Teori, Aspek dan Fungsi Kepemimpinan
Teori Aspek dan Fungsi Kepemimpinan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG MASALAH
Manusia
adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia
selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup
berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam
kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang
harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai.
Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap
insan. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia
adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya.
Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah dan
memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia
seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya
lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu
dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin
dirinya sendiri.
Dengan
berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan
dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan
sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan
agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
Teori, Aspek dan Fungsi Kepemimpinan |
BAB II
KEPEMIMPINAN
PADA UMUMNYA
1. Timbulnya Kepemimpinan
Kapan
timbulnya kepemimpinan dan bagaimana awal mula seorang pemimpin itu? Berikut
akan dijelaskan secara singkat bagaimana dan kapan timbulnya kepemimpinan dalam
suatu masyarakat.
Manusia
sejak dilahirkan sudah dikaruniai bermacam kesangupan dan desakan untuk
mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya. Dalam usahanya, mempertahankan
dan mengembangkan hidupnya, individu-individu ini tidak dapat hidup terpisah.
Sebagai makhluk sosial mereka ditakdirkan untuk hidup berkelompok,
bermasyarakat. Kelebihan dan kekurangan masing-masing mengharuskan mereka untuk
saling mengisi dan saling saling membantu.
Makin
kompleks susunan hidup suatu kelompok, dengan kata lain makin kompleks struktur
masyarakat, makin banyak pula masalah-masalahnya yang harus dipecahkan bersama,
dan makin diperlukan lagi kerjasama antara anggota-anggotanya untuk dapat
memenuhi syarat-syarat hidup dalam masyarakatnya.
Kalau
sekelompok individu-individu mengadakan usaha bersama yang ditunjukan kepada
pencapaian suatu tujuan bersama, akan tampaklah bermacam gejala, yaitu: ada individu-individu yang berusaha menekan
kepentingan perseorangan masing-masing dan meningkatkan saling bantu-membantu
demi tercapainya tujuan bersama itu. Perbedaan ini akan menimbulkan
pengaruh-pengaruh tertentu pada masing-masing individu dan pada kelompok
sebagai keseluruhan.
Anggota
kelompok yang sukar menyesuaikan dirinya pada kepentingan bersama, akan
mempengaruhi pula sikap dan tingkah laku anggota-anggota kelompok lainya,
kearah yang negatif, yang mengurangi jiwa gotong royong kelompok itu.
Sebaliknya
anggota kelompok yang kuat sekali kemauan dan kemampuannya untuk berkerjasama
mencapai tujuan bersama itu, akan besar pula pengaruhnya terhadap
anggota-anggota kelompok lainya, secara positif. Lebih-lebih lagi jika ia dengan
sadar dan sengaja berusaha mempengaruhi sesame anggota kelompoknya, kearah yang
positif itu.
Dinamika
pengaruh antar individu inilah yang dapat menimbulkan kepemimpinan secara wajar
dari dalam. (Dalam bahasa inggrisnya: Leadership from within). Anggota yang
dengan sadar dan sengaja berusaha mempengaruhi anggota-anggota lainnya dalam
kelompok itu, yang mempunyai “kelebihan” dalam usaha mencapai tujuan bersama
itu, dapat diterima oleh kelompok-kelompoknya sebagai “pemimpin”. Meskipun
mungkin secara informal, tanpa formalitas keputusan/penunjukan resmi,
kepemimpinannya mendapat pengakuan dari kelompoknya. Begitulah sejarah awal
mula timbulnya kepemimpinan dalam tatanan masyarakat.
2. Tipe Kepemimpinan
Dalam setiap realitasnya bahwa
pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu
permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, hal sebagaimana
menurut G. R. Terry yang dikutif Maman Ukas, bahwa pendapatnya membagi
tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu :
1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal
leadership). Dalam system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu
dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan
atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2. Tipe kepemimpinan non pribadi (non
personal leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui
bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga
pengawasan.
3. TIpe kepemimpinan otoriter
(autoritotian leadership). Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras,
sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang
berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
4. Tipe kepemimpinan demokratis
(democratis leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai
bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha
bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota
turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan,
perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota
dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
5. Tipe kepemimpinan paternalistis
(paternalistis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang
bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk
melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada
anaknya.
