Makalah Orientasi Psikologi Pembelajaran Sekolah Dasar

Makalah Orientasi Psikologi Pembelajaran Sekolah Dasar

A. Pengertian Orientasi Psikologi Pembelajaran Di Sekolah Dasar

Orientasi ialah : peninjauan guna menilai sikap (arah, tempat, dsb) yg tepat dan benar, pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan. Psikologi ialah ilmu pengetahuan yang menginvestigasi danmembicarakan tingkah laku tersingkap dan tertutup pada manusia, baik selaku pribadi maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan dalam urusan ini mencakup semua orang, barang, suasana dan kejadian yang ada di dekat manusia. Sedangkan Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan insan melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Psikologi pendidikan ialah studi sistematis mengenai proses-proses dan faktor-faktor yang bersangkutan dengan edukasi manusia. Sekolah dasar (disingkat SD;Inggris:Elementary School) ialah jenjang sangat dasar padaedukasi formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam masa-masa 6 tahun, mulai dari ruang belajar 1 sampai ruang belajar 6.

Makalah Orientasi Psikologi Pembelajaran Sekolah Dasar

Jadi, orientasi psikologi edukasi di sekolah dasar menurut keterangan dari penulis merupakan: teknik pengenalan serta evolusi tingkah laku dalam pendewasaan murid pada jenjang edukasi sebagai dasar upaya pengajaran dan pelatihan

B. Pengajaran di Sekolah Dasar

Anak-anak mempunyai kemampuan kognitip dan sosial yang diperlukan ,namun mereka belum hingga pada masa krisis remaja. Oleh karena tersebut , pengajaran masih mesti tetap menurut sifat-sifat atau ciri-ciripertumbuhan pada masa usia sekolah dasar..Satu prinsip yang pentingialah bahwa mayoritas anak SD msih dalam etape oprasional kongkrit. Karena tersebut mereka tidak cukup mampu untuk beranggapan abstraklaksana masa remaja. Artinya pengajaran SD mesti sekongkret barangkali dan benar-benar dipahami.

1.         Pelajaran ilmu pengetahuan usahakan mencakup meraba, menyusun dan memanipulasi merasakan dan merasakan
2.         Pelajaran ilmu sosial usahakan mencakup karya wisata, mengundang akhli, bermain peran, dan berdiskusi.
3.         Pelajaran bahasa, mencakup menciptakan, membayangkan, dan mencatat karangan.
4.         Pelajaran matematika, usahakan memakai objek kongkret guna menunjukkakn konsep dan tidak mempedulikan siswa memanipulasi objek mewakili prinsip-prinsip matematika.penekanannya pada pemakaian matematika untuk menuntaskan masalah dalam kehidupan keseharian secara nyata.

Bersamaan dengan kemampuan dasar, urusan yang sangat penting pada siswa-siswa sekolah dasar yang sedang belajar ialah konsep diri.konsep diri seseorang disusun terutama pada masa itu. perlu simaklah bahwa pengaruh sekolah pada konsep diri anak bisa menjadi mendalam.
Anka-anak melakukan pekerjaan dengan teknik yang bertolak belakang sesuai dengan keterampilan mereka dan tidak menjadi soal apa yang guru lakukan. Siswa bisa memperkirakan siapa yang bisa lulus sampai berlalu dan siapa yang darurat tinggal kelas. Bagaimanapun juga, guru dapatmemiliki pengaruh yang kuat sebab mereka tahu siapa yang kira-kira tidakdapat menjadi bintang kelas. Uru pun harus bisa menerima murid apaa danya dan mengomunikasikan norma bahwa seluruh siswa berharga dan mempunyai keunggulan masing-masing. Terutama di SD urgen menekankanguna menghindari kompetisi diantara siswa-siswa yang merasa sangat pandai disemua hal.

