Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bilangan Anak Usia Dini Melalui Penggunaan Media Angka Di Taman Kanak-kanak


Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bilangan Anak Usia Dini Melalui Penggunaan Media Angka Di Taman Kanak-kanak

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak umur dini adalah salah satu format penyelenggaraan edukasi yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah perkembangan dan perkembangan jasmani (koordinasi motorik halus dan kasar),kepintaran (daya pikir, daya cipta, kepintaran emosi, kepintaran spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi, cocok dengan keanehan dan tahap-tahap pertumbuhan yang dilewati oleh anak umur dini (Adiningsih, 2001:28)..

Whierington dalam Sujiono (2008:16) menyampaikan “kognitif merupakan kepintaran otak. Pikiran tersebut dipakai untuk mengenali, memahami dan memahami. Indikator keterampilan anak atau tingkat pencapaian pertumbuhan anak ada dalam BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Aspek kognitif guna anak umur 4 – 5 tahun terutama untuk konsep bilangan dan emblem bilangan 1-10 yaitu melafalkan bilangan, mengenal konsep bilangan, mengenal emblem bilangan.

Bilangan itu mempunyai sifat abstrak sampai-sampai penyajian pelajaran pembelajaran mesti diperhatikan supaya pemahaman anak terhadap bilangan menjadi lebih mudah. Penyajian yang efektif ialah dengan memakai media pembelajaran. Berdasarkan keterangan dari Sudono (2000:44), “Agardestinasi pembelajaran terjangkau dan terciptanya proses belajar melatih yang tidak membosankan, guru dapat memakai media pembelajaran secara tepat.” Untuk menolong anak mengetahui konsep-konsep yang abstrak menjadi lebih kongkrit digunakanlah media dalam pembelajaran, sampai-sampai anak dapat mengetahui materi yang disajikan guru. Penggunaan media dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan demi tercapainya destinasi pembelajaran dengan optimal.

Skripsi PAUD

Peningkatan keterampilan mengenal bilangan adalah bagian dari pengembangan kognitif anak umur dini yang paling penting. Perkembangan Kognitif mencakup keterampilan untuk mengenal simbol-simbol dan konsep. Bilangan pun berisi bagian simbol yang berupa emblem bilangan guna mengkonkritkan bilangan itu yang mempunyai sifat abstrak yakni berupa emblem serta konsep bilangan yang bermanfaat untuk memahami jumlah sebuah benda dalam sebuah hitungan (Sriningsih, 2008).

Kemampuan anak guna mengenal bilangan sangat menolong mereka dalam kehidupan sehari-hari, dalam menyanyi satu-satu aku sayang ibu dua-duapun sayang ayah, tiga-tiga sayang adik kakak, satu, dua, tiga sayang semuanya, dengan ini anak belajar melafalkan urutan bilangan. Berdasarkan keterangan dari Sujiono (2006), seorang anak juga dapat menjawab saat ditanya terdapat berapa tangannya atau menyebutkkan jumlah anggota tubuh yang beda atau ketika berbagi makanan dengan teman hendak membagi dengan sama besar atau hendak mendapatkan unsur yang lebih banyak ini sehubungan dengan keterampilan untuk mengenal konsep bilangan, ini sehubungan dengan keterampilan anak mengenal konsep bilangan. Lambang bilangan juga dapat dikenal anak melalui sekian banyak  benda yang tidak sedikit disekitar mereka yang bertuliskan simbol angka.

Kejadian-kejadian tersebut sehubungan erat dengan keterampilan anak dalam mengenal bilangan yang berisi unsur-unsur bilangan. Ketika anak dapat menjawab pertanyaan itu akan timbul perasaan senang dan tumbuh percaya diri bakal kemampuannya, sehingga menambah harga diri seorang anak. Anak telah mulai mengenal dan menggali sekian banyak  dimensi matematis yang tidak lepas dari bilangan dari dunia mereka, baik guna menuliskan, mengenal konsep ataupun mengenal lambangnya. Hal tersebut akan menolong anak dalam kehidupan diluar sekolah ataupun akan menyerahkan dasar yang powerful dalam pembelajaran di sekolah (Sriningsih, 2008).

