Makalah Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)
Penggunaan
Metode Hematologi Dan Pengamatan Endoparasit Darah Untuk Penetapan Kesehatan
Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Desa
Mangkubumen Boyolali, adalah salah satu daerah pengembangan budidaya ikan lele
dumbo secara intensif. Lahan yang digunakan untuk budidaya ikan lele dumbo ini seluas
15 Ha dengan jumlah kolam sebanyak 900 kolam. Hasil produksi mencapai 6 - 7 ton
per-hari, sehingga masyarakatnya mengembangkan budidaya ikan lele dumbo sebagai
mata pencaharian utama dengan daerah pemasaran meliputi pulau Jawa dan Madura,
serta akan dipersiapkan menjadi daerah pengekspor ikan lele dumbo.
Bentuk
budidaya yang dilakukan adalah spesifik pada pembesaran hingga mencapai ukuran
ikan konsumsi. Sistem budidaya tradisional yang diterapkan oleh petani ikan
lele dumbo di desa Mangkubumen menggunakan kolam tanah dengan sumber air yang
berasal dari irigasi sungai, dengan penambahan air sepuluh hari sekali dan penggantian
air 3-4 bulan sekali saat akan panen.
Puspowardoyo
dan Djariyah ( 2002 ) menyatakan ikan lele dumbo cocok dibudidayakan pada kolam
air tenang tanpa penggantian air, tetapi hal ini membuat air sebagai media
pemeliharaan ikan lele dumbo tercemar oleh limbah organik dan mineral organik
yang berasal dari dekomposisi (perombakan) sisa pakan dan kotoran ikan. Limbah tersebut
berpengaruh secara langsung terhadap kualitas air yang secara langsung ataupun
tidak langsung akan berpengaruh negatif terhadap kehidupan dan pertumbuhan ikan.
Pada
budidaya ikan, air dapat menjadi perantara bagi penularan bibit penyakit.
Apabila air yang digunakan dalam budidaya telah tercemar atau mempunyai
kualitas yang tidak memenuhi persyaratan untuk budidaya lele dumbo, maka ikan
budidaya tersebut akan terserang bibit penyakit atau parasit yang hidup pada air
tersebut (Anonim, 2003).
Pada
ikan yang terserang penyakit terjadi perubahan pada nilai hematokrit, kadar
hemoglobin, jumlah sel darah merah dan jumlah sel darah putih (Bastiawan, dkk.,
1995). Pemeriksaan darah (hematologis) dapat digunakan sebagai indikator
tingkat keparahan suatu penyakit (Bastiawan, dkk., 2001). Studi hematologis
merupakan kriteria penting untuk diagnosis dan penentuan kesehatan ikan
(Lestari, 2001).
Makalah Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus) |
Kondisi kesehatan ikan lele dumbo sulit ditentukan secara visual, karena ikan lele dumbo seringkali tidak menunjukkan tanda-tanda yang mengindikasikan ikan tersebut terserang suatu penyakit. Oleh karena itu, para petani ikan tetap mempertahankan cara budidaya yang selama ini mereka lakukan. Dengan demikian, diperlukan metode lain untuk mengetahui kondisi kesehatan ikan lele dumbo, selain pengamatan morfologi, dan gejala klinis yang Alamanda – Penetapan Kesehatan Ikan Lele Dumbo Clarias gariepinus tampak dari luar. Pemeriksaan parameter hematologis terhadap ikan lele dumbo yang dibudidayakan di desa Mangkubumen perlu dilakukan. Pemeriksaan parameter hematologis meliputi pemeriksaan nilai hematokrit, kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah, jumlah sel darah putih dan pengamatan parasit yang terdapat dalam darah.
B.
Rumusan Masalah
Yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana
penggunaan metode hematologi dan pengamatan
endoparasit darah untuk penetapan kesehatan ikan lele dumbo?
2. Sejauhmana
penggunaan metode hematologi dalam meningkatkan kesehatan ikan lele dumbo?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun
yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui penggunaan metode hematologi dan
pengamatan endoparasit darah untuk penetapan kesehatan ikan lele dumbo.
2. Untuk
meneliti sejauhmana penggunaan metode hematologi dalam meningkatkan kesehatan
ikan lele dumbo.
D. Manfaat Penelitian
Adapun
yang menjadi manfaat penelitian dalam penyusunan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi
Penulis
Sebagai
bahan tambahan ilmu pengetahuan tentang berbagai jenis dan penyakit yang di
alami oleh ikan lele dumbo.
