Makalah Krisis Ekonomi Global
Makalah
Krisis Ekonomi Global
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR
BELAKANG
Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang dihadapi Indonesia sejak
dahulu hingga sekarang. Dan ini adalah dinamika kehidupan ekonomi yang tidak
tetap perubahannya. Kadang sistem ekonomi dunia naik, kadang sistem ekonomi
dunia merosot drastis. Ini menyebabkan gejolak besar bagi kehidupan ekonomi
seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Akibat langsungnya adalah meledaknya
harga kebutuhan pokok di Indonesia. Yang mana sebelumnya saja sudah menjepit
dompet masyarakat dan kini semakin menekan sektor-sektor usaha yang menyediakan
kebutuhan tersebut. Misalnya: Petani yang menyediakan sayur mayur kini
kesulitan dalam mencari pupuk yang murah, padi menjadi kurang subur dan pasokan
yang terbatas membuat harga beras melonjak. Ini adalah satu dari ribuan keluhan
masyarakat dalam merasakan dampak buruk dari krisis global ini. Sehingga tema
“Krisis Ekonomi Global” ini sangat cocok untuk menjadi bahan diskusi bagi
mahasiswa karena mahasiswa juga mengalami dilema ini dalam hidupnya.
Dilihat dari
faktor penyebabnya, krisis Ekonomi global pada saat ini berbeda dengan krisis
ekonomi yang melanda Indonesia lebih kurang satu dasawarsa lalu, yang mana pada
saat itu krisis ekonomi yang melanda Indonesia lebih disebabkan oleh
ketidakmampuan Indonesia menyediakan alat pembayaran luar negeri, dan tidak
kokohnya struktur perekonomian Indonesia, tetapi krisis keuangan global pada
tahun 2008 ini berasal dari faktor-faktor yang terjadi di luar negeri. Tetapi
kalau kita tidak hati-hati dan waspada dalam menyikapi permasalahan ini, tidak
mustahil dampak krisis keuangan global pada tahun 2008 ini akan sama atau
bahkan lebih buruk jika dibandingkan dengan dampak dari krisis ekonomi yang
terjadi pada tahun 1998.
Makalah Krisis Ekonomi Global |
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
KRISIS EKONOMI GLOBAL
Krisis ekonomi Global merupakan
peristiwa di mana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan dan
mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia. Ini dapat kita lihat bahwa negara
adidaya yang memegang kendali ekonomi pasar dunia yang mengalami keruntuhan
besar dari sektor ekonominya. Bencana pasar keuangan akibat rontoknya
perusahaan keuangan dan bank-bank besar di Negeri Paman Sam satu per satu,
tinggal menunggu waktu saja. Bangkrutnya
Lehman Brothers langsung mengguncang bursa saham di seluruh dunia. Bursa saham
di kawasan Asia seperti di Jepang, Hongkong, China, Asutralia, Singapura,
India, Taiwan dan Korea Selatan, mengalami penurunan drastis 7 sd 10 persen.
Termasuk bursa saham di kawasan Timur Tengah, Rusia, Eropa, Amerika Selatan dan
Amerika Utara. Tak terkecuali di AS sendiri, Para investor di Bursa Wall Street
mengalami kerugian besar.
Krisis finansial global yang menyebabkan
menurunnya kinerja perekonomian dunia secara drastis pada tahun 2008
diperkirakan masih akan terus berlanjut, bahkan akan meningkat intensitasnya
pada tahun 2009. Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, selain menyebabkan
volume perdagangan global pada tahun 2009 merosot tajam, juga akan berdampak
pada banyaknya industri besar yang terancam bangkrut, terjadinya penurunan
kapasitas produksi, dan terjadinya lonjakan jumlah pengangguran dunia. Bagi
negara-negara berkembang dan emerging markets, situasi ini dapat merusak
fundamental perekonomian, dan memicu terjadinya krisis ekonomi.
