Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bilangan Anak Usia Dini Melalui Penggunaan Kartu Angka

Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bilangan Anak Usia Dini Melalui Penggunaan Kartu Angka

A. Latar Belakang Masalah
Pentingnya edukasi prasekolah tidak butuh disangsikan lagi. Baik para berpengalaman maupun masyarakat umum lajimnya telah mengakui akan alangkah pentingnya pendidikan untuk anak umur prasekolah. Sekurang-kurangnya terdapat tiga dalil utama yang menyokong pentingnya edukasi prasekolah. Pertama, status umur prasekolah guna pertumbuhan anak selanjutnya. Kedua, disaksikan dari esensi | inti belajar dan perkembangan. Ketiga, tuntutan-tuntutan non-edukatif lainnya yang berkembang dewasa ini pun mendorong semua orang tua guna semakin peduli terhadap lembaga-lembaga edukasi prasekolah (Solehuddin, 2000: 2)
Taman Kanak-kanak (TK) adalah salah satu lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang meluangkan program edukasi untuk anak umur empathingga enam tahun. Para pendidik di TK berjuang membantu menempatkan dasar ke arah pertumbuhan kognitif, bahasa, jasmani motorik, seni, sosial emosional, moral, dan nilai-nilai agama. Salah satu pekerjaan pembelajaran yang diserahkan di Taman Kanak-kanak dalam mengembangkan aspek kognitif yakni pembelajaran mengenal emblem bilangan (Sujiono dkk, 2006).

Anak umur TK urgen sekali mengenal emblem bilangan sebab pada umur tiga atau empat tahun kesatu adalahperiode subur untuk pertumbuhan otakinsan sehingga mencapai tidak cukup lebih dua pertiga dari ukuran benak orang dewasa. Anak-anak yang telah mengenal “satu” dan “banyak” ternyata keterampilan matematikanya lebih baik. Dengan mengenal emblem bilanganpun dapat mendorong keterampilan intelektual anak dan mengembangkan kemampuan beranggapan matematis anak (Masito, dkk, 2007:1.20).