2. Bagi
Masyarakat
Sebagai
tambahan referensi dalam mengelola keramba ikan lele dan memahami penanganan
berbagai penyakit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Hematologis
Menurut
Bastiawan dkk, (2001) apabila ikan terkena penyakit atau nafsu makannya
menurun, maka nilai hematokrit darahnya menjadi tidak normal, jika nilai
hematokrit rendah maka jumlah eritrositpun rendah. Ratarata nilai
hematokrit ikan lele dumbo budidaya berkisar antara 19,3 – 23,3 % dan jumlah
eritrosit berkisar antara 1,4 - 2,5 x 106 sel/mm3, sedangkan ikan lele dumbo
sehat mempunyai nilai hematokrit sebesar 30,8 – 45,5 % dan jumlah eritrosit
sebesar 3,18 x 106 sel/mm3.
Hal ini menguatkan
bahwa kondisi ikan lele dumbo budidaya di desa Mangkubumen Boyolali sedang
sakit. Rata-rata kadar Hb ikan lele dumbo budidaya sangat rendah di bawah kadar
Hb ikan lele dumbo sehat, yaitu berkisar antara 6,46 – 7,93 Hb/100ml, sedangkan
kadar Hb ikan lele dumbo sehat berkisar antara 12 – 14 Hb/100ml. Hb berfungsi
mengikat oksigen yang kemudian akan digunakan untuk proses katabolisme sehingga
dihasilkan energi (Lagler et al, 1997 dalam Bastiawan dkk, 2001).
Kemampuan
mengikat oksigen dalam darah tergantung pada jumlah hemoglobin yang terdapat
dalam sel darah merah. Bastiawan dkk, (2001) menulis bahwa rendahnya kadar Hb
menyebabkan laju metabolisme menurun dan energi yang dihasilkan menjadi rendah.
Hal ini membuat ikan menjadi lemah dan tidak memiliki nafsu makan serta terlihat
diam di dasar atau menggantung di bawah permukaan air.
Jumlah rata-rata leukosit ikan lele dumbo
kolam budidaya mencapai 4 kali lipat di atas jumlah leukosit ikan lele dumbo
normal, yaitu berkisar antara 650 - 750 x 103 sel/mm3. Hal ini mengindikasikan
bahwa ikan lele dumbo budidaya terkena serangan penyakit. Meningkatnya produksi
jumlah sel darah putih ikan lele dumbo budidaya menunjukkan adanya respon
perlawanan tubuh terhadap zat asing penyebab penyakit. Leukosit ikan lele dumbo
terdiri dari monosit, limfosit, dan neutrofil. Menurut Bastiawan dkk (2001)
monosit berfungsi sebagai fagosit terhadap benda-benda asing yang berperan
sebagai agen penyakit. Limfosit berfungsi sebagai penghasil antibody untuk
kekebalan tubuh dari gangguan penyakit. Neutrofil berperan dalam respon kekebalan
terhadap serangan organisme patogen dan mempunyai sifat fagositik. Neutrofil dalam
darah akan meningkat bila terjadi infeksi dan berperan sebagai pertahanan
pertama dalam tubuh (Dellman dan Brown, 1989 dalam Bastiawan dkk., 2001).
Ikan
lele dumbo budidaya mengalami produksi lender yang berlebih, hal ini
menunjukkan adanya mekanisme pertahanan ikan lele dumbo budidaya terhadap
rangsangan ektoparasit yang menginfeksi ikan lele dumbo budidaya. Ektoparasit
yang menyerang ikan lele dumbo budidaya diperkirakan adalah lintah, yang juga
berperan sebagai inang perantara endoparasit yang hidup pada darah ikan lele
dumbo budidaya. Pada bagian abdominal tubuh ikan budidaya terlihat warna
kemerahan, hal ini menunjukkan terjadi perdarahan di tubuh ikan lele dumbo
bagian abdominal. Perdarahan yang terjadi pada ikan menunjukkan bahwa serangan
parasit sudah parah.
Gambar
1 menunjukkan perbedaan antara ikan lele dumbo yang dibudidayakan di desa
Mangkubumen Boyolali (A) dengan ikan lele dumbo sehat (B). Tanda panah (a) menunjukkan
daerah perdarahan yang terdapat sepanjang daerah abdominal tubuh ikan lele
dumbo. Kulit ikan yang mengkilap pada gambar (A) menunjukkan produksi lender yang
banyak. Pada gabar (B) ikan lele dumboyang
berwarna gelap adalah ikan jantan sedangkan ikan lele dumbo
yang berwarna terang adalah ikan betina.
Gambar 1. Perbandingan sampel ikan
lele dumbo dengan ikan lele sehat. (Gambar A) Ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus) yang dibudidayakan di desa Mangkubumen Boyolali; a :perdarahan daerah
abdominal. (Gambar B) Clarias sp sehat
B. Identifikasi Endoparasit Darah
Endoparasit
yang ditemukan pada darah ikan lele dumbo budidaya adalah Trypanosoma sp,
Sanguinicola sp, Haemogregarina sp. Trypanosoma sp, Sanguinicola
sp, Haemogregarina sp merupakan parasit yang hidup pada darah ikan
air tawar, walaupun Trypanosoma sp dan Haemogregarina sp bisa
hidup pada darah ikan air asin. Trypanosoma sp dan Sanguinicola sp
hidup di plasma darah sedangkan Haemogregarina sp hidup di dalam sel darah.