Sebagai negara
dengan perekonomian terbuka, meskipun Indonesia telah membangun momentum
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, tidak akan terlepas dari dampak negatif
perlemahan ekonomi dunia tersebut. Krisis keuangan global yang mulai
berpengaruh secara signifikan dalam triwulan III tahun 2008, dan second round
effectnya akan mulai dirasakan meningkat intensitasnya pada tahun 2009,
diperkirakan akan berdampak negatif pada kinerja ekonomi makro Indonesia dalam
tahun 2009 baik di sisi neraca pembayaran dan neraca sektor riil, maupun sektor
moneter dan sektor fiskal (APBN).
2.2. PENYEBAB KRISIS EKONOMI
GLOBAL
Di tengah
dinamika ekonomi global yang terus-menerus berubah dengan akselerasi yang
semakin tinggi sebagaimana digambarkan di atas, Indonesia mengalami terpaan
badai krisis yang intensitasnya telah sampai pada keadaan yang nyaris menuju
kebangkrutan ekonomi.
Krisis ekonomi – yang dipicu oleh krisis
moneter – beberapa waktu yang lalu, paling tidak telah memberikan indikasi yang
kuat terhadap tiga hal. Pertama, kredibilitas pemerintah telah sampai pada
titik nadir. Penyebab utamanya adalah karena langkah-langkah yang ditempuh
pemerintah dalam merenspons krisis selama ini lebih bersifat “tambal-sulam”,
ad-hoc, dan cenderung menempuh jalan yang berputar-putar.
Selain itu,
seluruh sumber daya yang dimiliki negeri ini dicurahkan sepenuhnya untuk
menyelamatkan sektor modern dari titik kehancuran. Sementara itu, sektor
tradisional, sektor informal, dan ekonomi rakyat, yang juga memiliki eksistensi
di negeri ini seakan-akan dilupakan dari wacana penyelamatan perekonomian yang
tengah menggema.
Kedua, rezim
Orde Baru yang selalu mengedepankan pertumbuhan (growth) ekonomi telah
menghasilkan crony capitalism yang telah membuat struktur perekonomian menjadi
sangat rapuh terhadap gejolak-gejolak eksternal. Industri manufaktur yang
sempat dibanggakan itu ternyata sangat bergantung pada bahan baku impor dan tak
memiliki daya tahan. Sementara itu, akibat “dianak-tirikan”, sektor pertanian
pun juga tak kunjung mature sebagai penopang laju industrialisasi. Yang saat
itu terjadi adalah derap industrialisasi melalui serangkaian kebijakan yang
cenderung merugikan sektor pertanian. Akibatnya, sektor pertanian tak mampu
berkembang secara sehat dalam merespons perubahan pola konsumsi masyarakat dan
memperkuat competitive advantage produk-produk ekspor Indonesia.
Salah satu
faktor terpenting yang bisa menjelaskan kecenderungan di atas adalah karena
proses penyesuaian ekonomi dan politik (economic and political adjustment)
tidak berlangsung secara mulus dan alamiah. Soeharto-style state-assisted
capitalism nyata-nyata telah merusak dan merapuhkan tatanan perekonomian.
Memang di satu sisi pertumbuhan ekonomi yang telah dihasilkan cukup tinggi,
namun mengakibatkan ekses yang ujung-ujungnya justru counter productive bagi
pertumbuhan yang berkelanjutan.
Ketiga, rezim
yang sangat korup telah membuat sendi-sendi perekonomian mengalami kerapuhan.
Secara umum, segala bentuk korupsi akan mengakibatkan arah alokasi sumber daya
perekonomian menjurus pada kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan tidak
memberikan hasil optimum. Dalam kondisi seperti ini pertumbuhan ekonomi memang
sangat mungkin terus berlangsung, bahkan pada intensitas yang relatif tinggi.
Namun demikian, sampai pada batas tertentu pasti akan mengakibatkan melemahnya
basis pertumbuhan.