Pembelajaran mengenal bilangan pada anak umur dini TK .... Kecamatan .... Kabupaten .... tidak dapat dilaksanakan secara asal maupun tergesa-gesa, namun harus dilaksanakan secara bertahap mulai dari yang termudah hingga dengan yang tersulit, yakni mulai dari mengenal konsep bilangan, menghubungkan konsep ke emblem bilangan dan mengenalkan emblem bilangan. Melalui langkah yang benar, maka diinginkan anak bisa mengenal bilangan dengan mudah. Dalam etape ini anak belum diajak menulis, tetapi dapat dilakukan meniru emblem bilangan dengan mencatat meniru format angka.

Anak didik di TK .... Kecamatan .... Kabupaten .... merasakan permasalahan yang sama sehubungan dengan deskripsi di atas. Anak kumpulan usia 4-5 tahun berjumlah 15 terdiri dari 6 laki-laki dan 9 orang wanita yang mempunyai cerminan kemampuan kondisi mula dalam mengenal bilangan paling rendah. Kondisi keterampilan anak dalam mengenal bilangan 1-10 dapat dilihat dari keterampilan anak guna (1) melafalkan urutan bilangan,(2) mengenal konsep bilangan,(3) mengenal emblem bilangan sebagaimana tergambar dalam tabel 1 rata-rata keterampilan anak mengenal bilangan pada semester I tahun latihan 2012/2013.

Berdasarkan uraian yang di atas, maka peneliti tertarik mengerjakan suatu riset yaitu “Upaya meningkatkan keterampilan mengenal bilangan anak umur dini melewati pemakaian media angka di TK .... Kecamatan .... Kabupaten ....”.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut:

1) Bagaimanakah keterampilan anak didik dalam latihan mengenal bilangan di TK .... Kecamatan .... Kabupaten ...., disaksikan dari perencanaan pembelajaran, pengamalan pembelajaran dan penilaian pembelajaran sebelum diterapkannya dalam mengelan bilangan?

2) Bagaimanakah upaya meningkatkan keterampilan mengenal bilangan anakumur dini melewati pemakaian media angka di TK .... Kecamatan .... Kabupaten ....?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan riset sebagai berikut:

1) Bagi mengetahui keterampilan anak didik dalam latihan mengenal bilangan di TK .... Kecamatan ..... Kabupaten ...., disaksikan dari perencanaan pembelajaran, pengamalan pembelajaran dan penilaian pembelajaran sebelum diterapkannya dalam mengelan bilangan?

2) Untuk memahami upaya meningkatkan keterampilan mengenal bilangan anakumur dini melewati pemakaian media angka di TK .... Kecamatan .... Kabupaten ....?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoretis, hasil riset ini dapat mengejar jawaban secara ilmiahtentang upaya meningkatkan keterampilan mengenal bilangan anak umur dini melewati pemakaian media angka di TK .... Kecamatan .... Kabupaten .... dan pun dapat dikembangkan sebagai tahapan dalam memperkenalkan anak pada bilangan di TK .....

2. Secara Praktis

Secara praktis, hasil riset ini bisa dimanfaatkan oleh peneliti, guru dan murid.

a) Untuk peneliti,

Penelitian ini diinginkan dapat membetulkan kenerja dalam pengamalan proses pembelajaran dalam mengenal angka bilangan, serta bisa dijadikan acuan riset di masa yang bakal datang.

b) Untuk guru,

Penelitian ini diharapkan supaya dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukanuntuk para pendidik guna meningkatkan keterampilan anak umur dini dalam mengetahui bilangan, serta dapat menambah etos kerja guru dalammenyerahkan pelajaran untuk anak didik.

c) Untuk siswa,

Penelitian ini diharapkan supaya dapat menambah minat belajar anak didik dalam memahami, dan mengenal bilangan dengan pemakaian media angka.

E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman pembaca dalam penulisan ini, maka pengarang merasa butuh menjelaskan sejumlah istilah yang bersangkutan dengan judul riset ini. Adapun istilah-istilah tersebut ialah sebagai berikut:

1) Upaya Meningkatkan ialah segala format usaha untuk membetulkan proses belajar dengan memberikan desakan atau menyerahkan motivasi untuk anak mengenai pembelajaran Wijayanti (2007:6)

Adapun upaya meningkatkan ialah merupakan kemauan yang powerful disertai usaha-usaha seseorang guna mengenal sekian banyak  bilangan dengan ditunjukan rasa keinginannya sendiri.

