13 Ciri-Ciri Tes Bahasa Yang Baik Dalam Penulisan
13 Ciri-Ciri Tes Bahasa Yang Baik
Dalam Penulisan
Di samping informasi mengenai hasil belajar murid sebagai di antara segi yang terpenting, penyelenggaraan tes dalam
pengajaran bahasa menyerahkan pula
informasi mengenai ketepatan
identifikasi tujuan,kecocokan bahan
pengajaran, kecocokan dan
keefektifan cara pengajaran,lumayan tidaknya pelajaran yang diberikan, kendala belajar siswa, dan
sebagainya. Semua informasi tersebut dapat didapatkan atas dasar pemantauan terhadap tingkat
keberhasilan siswa laksana tercermin
pada nilai-nilai yang dicapai, dan kajian terhadap tingkat dan jenis kekeliruan yang diciptakan oleh peserta tes.
Ciri yang lain ialah kemampuannya mengerjakan pengukuran dengan tingkat
keajegan tertentu, yang bisa dikaji
menurut sejumlah metode. terutama komponen evaluasi hasil belajar. Melalui
penyelenggaraan tes diinginkan dapat didapatkan informasi mengenai sekian banyak segi penyelenggaraan pengajaran bahasa.
Di samping informasi mengenai hasil
belajar murid sebagai di antara segi yang terpenting,
penyelenggaraan tes dalam pengajaran bahasa menyerahkan pula informasi
mengenai ketepatan identifikasi tujuan, kecocokan bahan pengajaran, kecocokan dan keefektifan
cara pengajaran, lumayan tidaknya pelajaran yang diberikan, kendala belajar siswa, dan sebagainya.
13 Ciri-Ciri Tes Bahasa Yang Baik Dalam Penulisan |
1. Validitas Tes Bahasa
ciri yang mengindikasikan adanya
kecocokan antara tes dengan apa yanghendak diukur dengan
memakai tes itu.
Validitas sebuah tes keterampilan membaca,
misalnya, bukan kesatu-tama
ditentukan oleh keterampilan membaca
yang diukurnya, tetapi oleh
interpretasi terhadap skor yang dihasilkannya.
2. Validitas Kriteria
kriteria yang dipakai sebagai bahan pembanding ialah hasil tes sejenis Yang baik,
yang diadakan setelah sebuah waktu tertentu dan etape perkembangan keterampilan tertentu, contohnya setelah satu semester atau
lebih. Dalam urusan ini skor
hasil sebuah tes kosakata.
Perbandingan tersebut dimaksudkan guna mengungkapkan adanya kesesuaiansalah satu skor-skor yang didapatkan oleh keduanya, yang secara
statistik ditetapkan dalam format korelasi.
3. Validitas Konstruk
kemampuan yang hendak diukur bisa pula ditinjau dari
sisi konstruk,yakni konsep
atau teori yang mendasari pemakaian suatu
jenis kemampuan, termasuk keterampilan berbahasa.
Pembuktian adanya validitas konstruk pada dasamya adalahusaha untuk
mengindikasikan bahwa skor yangdidapatkan
suatu tes, benar-benar
menggambarkan konstruk yang sama deagan keterampilan yang dijadikan sasaran pengukurannya.
Pembuktian eksistensi validitas konstruk secara penalaran bisa didasarkan atas kajian terhadap
seluk-beluk keterampilan yang
mendasarinya, yang mencakup lima
komponen keterampilan pokok, yakni :
1. Kemampuan menilik makna kosakata,
2. Kemampuan menarik benang merah dari wacana tulis,
3. Kemampuan mengetahui susunan wacana tulis,
4. Kemampuan mengidentifikasi dan
mema.`lami tujuan pengarang wacana,
dan
5. Kemampuan menyerahkan jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan mengenai wacana
tulis.
4. Validitas Tampak Luar
Validitas ini dipakai oleh sedangkan kalangan guna lebih
melengkapi dan memperkuat pembuktian
eksistensi cirri kecocokan tes.
Validitas terlihat luar tidak
dikaitkan dengan masalah “ apakah
sebuah tes mengukur apa yang seharusnya diukur” namun apakah sebuah tes
tampaknya mengukur apa yang sebetulnya diukur, contohnya dalam tes berbicara. Halitu sangan penting, sebab dapat menyerahkan tambahan kepercayaan untuk para peserta tes serta bisa adalahsumbangan terhadap tingkat kecocokan hasil pengerjaan dengan destinasi tesnya.
5. Reliabilitas Tes Bahasa
sebagai ciri tes yang memiliki keterampilan untuk menghasilkan
pengukuran yang ajeg tidak berubah-ubah.