Selanjutnya, praktik-praktik korupsi
secara perlahan C tapi pasti C telah merusak tatanan ekonomi dan pembusukan
politik yang disebabkan oleh perilaku penguasa, elit politik, dan jajaran
birokrasi. Keadaan semakin parah ketika jajaran angkatan bersenjata dan aparat
penegak hukum pun ternyata juga turut terseret ke dalam jaringan
praktik-praktik korupsi itu.
Hancurnya kredibilitas pemerintah yang
dibarengi dengan tingginya ketidakpastian itu telah menyebabkan terkikisnya
kepercayaan (trust). Yang terjadi dewasa ini tidak hanya sekadar pudarnya trust
masyarakat terhadap pemerintah dan sebaliknya, melainkan juga antara pihak luar
negeri dengan pemerintah, serta di antara sesama kelompok masyarakat. Yang
terakhir disebutkan itu tercermin dengan sangat jelas dari keberingasan massa
terhadap simbol-simbol kekuasaan serta kemewahan dan terhadap kelompok etnis
Cina, seperti yang dikenal dengan peristiwa Mei 1998.
Sementara itu,
krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dapat dilihat dari respons
masyarakat yang kerap kali berlawanan dengan tujuan kebijakan yang ditempuh
pemerintah. Misalnya, kebijakan pemerintah yang seharusnya berupaya menggiring
ekspektasi masyarakat ke arah kanan, justru telah menimbulkan respons
masyarakat menuju ke arah kiri, dan sebaliknya. Faktor lainnya adalah semakin
timpangnya distribusi pendapatan dan kekayaan, sehingga mengakibatkan lunturnya
solidaritas sosial.
2.3.
DAMPAK YANG DITIMBULKAN OLEH KRISIS EKONOMI GLOBAL
1.
Dampak Perekonomian Global terhadap APBNP 2008
Asumsi inflasi
dalam APBNP 2008 yang ditetapkan sebesar 6,5%, menurut Adiningsih (Ekonom dari
Universitas Gajah Mada) dalam harian Suara Karya (16/4-08), dapat melebihi 10%
akibat tekanan berat dari kondisi perekonomian global yang berada di luar
kendali pemerintah. Adiningsih mengemukakan bahwa seharusnya pemerintah
menyusun APBN secara konsevatif , karena apabila APBN dirubah terus, tentu akan
menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat. Dia juga mengungkapkan bahwa dunia
usaha juga tergantung pada pengelolaan dan realisasi APBN. Apabila APB tidak konsisten,
dipastikan dunia usaha akan sulit tumbuh, sehinga sulit diharapkan pertumbuhan
ekonomi yang tiggi. Mengenai besaran asumsi inflasi dalam APBNP, menurutnya
tidak masuk akal, karena pada akhir tahun 208 terdapat beberapa hari raya yang
sudah pasti akan memicu inflasi lebih tinggi. Disamping itu harga minyak mentah
yang masih akan melambung dan harga pangan dunia yang meroket. Hal ini akan
mempengaruhi harga komoditias di dalam negeri. Tidak semua komoditas dapat
dikendalikan oleh pemerintah. Tambahan lagi, banyak barang impor termasuk yang
illegal masuk ke ke pasar Indonesia. Hinga akhir tahun ini diperkirakan gejolak
pasar Keuangan dunia belum akan reda. Seandainya Amerika Serikat meningkatkan
suku bunga kredit, akan berdampak terhadap Indonesia dan dikhawatirkan inflasi
akan melebihisatudigit.
Dalam menghadapi
situasi perekonomian global yang tidak pasti, Raden Pardede (salah satu calon
gubernur BI yang ditolak DPR) mengemukakan pendapatnya bahwa pemerintah harus
membatasi besaran anggaran untuk subsidi. Menurutnya, dengan asumsi harga
minyak mentah sebesar US$ 95 per barel, total subsidi mencapai sekitar Rp 33
triliun. Jika harga minyak ternyata lebih dri U$$ 100 per barel, diperkirakan
lebih dari 30% anggaran belanja habis untuk subsidi, bagaimana dengan sektro
yang lain, katanya.