2) Kemampuan mengenal bilangan ialah ketrampilan anak didik dalam mengindikasikan bilangan dalam format tulisan angka (Sudaryanti, 2006).

Mengenai keterampilan mengenal bilangan ialah suatu ketrampilan yang di miliki oleh seorang anak umur dini dalam mengenal sekian banyak  bilangan.

3) Media angka ialah media yang ditunjukkan dalam bentuk-bentuk angka guna di memahami dan di pahami anak didik (Arsyad, 2002:19).

Adapun media angka ialah suatu media pembelajaran yang diterapkan di dunia edukasi anak umur dini di ikuti dengan berbagai format angka-angka 1-10.

F. LANDASAN TEORITIS

1. Pengertian Anak Usia Dini

Anak umur dini ialah anak yang berada pada umur 0-8 tahun. Berdasarkan keterangan dari Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti, 2010: 7), anak umur dini ialah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Sedangkan esensi anakumur dini (Augusta, 2012) ialah individu yang menarik dimana ia mempunyai pola pertu mbuhan dan pertumbuhan dalam aspek fisik, kognitif, sosioe mosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang eksklusif yang cocok dengan langkah yang sedang dilewati oleh anak tersebut. Dari sekian banyak  definisi, peneliti memutuskan bahwa anak umur dini ialah anak yang berusia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap perkembangan dan perkembangan, baik jasmani maupun mental.

Masa kanak-kanak adalah masa ketika anak belum dapat mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Mereka ingin senang bermain pada ketika yang bersamaan, hendak menang sendiri dan sering mengolah aturan main guna kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, diperlukan upaya edukasi untuk menjangkau optimalisasi seluruh aspek perkembangan, baik perkembangan jasmani maupun pertumbuhan psikis. Potensi anak yang sangat urgen untuk dikembangkan. Potensi-potensi tersebut mencakup kognitif, bahasa, sosio emosional, kemampuan jasmani dan beda sebagainya.

2. Pengertian Bilangan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia I, bilangan ialah banyaknya benda, jumlah. Sedangkan bilangan (Sudaryanti, 2006: 1) ialah suatu konsep matematika yang mempunyai sifat abstrak yang sangat urgen untuk anak sebagai landasan dasar penguasaan konsep matematika di jenjang edukasi selanjutnya. Macam-macam bilangan menurut keterangan dari Sudaryanti (2006:1-4) ialah sebagai berikut: a) bilangan kardinal, b) bilangan ordinal, c) bilangan asli, d) bilangan komposit (positif), e) bilangan sempurna, f) bilangan cacah, g) bilangan bulat, h) bilangan pecahan.

Bilangan kardinal ialah bilangan yang dipakai untuk mengaku banyaknya anggota sebuah himpunan, contohnya Ibu melakukan pembelian 2 keranjang buah jeruk. Sedangkan bilangan ordinal ialah bilangan yang bermanfaat untuk mengaku urutan atau ranking (tingkat), misalnya pada lomba mengecat Ani juara ke-2. Bilangan komposit (positif) adalah bilangan tersusun yang didefinisikan dengan bilangan pribumi yang mempunyai lebih dari 2 hal yaitu 4,6,8,10. Bilangan yang dipakai untuk membilang (menghitung mulai dari 1, satu-satu secara berurutan) merpakan bilangan asli. Bilangan pribumi yang jumlah faktornya (kecuali hal yang sama dengan dirinya) sama dengan bilangan tersebut, contohnya 6 dinamakan bilangan sempurna, sebab faktornya 1,2, dan 3 jumlahnya 6 adalah bilangan sempurna.

Sedang himpunan bilangan asli diperbanyak bilangan nol (0) yakni 0,1,2,3,4,… yakni bilangan cacah. Bilangan bulat ialah gabungan antara himpunan seluruh bilangan asli, nol, dan himpunan seluruh lawan bilangan pribumi (.,-2,-1,0,1,2,.). Bilangan pecahan itu ialah bilangan yang dipecah menjadi 2 yakni bilangan biasa dan bilangan desimal.

