danucapan-ucapan utuh ialah sesuatu yang banyak sekali anak-anak bakal menyukainya asal dilaksanakan dengan teknik yang benar. Permainan inipun dapat menyusun dasar pelajaran
menyimak dan menulis. Meskipun demikian tidaklah budiman untuk terlampau menekankan
pada aspek belajarmenyimak dari
permainan-permainan ini. Jika ini mulai
mengalahkan unsur bermain, maka lebih tidak sedikit akan
berdampak buruk pada anak (Dhieni, 2007:22-23).
Bermain atau permainan mengapit kartu kata adalahsarana yang tepatuntuk anak dalam mengembangkan keterampilan membaca mencatat danketerampilan yang lain
sebab melalui bermain anak
merasakan pengalaman belajar yang bermakna, mengasyikkan dan cocok dunia
anak.
5. Manfaat bermain dan permainan
Berdasarkan
keterangan dari Yulianti (2010: 33) menjelaskan bahwa bermain tidak melulu menyenangkan,
namun mempunyai guna yang paling besar untuk perkembangan anak, salah satunya ialah memperoleh empiris belajar
yang sangat bermanfaat untuk anak.
Berdasarkan
keterangan dari Suyatno (2005:14)
guna permainan diantaranya:
1) Menyingkirkan “keseriusan”
yang menghambat, melepaskan anak
dari ketegangan dan menyerahkan suasana
yang santai.
2) Menghilangkan stres dalam
lingkungan belajar
3) Mengajak anak tercebur penuh, anak tercebur aktif dan maumengerjakan eksplorasi.
4) Meningkatkan proses belajar.
Melalui permainan penekanan belajar
tidak saja hasil namun proses
sebagai pembelajaran.
5) Membangun kreativitas diri,
dengan permainan anak anak bakal berimajinasi
dan beranggapan ataupun beraksi kreatif laksana anakdapat bermain pura-pura,
mengerjakan improfisasi sesuai
kemauan danbeda sebagainya.
6) Mencapai destinasi dengan ketidaksadaran.
Karena bermain tersebut menyenangkan sampai-sampai anak merasakan proses walaupun sebetulnya ada destinasi dari permainan
tersebut sendiri yang pun tercapai.
7) Meraih arti belajar melewati pengalaman.
Pembelajaran yang bermaknaialah pembelajaran
yang dirasakan anak dari empiris langsung dan tema tidak jauh
dari kehiduan anak.
8) Memfokuskan murid sebagai subjek belajar
Dalam bermain anak bisa melakukan sekian banyak kegiatan
yang paling kaya. Kegiatan yang dilaksanakan tidak sekadar
mempraktekkanketerampilan dan kemampuan yang telah dikuasai tetapi lebih
jauh daritersebut mencakup pula pekerjaan untuk mencoba, meneliti,
bahkanmengejar hal-hal baru.
Aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan anakketika bermain dapat membuat anak aktif dan interaktif baik secarajasmani maupun mental sampai-sampai dapat menyokong pemberdayaan sekian banyak aspek pertumbuhan anak.
6. Langkah-langkah Permainan
Kartu Kata
Dhieni dkk (2007:9.26) menjelaskan bahwa dalam merangkai permainan kata dan huruf hendaknya menggali cara-cara yang menghibur dari:
1) Memasangkan sebuah kata dengan sebuah gambar
2) Memasangkan sebuah kata tertulis dengan kata yang
diucapkan
3) Memasangkan sebuah kata tertulis dengan sebuah kata tertulis
4) Memasangkan sebuah huruf mula dan sebuah gambar
5) Memasangkan bentuk-bentuk huruf dengan bunyi huruf
Adapun langkah-langkah dalam
permainan kartu kata ini diantaranya:
1) Guru mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk permainan yakni:
kartu kata dengan berbagai format dan
warna misal: kartu kata, kartu kata
format gambar, kartu kata bergambar, kartu huruf, atau kartu suku kata.
2) Guru mengerjakan setting
lokasi supaya nyaman dan
menciptakan anak bebas bergerak.
3) Guru mengkondisikan anak
dengan nyanyian dan tepuk.
4) Guru menerangkan tahapan bermain dan menciptakan kesepakatan aturan
permainan bareng anak-anak.
5) Melakukan permainan kartu kata
yang pelaksanaanya laksana anak
bebas memilih kata yang diinginkan, anak menempelkan di lokasi yang sudah disediakan,
anak menggali kartu huruf atau suku kata yang cocok untuk dipasangkan dengan kata opsi yang telah disediakan di depan kata pilihanseraya diucapkan.
6) Setelah terpasang anak menyimak dari depan kata yang di
tempelkan dan anak diberi peluang memberikan dalil tentang kata pilihan supaya mengetahui arti kata tersebut.
7) Anak boleh melepas dan
mengulangi permainan dengan kata atau gambar yang beda secara bergantian dengan teman-teman.
8) Guru menyerahkan apresiasi, melakukan penilaian dan tanya jawab dengan anak dari proses permainan
berlangsung.
G. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis
Penelitian
Penelitian ini berbentuk
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yakni ragamriset pembelajaran yang berkonteks ruang belajar dan dilakukan oleh guru guna memecahkan masalah-masalah
pembelajaran yang dihadapi oleh guru,
membetulkan mutu pembelajaran dan
mengupayakan hal-hal baru dibidang pembelajaran demi penambahan mutu dan hasil
pembelajaran.