Anak-anak pada etape ini pun mulai kritis terhadap pertumbuhan moral. Guru dapat menolong perkembangan moral ini dengan mengindikasikan keterbukaan, kekonsistenan, kesopanan, kebijakan, dan tingkah laku beda yang tepat.demikian pun dalam menekankan disiplin, guru usahakanmenjelaskan kenapa perlu disiplin dalam ruang belajar atau dalam kehidupan bermasyarakat dengan orang lain. Tentu saja semua tersebut harus dilaksanakan dengan tingkah laku guru sendiri sebagai model.

Perkembnagan moral di SD dapat pun dengan teknik mendiskusikan dilema moral. Kelompok belajar di dalam ruang belajar kadang-kadang diperlukan, terutama ketika pelajaran menyimak dan matematika, khususnya untuk anak-anak yang membutuhkan pertolongan karna mereka kurangdikomparasikan yang lain. Dalam kelompok, anak yang lebih pandai dapatmenolong anak yang tidak cukup pandai.

C. Perkembangan Anak Sekolah Dasar
1. Perkembangan Intelek (Struktur Pengetahuan)
Struktur pengetahuan menyatakan tentang tingkat kepintaran peserta didik pada umur SD. Dengan adanya sejumlah kecerdasan tiap individu, maka memungkinkan terjadinya kepintaran ganda (multiple intelligence), sampai-sampai perlu diadakannya semacam tes untuk memahami tingkat intelegensi tiap pribadi yang biasa dinamakan dengan IQ (Intelligence Quotient). IQ adalahhasil untuk usia mental dengan umur kronologis atau kalender dikalikan seratus. Dengan berpegang pada satuan ukuran IQ.

Faktor-faktor yang memprovokasi perkembangan intelek
Ada sejumlah faktor yang memprovokasi perkembangan intelek peserta didikumur SD atau MI, antara lain:
a.         Kondisi organ penginderaan sebagai drainase yang dilewati pesan indera dalam perjalanannya ke benak (kesadaran).
b.         Intelegensi mempengaruhi keterampilan anak untuk memahami danmengetahui sesuatu.
c.          Kesempatan belajar yang didapatkan anak.
d.         Tipe empiris yang didapat anak secara langsung akan bertolak belakang jika anak mendapat empiris seara tidak langsung dari orang beda atau informasi dari buku.
e.         Jenis kelamin sebab pembentukan konsep anak laki-laki atau wanita telah diajar sejak kecil dengan teknik yang cocok dengan jenis kelamin.
f.          Kepribadian pada anak dalam memandang kehidupan dan memakai suatu kerangka acuan berinteraksi dengan orang beda dan lingkungan.

Dalam pertumbuhan intelek, dapat pun terjadi tantangan dan riskan yangmemprovokasi perkembangan anak secara keseluruhan, di antaranya :
a.         Kelambanan perkembangan benak yang bisa mempengaruhi keterampilan bermain dan belajar di sekolah serta penyesuaian diri dan social anak, yang disebabkan oleh tingkat kepintaran di bawah normal dan kurangnya mendapat peluang memperoleh pengalaman.
b.         Konsep yang salah yang diakibatkan oleh informasi yang salah, empiris terbatas, gampang percaya, penalaran yang keliru, dan khayalan yangpaling berperan, pemikiran tidak realistis, serta salah mengartikan arti.
c.          Kesulitan dalam membetulkan konsep yang salah dan tidak relistik. Hal ini biasanya berkaitan dengan konsep diri dan sosial yang dapat membingungkan anak.

2. Tahap pertumbuhan kogntif
Pada anak umur SD, mereka merasakan tahap-tahap, yaitu:
a. Konkret Operasional (7-11 tahun)
Pada masa ini anak sudah dapat melakukan sekian banyak  macam tugas, menkonservasi angka melewati 3 macam proses operasi, yaitu:
a.         Negasi sebagai keterampilan anak dalam memahami proses yang terjadisalah satu kegiatan dan mengetahui hubungan antara keduanya.
b.         Resiprokasi sebagai keterampilan untuk menyaksikan hubungan timbal balik.
c.          Identitas dalam mengenali benda-benda yang ada.