Mengnal Bilangan Angka
Tujuan pembelajaran mengenal emblem bilangan di TK menurut keterangan dari Sriningsih (2008: 120) yakni “untuk mengembangkan pemahaman anak terhadap bilangan dan operasinya melewati proses eksplorasi melewati benda-benda konkrit dan menyerahkan pondasi yang kokoh untuk anak dalam mengembangkan keterampilan matematika dalam etape selanjutnya”.
Dampak yang disebabkan andai anak Taman Kanak-kanak tidak bisa mengena lemblem bilangan yakni “anak tidak cukup mempunyai keterampilan beranggapan matematis dan bakal kehilangan peluang belajar matematika. Anak pun akan merasakan masalah dalam kehidupan sehari-harinya. Sehingga, dominan  terhadap pertumbuhan potensi-potensi anak lainnya yakni intelektual, sosial, emosi, dan fisik.”( Sriningsih, 2008: 120)
Berdasarkan Kurikulum Taman Kanak-kanak, Standar Kompetensi yang mesti dikuasai anak dalam aspek kognitif yakni anak dapat mengenal sekian banyak  konsep simpel dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar yang diinginkan yaitu anak bisa mengenal bilangan. Indikator yang mesti dijangkau yakni (1) menyinggung urutan bilangan dari 1 hingga 10, (2) membilang dengan menunjuk benda (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) hingga 5, (3) mengindikasikan urutan benda guna bilangan hingga 5, (4) menghubungkan/memasangkan emblem bilangan dengan benda-benda hingga 5 (anak tidak diajak menulis), (5) menunjuk 2 kelompok benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih tidak sedikit dan lebih sedikit, dan (6) melafalkan kembali benda-benda yang baru dilihatnya, Susanto (2011:50).
Namun, menurut fakta di lapangan, persoalan yang terjadi yakni pembelajaran mengenal emblem bilangan dilaksanakan dengan menitikberatkan pada hapalan dan hasil. Pembelajaran langsung ditekankan pada pengenalan emblem bilangan. Guru mencatat emblem bilangan 1-10 di papan tulis, anak diajak menghapal satu persatu kemudian anakdiserahkan lembar kerja untuk mencatat bilangan-bilangan itu tanpa terlebih dahulu menyatakan bahwa jumlah konkrit benda yang ditujukan oleh emblem bilangan tersebut sendiri, sampai-sampai pembelajaran tidak bermakna apa-apa untuk anak.
Begitu pun di TK  masalah yang dihadapi yakni anak telah fasih dalam membilang namun tidak bisa mengindikasikan benda atau emblem bilangan tersebut. Metode yang dipakai oleh guru pun tidak cukup bervariasi. Metode yang dipakai oleh guru ialah salah satu kunci pokok di dalam keberhasilan suatu pekerjaan belajar yang dilaksanakan oleh anak. Pemilihan cara yang akan dipakai harus cocok dengan tujuan, media, dan format kegiatan yang bakal dilakukan.
Pembelajaran pengenalan konsep bilangan di TK  Kecamatan Kota Kabupaten .... masih tidak sedikit ditemui peserta didik yang memiliki keterampilan membilang rendah. Hal ini tampak dari hasil kegiatan anak pada tugas membilang. Dari jumlah 21 peserta didik yang terdiri dari 10 laki-laki dan 11 perempuan, 15 orang peserta didik tidak dapat mengenal bilangan, sedangkan melulu 5 orang yang dapat mengenal bilangan. Hal ini diakibatkan kurang tersedianya bahan-bahan atau perangkat yang bisa mendorong anak guna melakukan pekerjaan pengenalan konsep bilangan, di sampang tersebut kurang terbukanya peluang untuk bermain dan bereksplorasi dengan bebas serta kurangnya peran guru, terutama pemakaian metode yang tidak cukup tepat dalam mendorong ketertarikan anak terhadap pembelajaran konsep bilangan.
Untuk menanggulangi persoalan itu maka salah satu cara yang bisa diterapkan guna mengenal emblem bilangan pada anak TK ialah permainan kartu angka. Dunia anak tidak lepas dari dunia bermain, cocok dengan prinsip pembelajaran di TK yakni “bermain seraya belajar”. Permainandapat membawa anak ke kondisi riang gembira. Berdasarkan keterangan dari Solehuddin (2000: 85) “Bermain dapat di anggap sebagai suatupekerjaan yang bersipat sukarela, spontan, terfokus pada proses, memberi ganjaran secara intrinsik, menyenangkan, aktif dan fleksibel. ”Bermain memiliki guna yang besar untuk pertumbuhan anak.
Berdasarkan keterangan dari Tedjasaputra (2001, 38) “Bermain adalah pengalaman belajar yang paling bermanfaat guna anak, Misalnya saja mendapat  empiris dalam membangun hubungan dengan sesama teman,meningkatkan perbendaharaan kata, mengalirkan perasaan-perasaan tertekan.” Bermain pun bisa mengembangkan bermacam-macam aspek pertumbuhan anak, yakni aspek fisik, motorik, sosial, emosi, kepribadian, kognisi, ketajaman penginderaan, kemampuan olahraga dan menari. Masih tidak sedikit lagi guna yang dapat dipungut dari pekerjaan bermain.
Penelitian ini akan mengupayakan meningkatkan keterampilan pengenalan konsep bilangan melewati media kartu angka. Dengan media kartu angka ini, di samping anak mempunyai rasa senang, diinginkan tertanam konsep bilangan di dalam memorinya. Selanjutnya, konsep bilangan yang telah dipunyai anak berangsur-angsur bisa meningkat.
Berdasarkan uraian yang di atas, maka peneliti tertarik mengerjakan suatu riset yaitu “Upaya meningkatkan keterampilan mengenal bilangan anak umur dini melewati pemakaian media angka di TK Al    Kecamatan Kota  Kabupaten ....”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah keterampilan anak didik dalam latihan mengenal bilangan melewati pemakaian kartu angka di TK Al Kecamatan Kota  Kabupaten ...., disaksikan dari perencanaan pembelajaran, pengamalan pembelajaran dan penilaian pembelajaran sebelum diterapkannya dalam mengenal bilangan?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan riset sebagai berikut:Bagi mengetahui keterampilan anak didik dalam latihan mengenal bilangan melewati pemakaian kartu angka di TK Al Kecamatan Kota Kabupaten ...., disaksikan dari perencanaan pembelajaran, pengamalan pembelajaran dan penilaian pembelajaran sebelum diterapkannya dalam mengelan bilangan?

D. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil riset ini dapat mengejar jawaban secara ilmiah tentang upaya meningkatkan keterampilan mengenal bilangan anak umur dini melewati pemakaian media angka di TK Al Kecamatan Kota Kabupaten .... dan pun dapat dikembangkan sebagai tahapan dalam memperkenalkan anak pada bilangan di TK.

2) Secara Praktis
Secara praktis, hasil riset ini bisa dimanfaatkan oleh peneliti, guru dan murid.
a) Untuk peneliti,
Penelitian ini diinginkan dapat membetulkan kenerja dalam pengamalan proses pembelajaran dalam mengenal angka bilangan, serta bisa dijadikan acuan riset di masa yang bakal datang.
b) Untuk guru,
Penelitian ini diharapkan supaya dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan untuk para pendidik guna meningkatkan keterampilan anak umur dini dalam mengetahui bilangan, serta dapat menambah etos kerja guru dalam menyerahkan pelajaran untuk anak didik.
c) Untuk siswa,
Penelitian ini diharapkan supaya dapat menambah minat belajar anak didik dalam memahami, dan mengenal bilangan dengan pemakaian media angka.

E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman pembaca dalam penulisan ini, maka pengarang merasa butuh menjelaskan sejumlah istilah yang bersangkutan dengan judul riset ini. Adapun istilah-istilah tersebut ialah sebagai berikut:
1) Upaya Meningkatkan ialah segala format usaha untuk membetulkan proses belajar dengan memberikan desakan atau menyerahkan motivasi untuk anak mengenai pembelajaran.
2) Kemampuan mengenal bilangan ialah ketrampilan anak didik dalam mengindikasikan bilangan dalam format tulisan angka (Sudaryanti, 2006).
3) Kartu angka ialah media yang ditunjukkan dalam bentuk-bentuk angkaguna di memahami dan di pahami anak didik (Arsyad, 2002).
Adapun yang dimaksud dengan kartu angka dalam riset ini ialah sarana yang amat dibutuhkan untuk proses beranggapan karena menunjang pertumbuhan intelektual melewati pengalaman yang memperkaya cara beranggapan anak-anak melewati pemakaian kartu angka Di TK    Kecamatan Kota  Kabupaten .....