Berdasarkan
keterangan dari Depdiknas (2003:9)
mengaku bahwa: riset Tindakan
Kelas ialah suatu riset yang dilaksanakan secara sistematis, refleksi terhadap sekian banyak aksi atau perbuatan yang
dilaksanakan oleh guru/pelaku mulai dari perencanaan hingga dengan riset tindakan nyata di dalam ruang belajar yang berupa bahagian belajar melatih untuk memperbaiki
situasi pembelajaran yang di lakukan.
Penelitian perbuatan kelas pun dapat membetulkan dan menambah mutu praktik pembelajaran
yang di kerjakan guru demi
tercapainya destinasi pembelajaran.
Guru bisa melaksanakan pekerjaan ini setelah menganalisis kegiatankegiatan
sendiri, di kelasny sendiri dengan melibatkan anak didiknya, melewati tindakan yang di rencanakan, dilakukan dan di evaluasi, guru mendapat
umpan balik yang sistematis tentang apa yangsekitar ini dilaksanakan dalam pekerjaan belajar mengajar.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di TK .... Kecamatan ....
Kabupaten ...., khususnya kumpulan B
tahun latihan 2013/2014.
3. Subjek Data
Subyek yang bakal diteliti ialah anak didik di TK .... Kecamatan .... Kabupaten .... yang
berjumlah 20 (dua puluh) anak terdiri dari 12 (dua belas) anak laki-laki dan 8
(delapan) anak wanita Tahun
Pelajaran 2013/2014.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pendataan data yang digunakan ialah observasi, wawancara, daftar lapangan dan dokumentasi.
1. Observasi.
Observasi ialah suatu kiat yang dilaksanakan dengan teknik mengadakanpemantauan secara teliti dan
sistematis. Arikunto (2008: 28). Pengumpulan data melewati observasi
dilaksanakan sendiri oleh peneliti ditolong guru dan kepala sekolah. Observasi dilaksanakan pada ruang belajar yang dijadikan subyek riset untuk mendapatkan cerminan secara langsungpekerjaan menari anak di kelas.
2. Wawancara.
Wawancara ialah proses memperoleh
penjelasan untuk tujuan riset denganteknik tanya jawab seraya bertatap muka antara
pewawancara dengan orang yang diwawancarai (responden) dengan perangkat yang disebut panduan wawancara.
3. Dokumentasi.
Dokumentasi ialah instrumen untuk mengoleksi data mengenai peristiwa atau
kejadian-kejadian masa kemudian yang sudah didokumentasikan. Mulyasa
(2009:09). Dokumen adalahmetode
untuk mendapat atau memahami sesuatu,buku-buku, dokumentasi yang
bersangkutan dengan yang diteliti. Dokumen dipakai untuk
mendapat data sekolah dan nama
anak kumpulan A TK .... ....
Kecamatan .... Kabupaten ...., serta
potret atau rekaman proses
perbuatan penelitian.
4. Catatan Lapangan.
Berdasarkan
keterangan dari Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2009:209),daftar lapangan ialah catatan tertulis
mengenai apa yang didengar, di lihat,di alami dan di pikirkan dalam
rangka pendataan data dan
refleksi terhadap data dalam riset kualitatif.
Catatan lapangan dipakai untukmenulis temuan sekitar pembelajaran yang
didapatkan peneliti yang teramati dalam pedoman observasi.
5. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan format kolaborasi. Peneliti sebagai
observer, guru yang mengerjakan tindakan
dan penanggung jawab penuh riset ini.
Peneliti ditolong oleh seorang
kolaborator yakni guru sejawat.
Pada tindakan ruang belajar ini dilakukan dalam dua kali siklus
dengan empatpekerjaan yakni: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi yang dirasakan mampu mengisi kepuasan peneliti dalammenjangkau hasil yang diharapkan dan menanggulangi persoalan yang ada.
Pelaksanaan riset tindakan ruang belajar terdiri dari II siklus, siklus I dilakukan 3 kali pertemuan yang membicarakan materi dan rencanaperbuatan dengan menekankan pada keterampilan membaca anak dengan
permainan kartu Angka. Siklus II
mengerjakan perbaikan pekerjaan pembelajaran
menurut hal-hal yang ditemukan
yang belum terjangkau di siklus
I. guna pelaksanaan dua siklus
ini cocok dengan urutan
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Untuk memahami data yang
diperoleh dari pekerjaan anak sekitar proses pembelajarandilangsungkan dilakukan melewati observasi dan hasilnya di
tulis didalam lembaran observasi dan RKH, dan arsip berupa kamera guna merekam
pembelajaran yang sedang berlangsung. Data yang didapatkan dari observasibakal
dianalisis, setiap pekerjaan yang bakal dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, dkk. 2008.
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004
Standar Kompetensi Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas
Dhieni Nurbiana, dkk. 2007.
Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hughes, Fergus P. 1995. Permainan
Anak dan Pengembangannya. Allyn. Terjemahan.
Hurlock, Elizabeth (1987).
Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta. Erlangga.
Hasan Maimunah. 2010. PAUD
Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: DIVA Press.
KBBI. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. 1997.
Masjidi, Noviar. 2007. Agar Anak
Suka Membaca. Yogyakarta : Media Insani.
Masri Sareb Putra, R.. 2008.
Menumbuhkan Minat Baca Sejak Usia Dini. JakartaPT Macanan Jaya Cemerlang.
Mulyasa. 2009. Menjadi Guru
Professional. Bandung : Remaja Rosda.
Moleong, J Lexy, Prof. Dr. 2009,
Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakaya.
0 Response to "Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Permainan Kartu Kata Di Taman Kanak-kanak"
Post a Comment