Dengan demikian, pada etape ini anak sudah dapat berfikir konkret dalammengetahui sesuatu sebagaimana kenyataannya, dapat mengkonservasi angka, serta mengetahui konsep melewati pengalaman sendiri dan lebih objektif.

b. Formal Operasional (11 – 12 tahun)
Pada fase ini, anak telah dapat berfikir abstrak, hipotesis dan sistematis tentang sesuatu yang abstrak dan memikirkan hal-hal yangbakal dan barangkali terjadi. Jadi, pada etape ini anak sudah dapat meninjau masalah dari sekian banyak  sudut pandang dan mempertimbangkanpilihan dalam memecahkan masalah, bernalar menurut hipotesis, menggabungkan sebanyak informasi secara sistematis, memakai rasio dan logika dalam abstraksi, memahami, dan menciptakan perkiraan di masa depan. Dengan memahami tahap pertumbuhan kognitif tersebut, diinginkan orang tua dan guru bisa mengembangkan keterampilan kognitif dan intelektual anak dengan tepat cocok dengan usia pertumbuhan kognitifnya.[3]

D. Perkembangan Afektif
Erikson mencetuskan teori pertumbuhan afektif yang terdiri atas delapan tahap:
1. Kepercayaan dasar
2. Autonomi
3. Inisiatif
4. Produktifitas
5. Identitas
6. Keakraban
7. Generasi Berikut
8. Integritas

Dari teori itu tahap pertumbuhan Sekolah Dasar terjadi pada etape ke empat, yakni tahap produktif. Dalam etape ini anak mulai mampuberanggapan deduktif, bermain dan belajar menurut keterangan dari peraturan yang ada. Dimensi psikososial yang rnuncul pada masa inimerupakan: sense of industry, sense of inferiority Anak didorong guna membuat, mengerjakan dan menggarap dengan benda-benda yang praktis. dan mengerjakannya hingga selesai sampai-sampai menghasilkan sesuatu. Berdasarkan hasilnya mereka dihargai dan di mana butuh diberi hadiah. Dengan demikian rasa/sifat hendak menghasilkan sesuatu bisa dikembangkan. Pada umur sekolah dasar ini dunia anak tidak saja lingkungan lokasi tinggal saja tetapi meneakup pun lembaga-iembagabeda yang memiliki peranan urgen dalam pertumbuhan individu.

Pengalaman-pengalaman sekolah anak memprovokasi industry dan inferiority anak. Anak dengan IQ 80 atau 90 akan memiliki pengalaman sekolah yangtidak cukup memuaskan walaupun sifat indtistri dipupuk dan dikembangkan di ruitiah. Ini dapat memunculkan rasa inferiority (rasa tidak” mampu). Keseimbangan industry dan inferiority tidak saja bergantung untuk orang tuanya, tetapi diprovokasi pula oleh orang-orang dewasa beda yangbersangkutan dengan anak itu.

Pada ketika ini anak sudah mengarah ke kematangan jasmani dan mental. la memiliki perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan baru sebagaidampak perubahan-perubahan itubuhnya. Pandangan dan pemikirannyamengenai dunia sekelilingnya mengilami perkembangan. la mulai dapatberanggapan tentang benak orang lain. la beranggapan puh apa yang dipikirkan orang lain mengenai dirinya. la mulai mengrrti mengenai keluarga yang ideal, agama, dan masyarakat, yang bisa diperbandingkannya dengan apa yang dialaminya sendiri.