F. Landasan Teoritis
1. Pengertian Kemampuan
Kemampuan/kompetensi ialah kemampuan bersikap, berfikir dan beraksi secara konsistensi sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan kemampuan yang dipunyai (Perencanaan pengajaran, 2007). Sedangkan yang dimaksud dengan keterampilan mengelola proses belajar mengajar ialah kesanggupan atau kemampuan para dosen dalam membuat suasana komunikasi yang edukatif antara dosen dan peserta didik yang merangkum segi kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai upaya mempelajari sesuatu menurut perencanaan hingga dengan tahap penilaian dan tindak lanjut supaya tercapai destinasi pengajaran (Subroto, 2002).
Berdasarkan keterangan dari Wibowo keterampilan Dosen mengacu PP No 19 Tahun 2005 mengenai standart Nasional Pendidikan dan UU No 14 Tahun 2005 mengenai Guru dan Dosen, mencakup :
a. Kemampuan Pedagogik ialah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi keterampilan merancang, mengelola, dan menilai pembelajaran:
- Mampu memahami ciri khas peserta didik
- Menerapkan teori belajar, teori pembelajaran yang relevan dengan peserta didik dan cocok dengan ciri khas mata latihan yang dia punya
- Mampu mengelola pembelajaran yang cocok dengan karateristik peserta didik.
- Mampu merancang pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, peserta didik guna berpartisipasi aktif, serta menyerahkan ruang yang cukup untuk prakarsa, kreativitas, dan kemandirian cocok dengan bakat, minat dan perkembangan jasmani serta psikologis peserta didik.
b. Kemampuan kepribadian ialah kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan bijaksana, berwibawa, menjadi teladan untuk peserta didik, berahlak mulia, mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri secara berkelanjutan;
- Mampu beraksi secara konsisten yang cocok dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia
- Mampu memperlihatkan diri sebagai individu yang mantap, setabil, dewasa arif, berwibawa, dan berakhlak mulia
- Mempunyai rasa bangga menjadi dosen, bisa bekerja mandiri, memiliki etos kerja, rasa percaya diri, dan tanggung jawab yang tinggi
- Mampu bersikap dan berprilaku yang disegani
- Mampu menjadi teladan untuk peserta didik dan masyarakat
- Mempunyai kejujuran
- Mampu menjunjung tinggi kode etik profesi dosen
c. Kemampuan Sosial, ialah kemampuan dosen yang meliputi keterampilan untuk:
- Berkomunikasi lisan, tulisan, dan / atau isyarat
- Mengunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
- Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik dan bergaul secara santun denga masyarakat sekitar.
d. Kemampuan profesional terdapat yang mencakup :
- Penguasaan pelajaran pembelajaransecara luas dan mendalam
- Kemamapuan merancang, melaksanakan, dan merangkai laporan penelitian
- Kemampuan mengembangkan dan menyebar luaskan inovasi dalam bidang ilmu pengetahuan, tekhnologi dan / atau seni; dan
- Kemampuan merancang, mengemban dan menilai pengabdian untuk masyarakat.

Kemampuan dosen diatas adalahprofil keterampilan dasar yang mestidipunyai dosen. Kemampuan itu dikembangkan menurut analisis tugas-tugas yang mesti dilakukan oleh dosen. Oleh karena tersebut kemampuan dosenitu secara operasional bakal mencerminkan faedah dan peranan dalam membelajarkan anak didik. Melalui pengembangan kompetensi profesi diusahakan supaya penguasaan Akademis cepat terpadu secara serasi denganketerampilan mengajar (Subroto, 2002).