Berkaitan dengan kekurangan dana dalam
APBN pasti dicarikan melalui pembiayaan yang salah satunya adalah dengan
penerbitan Suat Utang Negara (SUN) disesuaikan dengan melihat kemampuan pasar
untuk menyerapnya. Tetapi, jika subsidi tidak dibatasi, investor akan khawatir
mengnenai kemampuan negara dalam melakukan pembayaran. Hal ini dapat
menimbulkan ketidakpastian dan rendahnya daya serap SUN.
Pendapat dari
kedua pengamat ekonomi tersebut perlu diperhatikan sebagai informasi untuk
mewaspadai bahwa kondisi perkonomian dunia yang saat ini sedang bergolak penuh
ketidak pastian akan berdampak terhadap tingkat inflasi, alokasi anggaran untuk
subsidi dan daya serap SUN untuk pembiayaan deficit APBN. Namun demikian,
apabila dalam perjalanannya asumsi-asumsi dalam APBNP 2008 meleset jauh dari
kenyataan, pengamat ekonomi tidak seharusnya semata-mata menyalahkan
pemerintah, karena APBN-P 2008 tersebut merupakan hasil pembahasan dan
kesepakatan antara pemerintah dengan DPR. Tambahan lagi, jika asumsi dalam
APBNP tidak sesuai lagi dengan perkembangan kondisi perekonomian, mau tidak mau
APBNP 2008 harus direvisi kembali.
2.
Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Perekonomian
Indonesia
Krisis keuangan
yang terjadi di Amerika Serikat sudah terlihat tanda-tandanya beberapa waktu
yang lalu, Tetapi baru dianggap serius oleh pemerintah Indonesia sejak tanggal
8 Oktober 2008 saat IHSG di BEI turun tajam sampai 10,38 % dan mengharuskan
pemerintah menghentikan kegiatan di pasar bursa modal beberapa hari.
Sebenarnya
banyak akibat yang dirasakan oleh Indonesia dengan adanya krisis keuangan di
Amerika serikat , baik akibat positif seperti turunnya harga minyak dunia yang
menembus $ 61 per barel dan akibat negative seperti turunnya nilai rupiah,
berkurangnya nilai export, turunnya investasi atau terjadi flyingout , namun
demikian akibat negatif lebih banyak dirasakan bagi perekonomian Indonesia
terutama bagi sektor riil yang mempunyai pangsa export, pemerintah harus
sungguh-sungguh menangani masalah ini karena pada akhirnya apabila tidak
tertangani dengan benar akan mengakibatkan distabilitas negara atau sering
orang bilang akan terjadi Krisis seri kedua.
Lebih lanjut Ridwan (dosen Ek.
Pembangunan UJB)menegaskan , bahwa harus ada langkah-langkah antisipasi menghadapi
krisis keuangan global anatara lain, tetap menjaga independensi pengambil
keputusan, sebisa mungkin mempertahankan tingkat suku bunga yang ada saat ini,
peningkatan pagu jaminan simpanan pada Lembaga Keuangan Nasional, Penginjeksian
secara besar-besaran likuiditas ke dalam perbankan nasioanal, pemberlakuan
kontrol devisa terbatas , pembentukan lembaga procurement untuk mengatur
transaksi devisa BUMN, keharusan izin bank sentral bagi transaksi arus ke luar
modal dalam jumlah tertentu. Disamping itu diskusi juga merekomendasiakan :
Penyiapan satu skema social safety net yang komprehensif untuk mengantisipasi
full-blown crisis , pemerintah daerah secara lebih erat sebagai mitra dan
pelaksana berbagai kebijakan yang ditetapkan, mewaspadai politik dumping ,
menyiapakan insentif bagi pengusaha lokal untuk menggarap pasar domestik, dan
merekomendasikan untuk mengkaji ulang sistem ekonomi yang selama ini mengekor
pada sistem ekonomi kapitalis.