E. Perkembangan Minat Anak SD
Minat ialah kekuatan yang mendorong anak guna memperhatikan, merasa tertarik, dan ingin senang terhadap suatu kegiatan sehingga merekainginkan melakukan kegiatan tersebut dengan kemauannya sendiri.
Minat terdiri dari dua aspek, yakni :
1.         Aspek kognitif, berupa konsep positif terhadap sebuah obyek dan berpusat pada guna dari obyek tersebut.
2.         Aspek afektif, nampak pada rasa suka atau tidak senang dan kepuasanindividu terhadap obyek tersebut.

Minat pada anak diprovokasi oleh dua hal :
1.         Faktor personal, adalahfaktor-faktor yang terdapat pada diri anaktersebut (meliputi usia, jenis, kelamin, intelegensi, sikap, dankeperluan psikologi).
2.         Faktor instusional, adalahfaktor-faktor di luar diri anak (melalui pengaruh orang tua, guru, dan rekan sebaya).

Minat pada anak SD pada pada sesuatu lazimnya tergantung pada sejumlah hal, yakni :
1.         Kemauan anak terhadap pekerjaan tersebut (meskipun ada desakan yang besar dari orang-orang tertentu, contohnya orang tua, bila dia tidak mempunyai kemauan yang tinggi terhadap pekerjaan tersebut dia tidakbakal melakukan pekerjaan tersebut)

2.         Karakter setiap anak.
3.         Suasana hati / kemauan hati (mood)

Minat anak SD terhadap suatu pekerjaan lebih tergantung pada pengaruhrekan sebayanya. Mereka lebih ingin “ikut-ikutan“ dalam mengerjakan suatu pekerjaan (pengaruh lingkungan). Pada dasarnya mereka lebihmemiliki minat yang tinggi untuk suatu kegiatan yang unik perhatian mereka dan yang memberi kesukaan pada mereka. Anak sekolah dasar tidak cukup begitu tertarik untuk hal-hal yang menimbulkan kejemuan dan kejenuhan.

F. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial berarti perolehan keterampilan berprilaku yang cocok dengan tuntutan sosial. Tuntutan sosial pada perilaku sosial anak tergantung dari perbedaan asa dan tuntutan kebiasaan dalam masyarakatlokasi anak tumbuh kembangkan tugas perkembangannya. Pengalaman sosialmula memegang peranan penting untuk perkembangan dan perilaku sosial selanjutnya. Sebab empiris sosial mula cenderung menetap. Jadi gampang atau sulitnya pertumbuhan sosial anak selanjutnya tergantung pada baik buruknya si anak mempelajari sikap dan perilaku sosial. Di samping itu,empiris sosial mula juga dominan terhadap partisipasi sosial anak. Anak yang memiliki pengalaman sosial mula yang baik ingin lebih aktif dalampekerjaan kelompok social begitu pun sebaliknya.

Para peserta didik umur SD atau MI yang berada pada posisi anak akhirbakal mulai membentuk kumpulan bermain yang selanjutnya berkembang menjadi kumpulan belajar dan melakukan kegiatan pada masa anak. Sedangkan peserta didik ruang belajar 5 atau 6 kadang-kadang sudahmerasakan masa puber. Pada masa ini seorang peserta didik merasakan perubahan jasmani sensual yang pesat. Sehingga seorang anak ingin menarik diri dari kelompoknya, tidak cukup dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Juga terjadi dekadensi minat guna bermain dan melakukan kegiatan kelompok serta ingin bersikap antisocial.

G. Peranan Kelompok dan Permainan
Pada masa anak akhir, kumpulan atau geng anak memegang peranan urgen dalam pertumbuhan social. Pengaruh kumpulan terhadap sosialisasi anakdilaksanakan dalam urusan :
1.         Membantu anak bergaul dengan rekan sebaya dan berperilaku yang bisa diterima secara sosial dan kelompoknya.
2.         Membantu anak mengembangkan kesadaran yang rasional dan skala nilaiguna melengkapi atau mengubah nilai orang tua yang sebelumnya ingin diterima anak sebagai kata hati yang otoriter.
3.         Mempelajari sikap sosial yang pantas melewati pengalamannya dalammenyenangi orang an teknik menikmati kehidupan serta kegiatan kelompok.
4.         Membantu kemandirian anak dengan teknik memberikan kepuasan emosionalmelewati persahabatan dengan teman-teman sebaya.