C. Trypanosoma sp
Menurut
Moller dan Anders, (1986) Trypanosoma sp menyebabkan menurunnya jumlah
eritrosit, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin. Ikan yang terserang Trypanosoma
sp menurut Kordi, (2004) menunjukkan gejala-gejala ikan kekurangan oksigen,
gerakan ikan sangat lemah, dan kerusakan pada kulit dan perdarahan pada insang.
Infeksi berat ditandai ketika ikan menderita anemia, insangnya pucat dan
lembam. Pada ikan lele dumbo yang dibudidayakan di desa Mangkubumen Boyolali
infeksi Trypanosoma sp menyebabkan ikan menderita anemia, hal ini
menunjukkan bahwa Trypanosoma sp telah menginfeksi ikan lele dumbo cukup
parah.
Beberapa
teori mengungkapkan pengaruh Trypanosoma sp pada inang. Teori pertama
menyatakan bahwa Trypanosoma sp mempunyai metabolisme gkukosa yang
tinggi, sehingga bila Trypanosoma sp mengambil glukosa inang maka
terjadilah kematian inang karena terjadi hipoglikemia. Teori yang kedua kadar
kalium di dalam serum meningkat pada tripanosomosis, tingginya kadar kalium
pada plasma menyebabkan kerusakan pada eritrosit (Levine, 1995). Pada
penelitian ini Trypanosoma sp mempengaruhi ikan lele dumbo budidaya
menurut teori yang pertama, karena dampak yang diakibatkan oleh infeksi Trypanosoma
sp adalah ikan mengalami anemia, sedangkan darah ikan lele dumbo budidaya
tidak menunjukkan adanya kerusakan.
Gambar 2. Trypanosama sp.
Keterangan : (gambar A) Trypanosama sp pada sampel darah ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus). a) nukleus, 1000x. (gambar B) sketsa ukuran Trypanosoma
sp. a) jarak dari nukleus ke anterior tubuh akhir; b) lebar tubuh besar; d)
panjang flagellum bebas; e) jarak antara titik kinetoplasma dengan posterior
tubuh; f) jarak antara nukleus dan kinetoplas.
Gambar 2A adalah Trypanosoma sp yang terdapat pada
darah ikan lele dumbo yang dibudidayakan di desa Mangkubumen Boyolali. Pada
perbesaran 1000x flagel yang berfungsi sebagai alat gerak Trypanosoma sp
belum kelihatan. Nukleus terlihat jelas ditunjukan oleh tanda panah (a), ujung
anterior runcing dan posterior tumpul. Gambar B adalah gambar sketsa Trypanosoma
sp, bagianbagian tubuh dengan ukurannya dapat terlihat dengan jelas.
D. Sanguinicola sp
Pada
siklus hidup Sanguinicola sp, cercaria muncul dari inang perantara
kemudian menembus masuk dan berkembang menjadi dewasa di system peredaran darah
ikan, setelah dewasa Sanguinicola sp menghasilkan telur dan dilepaskan
melalui pembuluh darah. Telur-telur tersebut mencapai insang (branchia),
jantung (cor), ginjal (ren), hati (hepar), limpa, pankreas, atau organ lainnya.
Hal tersebut dapat menyebabkan peradangan dan menurunnya fungsi fisiologis dan
daya guna mekanik dari organ tersebut Alamanda – Penetapan Kesehatan Ikan
Lele Dumbo Clarias gariepinus.
Gambar 3A adalah Sanguinicola sp yang terdapat pada
darah ikan lele dumbo yang dibudidayakan di desa Mangkubumen Boyolali, pada
perbesaran 400x terlihat Sanguinicola sp 5x lebih besar dari eritrosit
ikan lele dumbo. Gambar 3B adalah sketsa Sanguinicola sp yang terdapat
pada pembuluh darah Clarias lazera satu genus
dengan Clarias gariepinus. Bagian bagian tubuh Sanguinicola
sp dapat dilihat pada keterangan gambar.
Menurut
Kordi (2004) Sanguinicola sp (cacing darah) dewasa dapat menyebabkan
pembekuan darah (trombosis) dan tersumbatnya pembuluh kapiler inang yang
diakibatkan oleh telur-telurnya. Jika terjadi infeksi akut ikan mengalami
pendarahan (hemorrhage), nekrosis, dan akhirnya mati. Pada ikan lele
dumbo yang dibudidayakan di desa Mangkubumen Boyolali bagian abdominal ikan
memperlihatkan terjadinya perdarahan, hal ini menunjukkan ikan telah terinfeksi
kronis oleh Sanguinicola sp.