Ciri reliabilitas bisa pula diperlihatkan dengan simpangan baku pengukuran yakni angka yang mengindikasikan tingkat perbedaan yang bisa terjadi pada skor peserta tes, sekiranya tes yang sama ditempuh
berulang-ulang
Ada sejumlah metode perhitungan tingkat reliabilitas yang biasa dipakai yaitu meliputi:
a. Metode tes ulang
b. Metode tes kembar
c. Metode tes belah dua
d. Rumus Kuder – Richardson atau
K-R
e. Koefisien antara penilai, dan
f. Tabel khusus
6. Metode tes ulang
Dalam menginterpretasikan
koefisiensi korelasi sebagai indikator tingkat keajegan yang didapatkan dengan cara tes ulang, perlu dianggarkan faktor tenggang masa-masa antara kedua
penyelenggaraan tesnya. Tenggang waktu
tersebut dapat dilangsungkan singkat,
seperti sejumlah hari, atau
berjarak panjang sampai sejumlah bulan.
7. Metode Tes Setara
Dengan dua tes yang setara, factor masa-masa penyelenggaraan yang berdampingan tidak lagi adalah masalah dalam kajian
reliabilitas yang koefisien korelasinya
didapatkan dengan mengkorelasikan kedua kumpulan skor yang dihasilkan. mencakup berbag;ai aspek penyusunan tes, mulai dari penetapan bentuk dan jumlah masa-masa pengerjaan, hingga dengan jangkauan isi, jumlah dan jenis butir tes, tingkat kendala tes, dan sebagainya
8. Metode belah dua
Pada penerapan cara ini, tes yang tingkat
reliabilitasnya butuh di kaji lumayan digunakan sekali terhadap
sekelompok peserta tes, guna perhitungan
koefisien reliabilitas. Semua cerminan masing-masing
peserta dipecah menjadi dua yakni genap dan ganjil. Keseluruhan
tes tersebut memakai rumus
tersendiri yaitu formula spearman
brown.
Untuk penghitungan koefisien
reliabiiiias, seluruh jawaban
dari setiap peserta dipecah menjadi dua bagian, seringkali dengan teknik memisahkan jawaban butir nomor
genap dari jawaban butir nomor ganjil.
9. Metode Kuder-Richardson atau
KR
Penerapan kedua cara penghitungan tingkat reliabilitas tersebut mempersyaratkan pemakaian skor dengan 2 bisa jadi yaitu skor 1 guna jawaban benar dan 0 guna jawaban salah. Penerapan membutuhkan perhitungan presentase
jawaban benar untuk setiap soal
( diberi tanda p), varian dari semua skor
( tanda SD x2 ). Perhitungan skor fiksi
( tanda M yakni mean yang
berarti rata-rata ) serta simpangan baku ( SD ) yakni standar deviasi.
10. Metode Koefisien Alfa
Pada tes mengarang yang
jawabannya adalahsatu kesatuan
dan tidak terdiri dari butir-butir yang terpisah, penilaiannya dilaksanakan atas dasar
komponen-komponennya yakni dapat mencakup isi, organisasi, bahasa, kosakata
serta ejaan.
11. Metode antar penilai
Dalam penerapan cara ini, masing-masing peserta tes dinilai oleh lebih dari satu orang
penilai mengerjakan penilaiannya
secara terpisah atas dasar criteria yang
sudah ditentukan sebelumnya. Bila skor-skor yangdiserahkan oleh semua penilai tersebut dikorelasikan, maka hasilnya mengindikasikan tingkat koefisiens
reliabilitas hasil tes tersebut.
12. Metode perkiraan
Metode estimasi dapat dipakai dalam
pethitungan tingkat reliabilitas. Khususnya untuk tes produksi guru.
Untuk tersebut dapat dipakai 2 macam tabel yakni satu guna tes yang dikatagorikan sebagai tes yang mudah, dan satu lagi guna tes yang sulit.
Ada ciri beda yang berfungsi untuk diacuhkan dalam mengembangkan atau
memilih tes yang akan dipakai yaitu
kepraktisan dalam makna yang
luas. Dari segi kepraktisan tersebut, tes seharusnya diadakan dalam ruang
belajar yang biasa dipakai dengan perangkat perekam yang bisa dipindah-pindahkan.
13. ciri –ciri lain
Dalam hubungannya dengan
kepraktisan evaluasi ini, masih ada pula aspek fasilitas melakukan interpretasi terhadap nilai yang dihasilkan.
Kepraktisan dalam urusan ini
berupa fasilitas dalam menyerahkan makna terhadap skor yang dijangkau peserta, dihubungkan dengan
tingkat keterampilan tertentu.
Dalarn tes keterampilan bahasa
Inggris, misalnya, aspek kepraktisan
evaluasi meliputi fasilitas untuk memutuskan tingkat keterampilan berbahasa menurut keterangan dari skala
tertentu. Padapemakaian ELTS
(English language Testing Services).
Semoga Bermanfaat dalam menulis karya tulis ilmiah, skripsi, jurnal dan lain-lain...
0 Response to "13 Ciri-Ciri Tes Bahasa Yang Baik Dalam Penulisan"
Post a Comment