Dari sekian banyak  uraian, peneliti memutuskan bahwa bilangan adalah dasar untuk pengembangan keterampilan matematika yang mempunyai sifat abstrak. Bilangan mengindikasikan besarnya jumlah kelompok benda. Bilangan adalah bagian dari empiris anak sehari-hari, sebab anak umur dini belajar tentang nama emblem bilangan namun mereka tidak dapat menilai lambang-lambangnya. Anak dapat melafalkan angka satu namun anak tidak memahami seperti apa angka satu atau apa yang dikatakannya.

3. Pengertian Kemampuan Membilang

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002: 126), kemampuan ialah kesanggupan, kecakapan, kekuatan; kita berjuang dengan diri sendiri. Sedangkan (Wikipedia) kemampuan ialah kapasitas seorang pribadi untuk melakukan pelbagai tugas dalam sebuah pekerjaan.

Sedangkan membilang yakni menghitung dengan menyinggung satu per satu untuk memahami berapa banyaknya (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002: 150). Membilang adalah tindakan matematika guna menilai berapa tidak sedikit jumlah benda yang ada.

Dari sekian banyak  uraian, peneliti mengambil benang merah bahwa keterampilan membilang ialah kapasitas seorang pribadi dalam menghitung dengan menyinggung satu per satu guna menilai jumlah benda yang terdapat secara urut. Membilang di TK dipakai untuk mengindikasikan pengetahuan mengenai nama angka, bilangan dan nomor. Kemampuan membilang dalam riset ini ialah kemampuan seorang anak dalam menghitung jumlah benda yang terdapat secara urut.

4. Pengertian Media Angka

Berdasarkan keterangan dari Arsyad, (2002:19), menuliskan bahwa media (bentuk jamak dari kata medium), adalah kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Oleh sebab itu, media dapat ditafsirkan sebagai perantara atau pendahuluan pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media bisa berupa sesuatu bahan (software) dan/atau perangkat (hardware).Berdasarkan keterangan dari Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002),menuliskan bahwa media bila dicerna secara garis besar ialah manusia, materi, atau kejadian yang membina kondisi, yang mengakibatkan siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut keterangan dari pengertian ini, guru, rekan sebaya, kitab teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, untuk seorang murid adalah media.

Pengenal angka adalah sarana yang amat dibutuhkan untuk proses beranggapan karena menunjang pertumbuhan intelektual melewati pengalaman yang memperkaya cara beranggapan anak-anak. Berdasarkan keterangan dari Depdiknas (2007:1) mengaku bahwa: ”Kemampuan anak terhadap angka umumnya paling besar”. Di selama lingkungan kehidupan anak seringkali didatangi berbagai format angka, misalnya: pada jam dinding, uang, dan lain-lain.

Berdasarkan keterangan dari Mutiah (2010:162): Manfaat angka ialah akan meransang kesadaran anak terhadap angka-angka. Sehingga andai angka-angka dipelajari sebagai unsur rutinitas, maka anak bakal terbiasa dengan hitung menghitung ketika bermain”. Pembelajaran angka mempunyai sifat hierakis, dengan demikian pekerjaan pengembangan keterampilan konsep angka di TK pun perlu dilaksanakan secara bertahap. Hal ini menoba mengindikasikan pentingnya konsep anka ini mulai diperkenalkan pada anak umur 4-5 tahun. Pengembangan ini yang seringkali yang dinamakan sebagai stimulasi konsep angka permulaan di TK.

Oleh sebab itu, dapat diputuskan bahwa: angka sudah menjadi unsur dalam kehidupan sehari-hari, maka pada ketika ini paling tepat sekali untuk memperkenalkan konsep angka atau matematika dasar untuk anak. Pengenalan konsep angka usahakan dilaksanakan melalui pemakaian benda-benda konkrit.

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan menurut kitab pedoman pembelajaran di Taman Kanak-kanak (Depdiknas, 2007: 52-54) antara lain: a) mengenal angka 1-10 secara bertahap, b) menghitung benda 1 hingga 10, c) mengenal hitungan melewati lagu, d) mencocokkan besar kecilnya nilai angka, e) mencatat dan menebalkan angka, f) operasi hitungan 1-5, g) melafalkan angka secara berurutan 1-5 atau kebalikannya 5-1.