6. Tipe kepemimpinan menurut bakat
(indogenious leadership). Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang
informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi,
sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan
biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam
kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikur berkecimpung.
Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutif
oleh Maman Ukas mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu
:
1. Otokratis, pemimpin yang demikian
bekerja kerang, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut
peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
2. Demokratis, pemimpin yang demokratis
menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan
kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar
setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan,
penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai
potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.
3. Laissezfaire, pemimpin yang bertipe
demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan
sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya
dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil
inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para
bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat memberikan kesempatan
pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.
Berdasarkan dari pendapat
tersebut di atas, bahwa pada kenyataannya tipe kepemimpinan yang otokratis,
demokratis, dan laissezfaire, banyak diterapkan oleh para pemimpinnya di dalam
berbagai macama organisasi, yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan.
Dengan melihat hal tersebut, maka pemimpin di bidang pendidikan diharapkan
memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan atau tujuan, baik itu
harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih tinggi, posisinya, yang pada
akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin, terutama
dalam bidang pendidikan benar-benar mencerminkan sebagai seorang pemimpinan
yang profesional.
3. Teori Kepemimpinan
Kegiatan
manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Untuk berbagai
usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis dalam
melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Oleh karena itu, banyak studi dan
penelitian dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan
yang menghasilkan berbagai teori tentang kepemimpinan.
Teori
kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan
konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis,
sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin,
tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan (Kartini Kartono,
1994: 27).
Teori
kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi
mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi antara
lain : Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan.
Kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban
manusia. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap masa.
Sebab-sebab munculnya pemimpin Ada beberapa sebab seseorang menjadi pemimpin,
antara lain:
a. Seseorang ditakdirkan lahir untuk
menjadi pemimpin. Seseorang menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan
pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.
b. Seseorang menjadi pemimpin bila sejak
lahir ia memiliki bakat kepemimpinan kemudian dikembangkan melalui pendidikan
dan pengalaman serta sesuai dengan tuntutan lingkungan.
c. Untuk mengenai persyaratan
kepemimpinan selalu dikaitkan dengan kekuasaan, kewibawaan, dan kemampuan.
1. Teori-teori dalam Kepemimpinan
a) Teori Sifat
Teori ini
bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan
oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas
dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin
yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan
pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai
atau ciri-ciri di dalamnya.
Ciri-ciri ideal
yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
– pengetahuan umum yang luas, daya ingat
yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas,
adaptabilitas, orientasi masa depan;
– sifat inkuisitif, rasa tepat waktu,
rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi,
keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan
menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif;
– kemampuan untuk bertumbuh dan
berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan
yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Walaupun
teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat
deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan
efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun
apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya
mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat
diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
b) Teori
Perilaku
Dasar
pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu
ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan.
Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
• Perilaku seorang pemimpin yang
cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi,
mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan
bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula
kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
• Berorientasi kepada bawahan dan
produksi perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh
penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada
pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan
perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi
memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan
penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain,
perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua
yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan.
Sedangkan
berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur
melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap
bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak
dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner,
1978:442-443)
c) Teori
Situasional
Keberhasilan
seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan
dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan
dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu
dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan
tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah
Jenis pekerjaan dan
kompleksitas tugas;
Bentuk dan sifat
teknologi yang digunakan;
Persepsi, sikap dan
gaya kepemimpinan;
Norma yang dianut
kelompok;
Rentang
kendali;
Ancaman dari luar
organisasi;
Tingkat stress;
Iklim yang terdapat
dalam organisasi.
Efektivitas
kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang
dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu
memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud
adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena
tuntutan situasi tertentu.
4. Sifat-Sifat Pemimpin
Penilaian
sukses atau atau gagalnya pemimpin antara lain dilakukan dengan mengamati dan
mencatat sifat-sifat dan kualitas perilakunya. Diantara para penganut teori
sifat/ kesifatan dari kepemimpinan (the traitist theory of leadership) adalah
Ordway Tead.
