Teori Produksi

Teori Produksi

2.2 Produksi

2.2.1 Pengertian Produksi

Pengertian produksi adalah hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output (Nicholson, 2002:177).
Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi (Salvatore, 2005:116), Jadi, fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu (Ferguson dan Gould, 2001:140). 

Teori Produksi
Hubungan antara jumlah output (Q) dengan sejumlah input yang digunakan dalam proses produksi (X1, X2, X3…Xn) secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Q=f (X1, X2, X3…Xn)                                                                                           (2.1)
Keterangan: 
Q = output
X = input
Berdasarkan fungsi produksi di atas maka akan dapat diketahui hubungan antara input dengan output, dan juga akan dapat diketahui hubungan antar input itu sendiri. Apabila input yang dipergunakan dalam proses produksi hanya terdiri atas modal (K) dan tenaga kerja (L) maka fungsi produksi yang dimaksud dapat diformulasikan menjadi:
Q = f (K, L)
Keterangan:  
Q = output
K = input modal
L = input tenaga kerja
Fungsi produksi di atas menunjukkan maksimum output yang dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif dari modal (K) dan tenaga kerja (L) (Nicholson, 2002:177).

2.2.2 Fungsi Produksi
Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara faktor-faktor yang dipergunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa mempehatikan harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk (Epp & Malone, 2001:113). Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan:
Y = f (X1, X2, X3,....... , Xn)
Dimana Y = tingkat produksi atau output yang dihasilkan, dan X1, X2, X berbagai faktor produksi atau input yang digunakan. Fungsi ini masih bersifat umum, hanya bisa menjelaskan bahwa produk yng dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi yang dipergunakan, tetapi belum bisa memberikan penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara produk dan faktor produksi tersebut (Heady & Dillon, 2000:124). Untuk dapat memberikan penjelasan kuantitatif, fungsi produksi tersebut harus dinyatakan dalam bentuknya yang spesifik antara lain:
a) Y = a + bX                          (fungsi linear)
b) Y = a +bX – cX2                 (fungsi kuadratis)
c) Y = aX1 bX2 cX3d                 (fungsi Cobb-Douglas)
Menurut Epp & Malone (2001:114), sifat fungsi produksi diasumsikan tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Diminishing Return atau hukum kenaikan hasil berkurang. Hukum ini menyatakan bahwa jika penggunaan satu macam input ditambah sedang input-input lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus ditambahkan. Hubungan antara produk total, produk marginal dan produk rata-rata.

2.2.3 Elastisitas Produksi dan Daerah-daerah Produksi
Elastisitas produksi adalah rasio perubahan relatif jumlah output yang dihasilkan dengan perubahan relatif jumlah input yang dipergunakan (Epp & Malone, 2001:116), atau dapat ditulis:

Elastisitas produksi juga dapat ditulis secara matematis sebagai berikut:
           
Dari persamaan matematis tersebut, nampak adanya hubungan antara elastisitas produksi dengan produk marginal dan produk rata-rata sebagai berikut:
1.      Jika tingkat produksi di mana PM > PR maka E­p> 1
2.      Jika tingkat produksi di mana PM = PR maka E­p = 1
3.      Jika tingkat produksi di mana PM = 0 maka E­p= 1
4.      Jika tingkat produksi di mana PM negatif maka Ep juga negatif

Berdasarkan nilai elastisitas produksi ini, proses produksi dapat dibagi ke dalam tiga daerah produksi (Epp & Malone, 2001:118) yaitu:
1.      Daerah dengan elastisitas Ep > 1 sampai Ep = 1. Daerah ini dinamakan daerah tidak rasional (irrasional stage of production) dan ditandai sebagai Daerah I dari produksi. Pada daerah ini belum akan tercapai keuntungan maksimum sehingga keuntungan masih dapat diperbesar dengan penambahan input.
2.      Daerah dengan elastisitas Ep = 1 sampai Ep = 0. Daerah ini dinamakan daerah tidak rasional (rasional stage of production) dan ditandai sebagai Daerah II dari produksi. Pada daerah ini akan dicapai keuntungan maksimum.
3.      Daerah dengan elastisitas Ep = 0 sampai Ep < 1. Daerah ini juga dinamakan daerah tidak rasional (irrasional stage of production) dan ditandai sebagai daerah III dari produksi. Pada daerah ini penambahan input justru akan mengurangi keuntungan.

2.3  Faktor Produksi
Faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Faktor produksi, yaitu tenaga kerja, modal (capital), sumber daya fisik (physical resources), kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information resources). Oleh karena itu, untuk menghasilkan suatu produk, maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) (Soekartawi, 2002:53).
Setiap usaha yang dilaksanakan pasti memerlukan teanga kerja. Oleh karena itu dalam analisa ketenagakerjaan di bidang perusahaan penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan membutuhkan tenaga kerja yang sedikit, dan sebaliknya perusahaan skala besar lebih banyak membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai keahlian. Dalam perusahaan, hal ini sangat penting untuk melihat sebaran pengguna tenaga kerja selama proses produksi sehingga dengan demikian kelebihan tenaga kerja pada kegiatan tertentu dapat dihindarkan (Soekartawi, 2002:54).
 Faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variable input). Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak terhitung pada jumlah produksi. Ada tidaknya kegiatan produksi, faktor produksi harus tetap tersedia. Mesin-mesin pabrik adalah salah satu contoh. Sampai tingkat interval produksi tertentu jumlah mesin perlu ditambah. Tapi jika tingkat produksi menurun bahkan sampai nol unit (tidak berproduksi), jumlah mesin tidak bisa dikurangi. Jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksinya. Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi variabel yang digunakan.Begitu juga sebaliknya. Sebagai contoh, buruh harian lepas di pabrik rokok. Jika perusahaan ingin meningkatkan produksi, maka jumlah buruh ditambah. Sebaliknya jika ingin mengurangi produksi, buruh dapat dikurangi (Prathama et al, 2002:46).
Cepat atau tidaknya inovasi mengadopsi inovasi oleh petani sangat tergantung dari faktor extern dan intern. Faktor intern itu sendiri terdiri dari faktor sosial dan ekonomi. Faktor sosial itu diantaranya: umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan kepemilikan lahan. Sedangkan faktor ekonomi diantaranya adalah jumlah tanggungan keluarga, luas lahan dan ada tidaknya usaha tani lain yang dimiliki petani (Soekartawi, 2002:58).

Daftar Pustaka
Nicholson, W., 2002, Mikro Ekonomi Intermediate dan Penerapanya Jilid 1, Raja Grafino Persada, Yakarta.

Salvatore, Dominick. 2005. Ekonomi Internasional. Edisi Bahasa Indonesia. Alih Bahasa Haris Munandar. Erlangga: Jakarta.

Ferguson. & Joel F. Houston, 2001. Manajemen Keuangan, Buku 1, Edisi Kedelapan, Terjemahan Dodo S uhartono dan Herman Wibowo, Penerbit Erlangga, Jakarta.

EPP dan Malone TW. 2001. The interdisciplinary study of coordination. ACM Comp Survey 26 Jurnal (1):87-119.

Soekartawi, 2002. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Pratama Angga. 2002. Pengaruh Produksi Penjualan. Skripsi Unsil.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Teori Produksi"

Post a Comment