Guru memperkenalkan angka 1-10 secara bertahap dengan menunjukkan gambar yang jumlahnya sama dengan artikel angka di bawahnya. Kemudian guru menyuruh anak guna menghitung jumlah gambar itu dan mengindikasikan angka yang cocok dengan jumlah gambar. Kemudian anak disuruh menghitung 1-10 seraya menunjuk benda/gambar. Ajak anak guna mengulangi bilamana masih salah. Jika anak telah bisa, jumlah benda boleh ditingkatkan. Guru dapat memperkenalkan hitungan melewati lagu yakni dengan menyuruh anak mendendangkan lagu yang terdapat bilangan seraya memperagakannya.

Untuk mencocokkan besar kecilnya nilai angka, guru menunjukkan kedua gambar yang setiap jumlahnya berbeda. Kemudian guru mengerjakan tanya jawab dengan anak mengenai jumlah gambar tersebut. Kegiatan ini diulangi sejumlah kali supaya anak mengetahui perbedaan nilai angka tersebut. Anak disuruh untuk menyambung titik-titik yang berbentuk angka. Kemudian disuruh untuk menulis emblem bilangan dari jumlah benda yang ditunjuk,pekerjaan ini dilaksanakan untuk pembelajaran dalam mencatat dan menebalkan angka. Anak juga disuruh untuk mengenal operasi hitungan 1-5 melalui pekerjaan pembelajaran dalam enumerasi dan pengurangan 1-5 dengan memakai benda, gambar atau jari tangan. Untuk melafalkan angka secara berurutan 1-5 atau kebalikannya 5-1, anak disuruh menyebut angka 1,2,3,4,5 atau sebaliknya 5,4,3,2,1.

Kegiatan pembelajaran mengenal hitungan dan angka merupakan pekerjaan persiapan guna belajar berhitung. Kegiatan pembelajaran dicocokkan dengan tahap pertumbuhan anak. Pada umur dini/anak umur TK ialah masa yang paling strategis untuk memperkenalkan berhitung, sebab usia TKpaling peka terhadap stimulasi yang diterima dari lingkungan.

Langkah-langkah pembelajaran keterampilan membilang anak TK (Sudaryanti, 2006: 5-17) dapat dilaksanakan dengan cara: a) menghitung dengan jari, b) menghitung benda-benda, c) berhitung seraya berolahraga, d) berhitung seraya bernyanyi, e) menghitung diatas sepuluh, f) mencatat angka, g) memasangkan angka, h) mencocokkan angka.

F. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang dipakai dalam riset ini ialah pendekatan kualitatif yakni suatu riset yang berjuang mengungkapkan fenomena secara lengkap dan cocok dengan konteks (holistik-kontekstual) melewati pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Moleong (2005:5) menyampaikan penelitian kualitatif ialah penelitian yang menggunkanan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan gejala yang terjadi dan dilaksanakan dengan jalan melibatkan sekian banyak  metode yang ada.

Jenis riset ini ialah penelitian tindakan ruang belajar yang mempunyai ciri eksklusif yang memisahkan dengan jenis riset lain. Berkaitan dengan ciri eksklusif tersebut, Arikunto, (2007:62) menyatakan ada sejumlah karakteristik PTK tersebut, antara lain: (1) adanya perbuatan yang nyata yang dilaksanakan dalam kondisi yang alami dan ditujukan untuk menuntaskan masalah,(2) meningkatkan wawasan keilmiahan dan keilmuan,(3) sumber persoalan berasal dari masalah yang dirasakan guru dalam pembelajaran, (4) persoalan yang diangkat mempunyai sifat sederhana, nyata, jelas, dan penting, (5) adanya kolaborasi antara praktikan dan peneliti, (6) terdapat tujuan urgen dalam pengamalan PTK, yaitu menambah profesionalisme guru, terdapat keputusan kelompok, bertujuan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan.

2. Lokasi Penelitian

Dalam rangka mendapat data penelitian ini, pengarang memilih TK .... sebagai tempat penelitian yang beralamat di Kecamatan .... Kabupaten ..... Lokasi penelitian dilaksanakan di TK .... di sebabkan masih tampak anak didik belum sepenuhnya mengenal angka-angka serta masih membutuhkan pemahaman lebih terhadap media yang dipakai selama ini.