Kelompok dalam pembelajaran dikelas kadang-kadang dibutuhkan terutama dalam pelajaramn menyimak dan matematika, dan khususnya untuk anak-anak yang membutuhkan pertolongan karena mereka “kurang” dikomparasikan orang lain. Dalam kumpulan anak yang lebih pandai dapat menolong anak yangtidak cukup pandai.

Melalui permainan atau bermain, anak tidak melulu memperoleh kesukaan tetapi mereka pun dapat mempelajari sesuatu. Permainan atau bermainmemiliki empat guna yaitu:
1.         Latihan faedah baik faedah motorik maupun kognitif.
2.         Sarana sosialisasi, anak bisa belajar berkolaborasi dan saling tolongmembantu dalam bermain.
3.         Mengukur keterampilan terutama guna permainan yang dilombakan.
4.         Menempa emusi/sikap melalui pekerjaan untuk mentaati aturan permainan dan bersikap sportif.

H. Penyesuaian Sosial
Penyesuaian sosial berarti keberhasilan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap orang beda pada lazimnya dan terhadap kumpulan paa khusunya. Anak yang bisa menyesuaikan diri dengan baik mempelajari sekian banyak  ketrampilan seperti keterampilan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Di bawah ini ialah beberapa criteria penyesuaian social yang baik.
1. Ketrampilan nyata
2. Penyesuaian diri terhadap sekian banyak  kelompok.
3. Sikap social
4. Kepuasan pribadi

I. Penyesuaian Diri Pada Anak Sekolah Dasar
Penyesuaian diri pada anak sekolah dasar tampak dalam proses sosialisasi, anak mengindikasikan perilaku cocok aturan-aturan sosial yang ditentukan. Kelompok sebaya bisa sebagai model dalam berperilaku, di mana anak ingin meniru perilaku kelompoknya.

J. Cara Belajar Anak Sekolah Dasar
Memahami teknik belajar anak ialah kunci pokok guna menunjang keberhasilan anak. Sebaliknya, bila teknik belajar anak tidak dipahami, maka hasilnya akan tidak cukup maksimal. Secara umum, teknik belajarialah bagaimana seseorang menangkap, mengerti, memproses, mengungkapkan, dan menilik suatu informasi.Cara belajar anak SD dibanding orang dewasamemiliki perbedaan yang besar. Berdasarkan keterangan dari Piaget,masing-masing anak memiliki teknik tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Menurutnya, masing-masing anak mempunyai struktur kognitif yang dinamakan schemata. Schemata ialah sistem konsep yang adalahhasil pemahaman anak atas objek yang berada di dekat anak. Pemahaman mengenai objek tersebut dilangsungkan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi yakni menghubungkan objek baru dengan konsep yang telah ada dalam pikiran, sementara akomodasi ialah proses memanfaatkan konsep-konsep yang telah ada dalam benak untukmengartikan objek baru. Kedua proses itu akan dilangsungkan secara terus menerus sehingga menciptakan pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan demikian anak bakal dapat membina pengetahuanmelewati interaksi secara langsung dengan lingkungannya. Berdasarkanurusan tersebut, maka perilaku belajar anak sangat diprovokasi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua urusan itu tidak mungkin diceraikan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.

K. Tahapan Belajar Anak Sekolah Dasar
Anak umur sekolah dasar berada pada langkah operasi konkret. Pada rentang umur sekolah dasar tersebut, anak mulai mengindikasikan perilaku belajar sebagai berikut:
1.         Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspekkondisi ke aspek beda secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak.
2.         Mulai beranggapan secara operasional.
3.         Mempergunakan cara beranggapan operasional guna mengklasifikasikan benda-benda.
4.         Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan karena akibat.
5.         Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.