Menurut
Ordway, ada sepuluh sifat-sifat kepemimpinan, yaitu ;
a) Energi jasmaniah dan mental (Psysical
and nervous energy)
b) Kesadaran akan tujuan dan arah (A sense
of purpose and direction)
c) Antusiame (enthusiasm)
d) Keramahan dan kecintaan (Friendliness
and affection)
e) Integritas (integrity)
f) Penguasaan teknis (technical mastery)
g) Ketegasan dalam mengambil keputusan
(decisiveness)
h) Kecerdasan (intelligence)
i) Kepercayaan (faith).
BAB III
HAL-HAL YANG
HARUS DIKETAHUI OLEH PEMIMPIN
1. Syarat-Syarat Kepemimpinan
Hal ini
dikaitkan dengan tiga hal yang penting, yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin, yaitu:
• Kekuasaan
• Kewibawaan
• Kemampuan
Selain itu
pula harus diperhatikan penguasaan konsep-konsep, potensi yang dimiliki serta
motivasi yang dapat di tumbuhkan (kadang-kadang) ambisi juga diperlukan).
Kepemimpinan
harus mempunyai unsure kemampuan untuk mempengaruhi orang lain (bawahan/
kelompoknya) untuk melakukan suatu pekerjaan dalam mencapai suatu tujuan
tertentu.
Anda bisa
jadi pemimpin andal, asal memenuhi syarat berikut :
1. Problem Solver
Seorang
pemimpin dituntut mampu membuat keputusan penting dan mencari jalan keluar dari
permasalahan. Mulailah bertindak tegas, dan hapulah cara plin-plan. Jangan pula
memupuk kebiasaan melarikan diri dari tanggung jawab. Sebagai ‘nakhoda’,
andalah yang berkewajiban mengemudikan ‘kapal’ ke arah yang benar.
2. Bersikap Positif
Setiap orang
tidak luput dari kesalahan, bila hal ini menimpa anak buah anda jangan langsung
mencecarnya dengan segudang omelan.
Selidiki latar belakang permasalahan sehingga anda bisa bersikap
proporsional. Jika anda melakukan kesalahan, tidak perlu ragu mengakuinya dan
meminta maaf kepada orang-orang terkait, dan jangan lupa melakukan perbaikan
untuk kesalahan tersebut.
3. Komunikasi
Karyawan
sebaik apa pun akan kehilangan arah bila dibiarkan ‘jalan dalam gelap’. Sebagai pemimpin anda
perlu menerangkan sejelas mungkin tentang tujuan bersama yang hendak diraih dan
strategi mencapainnya. Bekali pula anak buah dengan penilaian terhadap hasil
kerjanya selama ini, sehingga mereka bisa belajar cara melakukan tugas dengan
benar. Pelihara komunikasi 2 arah dengan bawahan dan mintalah feedback dari
mereka setiap kali anda meluncurkan kebijakan baru.
4. Menjadi Inspirasi
Seorang
pemimpin harus bisa menerapkan standar dan jadi contoh bagi anak buahnya.
Jadilah inspirasi bagi bawahan. Up date benak anda dengan informasi terkini,
tidak pelit membagi pengalaman, dan patuhi peraturan yang anda buat sendiri.
5. Tumbuhkan Motivasi
Berikan
penghargaan terhadap prestasi sekecil apa punyang dilakukan anak buah. Bahkan
karyawan yang paling telat sekalipun akan berusaha memperbaiki diri apabila
anda memujinya ketika ia datang tepat waktu (apalagi jika pujian itu diberikan
tanpa terkesan menyindir). Secara berkala , ajukan pula pertanyaan dan
tantangan yang mampu merangsang kreativitas berpikir anak buah. Misa, meminta
ide mereka untuk proyek kecil.
6. Hubungan Baik
Jalin
hubungan profesional dan interpersonal yang harmonis dengan anak buah. Ingat,
dibalik statusnya sebagai bawahan, karyawan memiliki pribadi yang unik dan
masalah tertentu. Luangkan waktu untuk mengenal karyawan secara personal
sehingga anda melakukan coaching tepat sasaran.
7. Turun Gunung
Anda tidak
boleh merasa bebas dari kewajiban dan melakukan ‘dirty job’ atau pekerjaan anak
buah. Seorang pemimpin akan dihargai anak buahnya apabila ia bersedia turun ke
lapangan tak asal main perintah. Semakin hebat lagi hormat anak buah bila
pekerjaan itu bisa diselesaikan dengan lancar. Itu menunjukkan kualitas anda pada
anak buah.