E. Haemogregarina sp
Tanda-tanda
klinis ikan yang terinfeksi Haemogregarina sp adalah menurunnya jumlah
eritrosit, meningkatnya jumlah leukosit dan terbentuknya tumor seperti nodul
dalam berbagai organ atau bagian badan ikan. Pada ikan lele dumbo yang
dibudidayakan di desa Mangkubumen Boyolali, parameter hematologis menunjukkan
terjadi penurunan jumlah eritrosit dan meningkatnya jumlah leukosit, tetapi
belum terlihat adanya nodul dalam berbagai organ atau bagian badan ikan. Hal
ini menunjukkan ikan belum terinfeksi akut oleh Haemogregarina sp.
Pengukuran kualitas air
Data
pada tabel 3 menggambarkan keadaan kualitas air kelima kolam yang menjadi
tempat hidup ikan lele dumbo yang diambil sebagai sampel. Data menunjukkan
bahwa kualitas air lima kolam masih berada dalam kisaran nilai optimum kualitas
air untuk budidaya ikan lele dumbo, hanya nilai transparansinya berada dibawah
nilai transparansi optimum. Keadaan ini dapat diatasi oleh ikan lele dumbo dengan
cara mengambil oksigen langsung dari udara dengan bantuan alat pernafasan
tambahan yaitu aborescen, yang terpenting permukaan air tidak tertutup seluruhnya
oleh tanaman air karena jika permukaan air kolam tertutup seluruhnya oleh
tanaman air dapat menghambat pengambilan oksigen lansung dari udara.
Kualitas
air lima kolam budidaya masih dalam batas toleransi sehingga tidak terlalu
berpengaruh pada kesehatan ikan lele dumbo yang dibudidayakan. Uji korelasi antara
parameter kualitas air kolam dengan parameter hematologis ikan lele dumbo tidak
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Hal ini juga dikemukakan oleh Sutrisno
dkk, (1992) bahwa penelitiannya belum dapat menentukan pengaruh kualitas air
terhadap budidaya ikan lele dumbo, baik yang dilakukan di kolam percobaan (laboratorium)
maupun kolam budidaya di tingkat petani.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan
metode hematologi kondisi ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang
dibudidayakan di desa Mangkubumen Boyolali menunjukkan ada indikasi sakit. Endoparasit
yang terdapat pada darah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang
dibudidayakan di desa Mangkubumen Boyolali adalah: Trypanosoma sp, Sanguinicola
sp, dan Haemogregarina sp.
DAFTAR PUSTAKA
Amlacher,
E. 1970. Text book of Fish Diseases. New York. USA: PD. A. T. F. H.
Publication.
Bastiawan,
D, Taukhid, M. Alifudin, dan T. S. Dermawati. 1995. Perubahan Hematologi dan
Jaringan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang diinfeksi Cendawan Aphanomyces
sp. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 106-115.
Bastiawan,
D; A. Wahid; M. Alifudin, dan I. Agustiawan. 2001. Gambaran Darah Lele dumbo (Clarias
spp.) yang Diinfeksi Cendawan Aphanomyces sp pada pH yang Berbeda.
Jurnal penelitian Indonesia 7(3): 44-47.
Ilyas,
S, E. Setiadi, F. Cholik, R. Arifudin; Krismono dan D. Wahyu. 1992. “Pedoman
Teknis Pembenihan Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus)”, Seri
Pengembangan Hasil Penelitian Perikanan No. PHP/KAN/PT/20/1992 Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian.
Kabata,
Z. 1985. Parasites and diseases of fish cultured in the tropics. London:
Taylor and Francis.
Kordi,
K. M. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta: Rineka Cipta
dan Bina Aksara.
Lestari,
A.S. 2001. Studi Karakteristik dan Patologi Aeromonas hydrophila pada Ikan
Lele dumbo (Clarias gariepinus). Makalah Falsafah Sains. Program Pasca
Sarjana. IPB .Bogor.
Levine,
N.D. 1995. Protozoologi Verteriner. Yogyakarta. UGM Press.
Moller,
H. dan K. Anders. 1986. Diseases and Parasites of Marine Fishes. German :
Verlag Moller.
Puspowardoyo,
H. Dan A.S. Djariyah. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Lele Dumbo Hemat Air.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sutrisno;
R. Utami, dan Koesomadinata. 1992. Penelitian Aspek Kualitas Air Pada
Budidaya Lele. Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar (Balitkanwar)
Bogor.
0 Response to "Makalah Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus) "
Post a Comment