Memperhatikan langkah perkembangan beranggapan tersebut, kecenderungan belajar anak umur sekolah dasar mempunyai tiga ciri, yaitu: Konkret,Integratif,Hierarkis

L. Macam-Macam Cara Penerimaan Informasi Anak Sekolah Dasar
Ada tiga teknik seseorang anak menerima suatu informasi :
1. Melalui indra penglihatan/ visual
Anak-anak visual lazimnya senang dengan hal-hal yang bisa dilihat, termasuk menyaksikan bagaimana sesuatu urusan dikerjakan. Mereka senangmenyaksikan bahasa tubuh dan ekspresi muka guru untuk memahami isisebuah pelajaran. Anak-anak ini lebih senang duduk di depan agar pandangannya tidak terhalang, contohnya oleh kepala teman. Anak-anak visual beranggapan dalam format visual dan lebih cepat mengerti andai melihat tampilan gambar contohnya diagram, kitab bergambar, transparansi, video presentasi dan flipchart yang berwarna
Ciri-ciri anak visual :
a.         Senang bereksperimen dengan warna
b.         Senang menonton
c.          Sering melamun khususnya saat pekerjaan verbal
d.         Lebih tidak sedikit mengamati daripada berbicara
e.         Lebih mudah menilik dengan menyaksikan gambar
f.          Umumnya apik dan dapat memadukan warna
g.         Sering menggunakan ucapan-ucapan yang bersangkutan dengan indra penglihatan.

2. Melalui indra pendengaran/ auditorial
Anak-anak auditorial memakai bahasa secara efektif untuk mencerminkan sesuatu dengan kata-kata.
Ciri-ciri anak auditorial :
a.         Senang mendengar musik/irama.
b.         Sensitif terhadap bentrokan atau suara yang keras.
c.          Bisa mengekor pembicaraan yang sedang dilangsungkan walaupun tampak tidak memperhatikan.
Senang dengan perlengkapan yang dapat mengeluarkan bunyi, contohnya MP3 player atau iPod. Sering menggunakan ucapan-ucapan yang sehubungan dengan indra pendengaran.

3. Melalui indra peraba/ kinestetik
Anak-anak yang ingin kinestetik ialah anak-anak yang perlu tercebur secara jasmani dalam suatu proses.
Ciri-ciri anak kinestetik :
a.         Senang bergerak dan tidak dapat duduk diam di dalam kelas.
b.         Mau mengupayakan hal baru.
c.          Lebih memilih pakaian menurut bahan yang nyaman, bukan warna yang sesuai.
d.         Tangannya tidak dapat diam dan selalu mengupayakan untuk ’memegang’ sesuatu.
e.         ’Mencari’ sesuatu barang dengan ’meraba’.
f.          Sensitif terhadap lingkungan yang terlampau panas atau dingin.
Sering menggunakan ucapan-ucapan menurut perasaan. Walaupun ketiga indraitu selalu dipakai bersamaan dalam menerima suatu informasi, lazimnya ada satu teknik yang lebih disukai.
teknik belajar yang dilakukan, yaitu:
a.         Anak belajar secara kontinyu (terus-menerus).
b.         Anak belajar melewati panca inderanya.
c.          Anak belajar melewati kegiatan.
d.         Anak bakal belajar sebaik-baiknya bila ia mempunyai desakan ataudalil untuk belajar.
e.         Anak bakal belajar sangat baik bila mereka telah siap guna belajar.
f.          Anak belajar dengan jalan

Kumpulan Pustaka


Sri Esti Waryani djiwandoya. Psikologi Pendidikan. Gramedia widiasarana indonesia.2002. jakarta. Hal: 86

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Orientasi Psikologi Pembelajaran Sekolah Dasar"

Post a Comment