2. Pedoman Kepemimpinan
3. Corak Kepemimpinan
Corak
kepemimpinan adalah perilaku yang ditunjukkan oleh seorang pemimpin dalam
mengarahkan anggota-anggota organisasi pada arah yang tepat. Pemimpin yang
berhasil harus merubah corak kepemimpinannya ketika mereka menemui situasi yang
berbeda. Perubahan corak ketika ditemui situasi yang baru ini dinamakan
fleksibilitas pemimpin. Pemimpin dalam suatu organisasi bisa menjadi pemimpin
yang berhasil jika mereka ditempatkan pada situasi yang sesuai dengan corak
kepemimpinan mereka, dalam artian ini setiap orang dalam berorganisasi
mempunyai kemampuan untuk menilai karakteristik dari pemimpin organisasi dan
kemudian menyesuaikan diri mereka.
Pemimpin dan
anggotanya saling berhubungan satu sama lain. Seorang pemimpin tidak akan
berhasil tanpa anggota yang bertanggung jawab mengikuti peraturannya, sehingga
pemimpin dan anggota dari kepemimpinan itu yang baik adalah yang saling
menghargai kedudukan satu sama lain dan saling bekerjasama untuk mencapai
tujuan tertentu.
4. Tugas / Peranan Kepemimpinan
Menurut
James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
1. Pemimpin bekerja dengan orang lain
Seorang
pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan
atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang
diluar organisasi.
2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan
mempertanggungjawabkan (akontabilitas).
Seorang
pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan
evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk
kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.
3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian
tujuan dan prioritas
Proses
kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan
mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan
tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara
efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
4. Pemimpin harus berpikir secara analitis
dan konseptual
Seorang
pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual.
Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat
menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan
pekerjaan lain.
5. Manajer adalah seorang mediator
Konflik
selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus
dapat menjadi seorang mediator (penengah).
6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat
Seorang
pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat,
seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit
Seorang
pemimpin harus dapat memecahkan masalah.
Menurut
Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :
1. Peran hubungan antar perorangan, dalam
kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih,
direktur, mentor konsultasi.
2. Fungsi Peran informal sebagai monitor,
penyebar informasi dan juru bicara.
3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi
sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator
BAB IV
ASPEK DAN
FUNGSI KEPEMIMPINAN
1. Menuju Kepemimpinan Yang Baik
Menjadi
pemimpin yang baik tidaklah semudah mendapatkan jabatan ‘pemimpin’, namun
bagaimana kita akan memerpalukan diri sendiri setelah menjadi seorang pemimpin
manakala jabatan ‘pemimpin’ itu telah kita dapatkan, apapun namanya organisasi
itu yang harus kita pimpin. Untuk menjadi pemimpin yang baik dan disegani tentu
saja membutuhkan waktu dan proses interaksi yang panjang dengan anak buah,
anggota, jama’ah dan lain-lain sesuai nama organisasinya.
Banyak hal
atau kiat yang mungkin bisa dilakukan walaupun saya yakin akan sulit untuk
menjalaninya (minimal ada upaya), antara lain :
1. Menjadi suri tauladan. Hal ini bukan
berarti kita harus sempurna dahulu akhlaqnya, akan tapi paling tidak harus
konsisten antara apa yang kita ucapkan dengan tindakan kita di hadapan anak
buah. Misalnya, kita mengatakan bahwa rapat akan dimulai pukul 8.00, maka kita
harus konsisten memulai rapat pada jam 8.00 tersebut.
2. Miliki kompetensi yang dibutuhkan oleh
organisasi. Kita harus mampu menunjukan kompetensi itu di depan anak buah agar
mereka tahu bahwa mereka dipimpin oleh orang yang ahli di bidangnya, sehingga
mereka segan terhadap pemimpinnya.
3. Jaga penampilan Anda “sedikit” di atas
mereka. Jika anak buah memakai kaos, paling tidak kita memakai kemeja. Jika
mereka berinfaq 1000 rupiah, tentunya kita berinfaq lebih dari itu. Yang
penting, penampilan (secara fisik) harus lebih rapi dan bersih dari anak buah.
4. Jangan pernah bosan untuk berkomunikasi
dengan anak buah. Jelaskan visi dan kemauan kita sebagai pemimpin kepada anak
buah secara berulang-ulang serta harus mampu memberi contoh nyata. Kalau bisa
dengan metode yang berbeda-beda agar mereka tidak bosan dengan penjelasan kita.