2.4. CARA MENGATASI
KRISIS EKONOMI GLOBAL
Mengatasi
Penyebab dan Dampak Krisis Ekonomi Global masih menjadi berita hangat tanpa
melewati 1 (satu) hari pun dalam
bulan-bulan terakhir ini. Berbicara krisis ekonomi adalah bukan berbicara
tentang nasib 1 (satu) orang bahkan lebih dari itu semua karena ini menyangkut
nasib sebuah bangsa. Berbagai argument dan komentar pun dilontarkan di berbagai
media yang selalu memojokkan pemerintahan Yudhoyono dan BI (Bank Indonesia) Di
salah satu media menyatakan bahwa Presiden Yudhoyono menyampaikan 10 langkah
untuk menghadapi masalah tersebut. Empat di antaranya:
1.
Meningkatkan
penggunaan produksi dalam negeri
2.
Memanfaatkan
peluang perdagangan internasional
3.
Menyatukan
langkah strategis Pemerintah dengan Bank Indonesia (BI)
4.
Menghindari
politik non partisan untuk menghadapi krisis.
Kedengarannya
memang masuk akal tapi untuk menghadapi krisis itu bukanlah
semata adalah tugas pemerintah dan Bank Indonesia tapi badai krisis ini perlu
dihadapi bersama jangan sampai kejadian Krisis Ekonomi Global Part II ini lebih
dahsyat meluluh-lantakkan Perekonomian Indonesia seperti yang telah terladi
pada Badai Krisis Moneter Part I di Era Soeharto.
Sadar atau pun
tidak sadar Akibat Krisis Ekonomi Global kali in sudah sangat jauh merambah
dalam berbagai strata masyarakat. Dimana-mana pengangguran semakin bertambah
Income perkapita drastis menurun karena beberapa industri mulai merampingkan
tenaga-kerja atau mulai meliburkan tenaga kerja tanpa batas waktu. Senada
dengan hal itu investor-investor lokal dan Asing pun mulai menarik saham
dalam industri-industri di Indonesia. Dari kejadian kejadian itu akan
menjadikan peluang untuk Angka Kriminalitas akan melonjak naik Grafiknya di
tanah air belum lagi kasus-kasus korupsi terbaikan karena bangsa ini telah
disibukkan dengan masalah yang lebih di prioritaskan sehingga dengan bebasnya
para koruptor meneruskan aksinya ditiap jenjang. “Selamat buat para koruptor
Anda bisa keluar dari persembunyain untuk sementara Waktu. How pity a Country
!”
Memang sangat
Ironis di satu sisi Indonesia yang dikenal sebagai negara Agraris tapi disisi
lain beberapa item bahan pokok masih mengandalkan hasil import dari negara tetangga.
Yah ini mungkin salah satu kelemahan dari bangsa kita bahkan diri kita yang
sebagai rakyat yang kurang berusaha secara profesional dalam mengelola
asset-asset yang ada dalam lahan-lahan indonesia. Lihat saja kekayaan Alam
Indonesia mulai dari hasil laut belum dapat dikelola dengan baik karena
Fasilitas-fasilitas nelayan kurang memadai sehingga negara-negara lain meraup
keuntungan dari hasil menangkap hasil laut dengan cara yang tidak fair. Belum
lagi persediaan minyak yang semakin lama semakin menipis serta Tambang-tambang
Emas yang masih dikuasai negara asing. Jadi sangat disayangkan Punya Harta yang
sangat berlimpah ruah tapi tidak dapat dinikmati secara maksimal oleh bangsa
ini.
Jadi memanglah
pas ketika Ketua Presidium Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia (GMNI ) menyatakan bahwa Krisis ekonomi global telah terjebak pada
sistem kapitalisme internasional sehingga sampai saat ini sepertinya tak ada
persiapan jelas menghadapi krisis keuangan global yang berawal dari runtuhnya
industri keuangan di Amerika Serikat. Mereka yang krisis kita yang
”hancur-hancuran” seperti pada bursa saham sehingga menghentikan
operasionalnya.