3. Sumber Data

Sumber data dalam riset ini ialah anak didik TK .... Kecamatan .... Kabupaten .... yang berada di ruang belajar B yang berjumlah 20 orang.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam riset ini merupakan: (1) Observasi, data yang didapat dari pekerjaan anak yang dicermati selama proses belajar dilangsungkan dilakukan melewati observasi, lantas hasilnya ditulis dalam lembaran observasi. (2) Wawancara, dilaksanakan untuk tanggapan keaktifan anak terhadap pekerjaan setelah pembelajaran berlangsung. (3) Dokumentasi, berupa kamera guna merekam pekerjaan pembelajaran yang sedang berlangsung.

5. Teknik Analisis Data

Dalam riset kualitatif, analisis data dilaksanakan sejak mula penelitian dan sekitar proses penelitian dilakukan maupun sesudah penelitian. Model analisis data yang dipakai mengacu pada model yang diciptakan oleh Arikunto, (2007:65). Tujuan dari analisis data ini ialah untuk menggali kebenaran dari data-data yang sudah diperoleh, sampai-sampai dari sini dapat ditarik benang merah dari hasil riset yang sudah dilakukan. Dalam riset ini, peneliti memakai 4 tahapan, yaitu: Koleksi data, reduksi data, display data, verifikasi data dan memungut kesimpulan.

a) Koleksi data

Merupakan tahapan mula dalam pengolahan dan hasil observasi, wawancara dan analisis arsip yang dilaksanakan peneliti terhadap subjek riset dan sumber informasi. Dalam mengumpulkan data, peneliti melakungkan observasi, wawancara yang mendalam dengan subjek penelitian, sumber informasi dan mencari arsip hasil pembelajaran, hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dituangkan peneliti dalam format tulisan dan dianalisis.

b) Reduksi data

Reduksi data dimulai dengan menerangkan, memilih hal-hal yang pokok,memusatkan pada hal-hal yang urgen terhadap isi dari sebuah data yang berasal dari lapangan. Sehingga data yang sudah direduksi bisa memberikan cerminan yang lebih tajam mengenai hasil pengamatan. Dengan begitu, dalam reduksi ini terdapat proses living in dan living out, maksudnya data yang terpilih ialah living in dan data yang terbuang (tidak terpakai) ialah living out.

c) Display data

Display data adalah proses memperlihatkan data secara simpel dalam format kata-kata, kalimat, naratif, tabel, matrik dan grafik dengan maksud supaya data yang telah dikoleksi dikuasai oleh peneliti sebagai dasar guna mengambil benang merah yang tepat.

d) Verifikasi dan simpulan (verification and conclusion)

Dalam etape akhir, simpulan itu harus diperiksa kembali (diverifikasi) pada daftar yang telah diciptakan oleh peneliti dan selanjutnya ke arah simpulan yang mantap. Mengambil simpulan adalah proses penarikan intisari dari data-data yang terkumpul dalam format pernyataan kalimat yang tepat dan mempunyai data yang jelas. Penarikan simpulan dapat jadi dimulai dengan simpulan tentatif yang masih butuh disempurnakan. Setelah data masuk terus-menerus diteliti dan diverifikasi mengenai kebenarannnya, akhirnya diperoleh simpulan akhir lebih bermakna dan lebih jelas.


DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. 2002. Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers.

Arikunto, Suharshimi. 2007. Penelitian perbuatan kelas. Jakata: Bumi Aksara.

Adiningsih, N. U. 2001. Pendidikan Anak Dini Usia. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2007. Pedoman Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas.

Dwi Yulianti. 2010. Bermain seraya Belajar Sains di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT Indeks.

Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Moleong. 2009. Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung: Remaja.

Sudaryanti. 2006. Pengenalan Matematika Anak Usia Dini. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sujiono. 2008. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sudono, Anggani. 2000. Alat Permainan Dan Sumber Belajar Di TK. Jakarta: PT Grasindo.

Suyanto. Slamet. 2005. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bilangan Anak Usia Dini Melalui Penggunaan Media Angka Di Taman Kanak-kanak"

Post a Comment