Pemimpin yang baik tidak boleh pendiam namun harus mau dan sabar menjelaskan
keinginannya secara terus menerus dan berulang-ulang.
5. Rajinlah memberikan “setoran” kebaikan
kepada anak buah. Mulai dari hal yang kecil, seperti memulai berjabat tangan,
memulia tersenyum dan menyapa lebih dahulu sampai yang ‘berat’ seperti menolong
anak buah yang kesulitan. Hal ini perlu dilakukan secara rutin “setoran”
tersebut walau kecil daripada hanya sesekali walaupun besar. Ini sesuai dengan
hadits Nabi, “Sesungguhnya Allah lebih mencintai amal yang rutin walau sedikit”
(HR. Muslim).
Semoga
dengan lima cara ini dapat menjadikan kita seorang pemimpin yang baik dan
disegani oleh anak buah.
2. Kepengikutan Kepada Pemimpin
Seorang
pemimpin kantor yang diangkat secara resmi memilikiwewenang formal. Tetapi,
kalau cuma wewenang formal ini masih belumcukup. Dia pun harus memiliki bakat
kemampuan pribadi peroranganuntuk mengendalikan bawahannya, sehingga bawahannya
memiliki sifat-sifat kepengikutan terhadap dia sebagai atasan (yaitu tunduk dan
maumenurut kepadanya). Pemimpin kantor yang memiliki kemampuandimaksud akan mendapat
pengakuan dari bawahannya sebagaipemimpin, sehingga bawahan itu dengan sepenuh
hati mau menerimaperintah, petunjuk, pengarahan dan sebagainya. Secara formal
sanganak buah merasa bawahan sekaligus dalam hati mereka merasasebagai
pengikut.
Bawahan yang
tidak serasi dengan pimpinannya akan mengakibatkan kepemimpinan itu menjadi
kurang efektif karena dalam hati parabawahan tidak ada perasaan sebagai
pengikut. Menurut akhlinya, ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorangmau
dan bersedia menjadi pengikut, yaitu hal-hal sebagai berikut. Antaralain adalah
naluri sejak lahir; agama dan hati nurani; tradisi dan adapt;peraturan hokum;
dan pikiran sehat. Sejak lahir manusia sudah maumengikuti orang tuanya.
Kepercayaan agama menyebabkan orangmenjadi mau mengikuti apa yang
dipercayainya. Ada juga karena adat,orang menjadi mau mengikuti apa yang
disebutkan di dalam adapt. Adalagi karena hokum yang berlaku menyebabkan mau
mengikuti. Terakhir karena pikiran yang sehat menyebabkan orang bisa menentukan
manayang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk,mana
yang untung dan mana yang rugi. Dalam hal ini, orang akanmengikuti yang benar,
baik dan menguntungkan.
3. Aspek Kepemimpinan
Apa yang
membedakan seorang manajer yang memiliki karakter “pemimpin” dengan manajer
“biasa”walaupun ia telah mengikuti berbagai macam pelatihan kepemimpinan yang
sangat keras? Mengapa ada pemimpin yang seperti ditakdirkan sebagai orang
besar, sedangkan ada pemimpin lainnya disalahkan atau menyalahkan diri karena
memimpin secara biasa-biasa saja. Jika menurut anda perbedaan tersebut
hanyaterletak pada “keberuntungan” atau “kesempatan” , pendapat anda tidak
sepenuhnya benar.
Hanya
sebagian kecil dari pemimpin sukses mencapai keberhasilan besar melalui
keberuntungan dankesempatan. Berdasarkan suatu data statistik, banyak pemimpin
besar meraih keberhasilan dalampekerjaan dan kehidupannya melalui seperangkat
hukum kepemimpinan yang mendetail dan merupakanprinsip-prinsip yang telah
diujicobakan.
Sedangkan manajer “biasa”, tanpa mengecilkan
usaha merekadalam menjalankan sistem kepemimpinan lain yang cukup beragam, pada
kenyataannya tidak mempunyaibanyak kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin
sejati.Dengan menerima kesepuluh prinsip ini atau paling tidak sebagian besar
darinya, kesuksesan berada takjauh dari anda.Berikut adalah ringkasan dari 10
hukum kepemimpinan yang telah diterima dan dikembangkan oleh pelaku-pelaku
bisnis dengan landasan yang cukup kuat sehingga memungkinkan seorang manajer
“biasa”membuat satu lompatan besar menjadi seorang “pemimpin”.
4. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi
kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan
kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin
berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar
menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok/organisasinya.
Fungsi
kepemimpinan memiliki dua dimensi sebagai berikut :
1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat
kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang
terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat
dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam
melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi, yang dijabarkan dan
dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaan pemimpin.
Berdasarkan
kedua dimensi itu, selanjutnya secara operasional dapat dibedakan lima fungsi
pokok kepemimpinan. Kelima fungsi kepemimpinan itu adalah :
a. Fungsi
Instruktif
Fungsi ini
berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil
keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaanya pada orang-orang yang
dipimpinnya.
Fungsi ini
berarti juga keputusan yang ditetapkan tidak akan ada artinya tanpa kemampuan
mewujudkan atau menterjemahkannya menjadi instruksi/perintah. Selanjutnya
perintah tidak akan ada artinya jika tidak dilaksanakan. Oleh karena itu sejalan dengan pengertian kepemimpinan,
intinya adalah kemampuan pimpinan menggerakkan orang lain agar melaksanakan
perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah ditetapkan.
b. Fungsi
Konsultatif
Fungsi ini
berlansung dan bersifat komunikasi dua arah , meliputi pelaksanaannya sangat
tergantung pada pihak pimpinan. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan,
pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya
berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi itu dapat
dilakukan secara terbatas hanya dengan orang-orang tertentu saja, yang
dinilainya mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukannya dalam
menetapkan keputusan.
c. Fungsi
Partisipasi
Fungsi ini
tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga berwujud
pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan sesama orang
yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam
melaksanakannya.
Fungsi
partisipasi hanya akan terwujud jika pemimpin mengembangkan komunikasi yang
memungkinkan terjadinya pertukaran pendapat, gagasan dan pandangan dalam
memecahkan masalah-masalah, yang bagi pimpinan akan dapat dimanfaatkan untuk
mengambil keputusan-keputusan.
Sehubungan
dengan itu musyawarah menjadi penting, baik yang dilakukan melalui rapat-rapat
mapun saling mengunjungi pada setiap kesempatan yang ada.musyawarah sebagai kesempatan
berpartisipasi, harus dilanjutkan berupa partisipasi dalam berbagai kegiatan melaksanakan program
organisasi.
d. Fungsi
Delegasi
Fungsi ini
dilaksanakan dengan memberikan limpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan,
baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini
mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasi dan mengevaluasi
yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya.
Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan, pemimpin harus bersedia
dapat mempercayai orang-orang lain, sesuai dengan posisi/jabatannya, apabila
diberi pelimpahan wewenang. Sedang penerima delegasi harus mampu memelihara
kepercayaan itu, dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab.
Fungsi
pendelegasian harus diwujudkan seorang pemimpin karena kemajuan dan
perkembangan kelompoknya tidak mungkin diwujudkannya sendiri. Pemimpin seorang
diri tidak akan dapat berbuat banyak dan bahkan mungkin tidak ada artinya sama
sekali. Oleh karena itu sebagian wewenangnya perlu didelegasikan pada para
pembantunya, agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
e. Fungsi
Pengedalian
Fungsi pengendalian merupakan
fungsi kontrol. Fungsi ini cenderung bersifat satu arah, meskipun tidak
mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi secara dua arah. Fungsi
pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang
sukses atau efektif mampu
mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif,
sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan
dengan itu berarti fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan
bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Dalam kegiatan tersebut
pemimpin harus aktif, namun tidak mustahil untuk dilakukan dengan mengikutsertakan
anggota kelompok/organisasinya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://utamipujiutami.blogspot.com/2010/11/kepemimpinan.html
http://fikrimet05.wordpress.com/2010/03/04/tugas-dan-peran-pemimpin/
http://www.bintan-s.web.id/2011/04/fungsi-kepemimpinan.html
http://kepemimpinan-fisipuh.blogspot.com/2009/03/fungsi-kepemimpinan.html
0 Response to "Teori, Aspek dan Fungsi Kepemimpinan"
Post a Comment