Dan
kesimpulannya Indonesia belum siap menghadapi Dampak Krisis Ekonomi Global yang
di motori oleh Negara Super itu. Mungkin dari beberapa uraian diatas dapat
memberi gambaran bahwa kita punya potensi menghadapi krisis ini jika kita
meningkatkan kesadaran sebagai masyarakat indonesia termasuk element pemerintah
berikut departement terkait untuk meningkat pengelolaan sumber daya secara profesional
sehingga bangsa ini menjadi produktif dalam penyediaan hasil bumi dan dapat
mandiri serta terbebas sebagai negara importir bahan pangan dan minyak bumi
terbesar yang akan membalikkan keadaan menjadi negara “Pengekspor Terbesar”.
BAB III
PENUTUP
3.1.
KESIMPULAN
a.
Krisis
ekonomi Global merupakan peristiwa di mana seluruh sektor ekonomi pasar dunia
mengalami keruntuhan dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia
b.
Krisis ekonomi Global terjadi karena
permasalahan ekonomi pasar di sluruh dunia yang tidak dapat dielakkan karena
kebangkrutan maupun adanya situasi ekonomi yang carut marut.
c.
Sektor
yang terkena imbasan Krisis Ekonomi Global adalah seluruh sektor bidang kehidupan.
Namun yang paling tampak gejalanya adalah sektor bidang ekonomi dari terkecil
hingga yang terbesar.
d.
Cara
mengatasi permasalah Krisis ekonomi bagi masyarakat adalah lebih selektif dalam
memenuhi kebutuhan dan bersikap kooperatif bersama pemerintah dan sebaliknya
dari pemerintah untuk lebih sigap dalam situasi masyarakat.
e.
Sebagai
mahasiswa kita harus kritis dan menanggapi dengan cepat permasalahan kehidupan
yang terjadi saat ini khususnya krisis ekonomi global ini. Paling tidak dari
hal kecil, sehingga untuk hal besar kita akan lebih siap menghadapinya.
3.2. SARAN
·
Pemerintah
perlu menjamin 100% dana nasabah, termasuk dana kredit yang dikucurkan oleh
bank, apabila krisis global bertambah parah. Hal ini bertujuan untuk meredam
kekhawatiran yang dirasakan oleh masyarakat terhadap simpanannya dan sekaligus
memungkinkan dunia perbankan berjalan dengan normal serta mampu menjamin
tersedianya dana kepada sektor riel supaya tetap bisa bergerak.
·
Pemerintah agar memberikan perhatian lebih
kepada sektor riel yang terancam kematian, terutama industri yang orientasi
penjualannya ekspor, karena kelesuan negara-negara pengimpor untuk mau memesan
barang, seperti industri garmen, perabot dari kayu, sepatu dsb. (Ekspor dari
sektor industri mencapai sekitar 85% dari ekspor non migas Indonesia pada awal
tahun 2008). Perhatian tersebut mungkin dapat dilakukan dengan melakukan
koordinasi dengan pihak perbankan untuk memberikan penyaluran kredit modal
kerja secara selektif.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.opensubscriber.com/message/motivasi@yahoogroups.com/10510614.html
http://kompas.co.id/read/xml/2008/10/02/23553141/kekhawatiran.krisis.ekonomi.global.benamkan.saham.dunia
http://www.syaldi.web.id/2008/02/gerakan-mahasiswa-indonesia-tahun-1998-sebuah-proses-perubahan-sosial/
http://borneo-tribune.net/2008/11/01/dampak-krisis-ekonomi-global-sawit-aman-karet-tak-aman/ [1] Agustianto,
http://kompas.co.id/read/xml/2008/10/02/23553141/kekhawatiran.krisis.ekonomi.global.benamkan.saham.dunia
http://www.syaldi.web.id/2008/02/gerakan-mahasiswa-indonesia-tahun-1998-sebuah-proses-perubahan-sosial/
http://borneo-tribune.net/2008/11/01/dampak-krisis-ekonomi-global-sawit-aman-karet-tak-aman/ [1] Agustianto,
0 Response to "Makalah Krisis Ekonomi Global"
Post a Comment