2. Pengertian Bilangan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia I, bilangan ialah banyaknya benda, jumlah. Sedangkan bilangan (Sudaryanti, 2006: 1) ialah suatu konsep matematika yang mempunyai sifat abstrak yang sangat urgen untuk anak sebagai landasan dasar penguasaan konsep matematika di jenjang edukasi selanjutnya. Macam-macam bilangan menurut keterangan dari Sudaryanti (2006:1-4) ialah sebagai berikut: a) bilangan kardinal, b) bilangan ordinal, c) bilangan asli, d) bilangan komposit (positif), e) bilangan sempurna, f) bilangan cacah, g) bilangan bulat, h) bilangan pecahan.
Bilangan kardinal ialah bilangan yang dipakai untuk mengaku banyaknya anggota sebuah himpunan, contohnya Ibu melakukan pembelian 2 keranjang buah jeruk. Sedangkan bilangan ordinal ialah bilangan yang bermanfaat untuk mengaku urutan atau ranking (tingkat), misalnya pada lombamengecat Ani juara ke-2. Bilangan komposit (positif) adalahbilangan tersusun yang didefinisikan dengan bilangan pribumi yang mempunyai lebih dari 2 hal yaitu 4,6,8,10. Bilangan yang dipakai untuk membilang (menghitung mulai dari 1, satu-satu secara berurutan) merpakan bilangan asli. Bilangan pribumi yang jumlah faktornya (kecuali hal yang sama dengan dirinya) sama dengan bilangan tersebut, contohnya 6 dinamakan bilangan sempurna, sebab faktornya 1,2, dan 3 jumlahnya 6 adalahbilangan sempurna.
Sedang himpunan bilangan asli diperbanyak bilangan nol (0) yakni 0,1,2,3,4,… yakni bilangan cacah. Bilangan bulat ialah gabungan antara himpunan seluruh bilangan asli, nol, dan himpunan seluruh lawan bilanganpribumi (.,-2,-1,0,1,2,.). Bilangan pecahan itu ialah bilangan yangdipecah menjadi 2 yakni bilangan biasa dan bilangan desimal.
Dari sekian banyak  uraian, peneliti memutuskan bahwa bilangan adalahdasar untuk pengembangan keterampilan matematika yang mempunyai sifat abstrak. Bilangan mengindikasikan besarnya jumlah kelompok benda. Bilangan adalahbagian dari empiris anak sehari-hari, sebab anak umur dini belajar tentang nama emblem bilangan namun mereka tidak dapat menilai lambang-lambangnya. Anak dapat melafalkan angka satu namun anak tidak memahami seperti apa angka satu atau apa yang dikatakannya.

3. Pengertian Media Kartu Angka
Berdasarkan keterangan dari Arsyad, (2002:19), menuliskan bahwa media (bentuk jamak dari kata medium), adalahkata yang berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Oleh sebab itu, media dapat ditafsirkan sebagai perantara atau pendahuluan pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media bisa berupa sesuatu bahan (software) dan/atau perangkat (hardware).Berdasarkan keterangan dari Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002),menuliskan bahwa media bila dicerna secara garis besar ialah manusia, materi, atau kejadian yang membina kondisi, yang mengakibatkan siswadapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurutketerangan dari pengertian ini, guru, rekan sebaya, kitab teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, untuk seorang murid adalahmedia.
Pengenal angka adalahsarana yang amat dibutuhkan untuk prosesberanggapan karena menunjang pertumbuhan intelektual melewati pengalaman yang memperkaya cara beranggapan anak-anak. Berdasarkan keterangan dari Depdiknas (2007:1) mengaku bahwa: ”Kemampuan anak terhadap angka umumnya paling besar”. Di selama lingkungan kehidupan anak seringkali didatangi berbagai format angka, misalnya: pada jam dinding, uang, dan lain-lain.
Berdasarkan keterangan dari Mutiah (2010:162): Manfaat angka ialah akan meransang kesadaran anak terhadap angka-angka. Sehingga andai angka-angka dipelajari sebagai unsur rutinitas, maka anak bakal terbiasa dengan hitung menghitung ketika bermain”. Pembelajaran angka mempunyai sifat hierakis, dengan demikian pekerjaan pengembangan keterampilan konsep angka di TK pun perlu dilaksanakan secara bertahap. Hal ini menobamengindikasikan pentingnya konsep anka ini mulai diperkenalkan pada anakumur 4-5 tahun. Pengembangan ini yang seringkali yang dinamakan sebagai stimulasi konsep angka permulaan di TK.
Alat peraga kartu atau alat tolong mengajar ialah alat-alat atauperangkat yang dipakai oleh seorang guru dalam melatih yang berupa kartu dengan bertuliskan angka cocok dengan tema yang diajarkan. Alat peraga sering digunakan saat guru bercerita, oleh karena tersebut usahakan guna selalu menyelenggarakan dan memodernisasi alat-alat peraga kartu. Dengan perangkat peraga, latihan akan disajikan lebih menarik.
Manfaat perangkat peraga kartu antara lain: Mengarahkan perhatian anak (anak butuh alat tolong untuk berkonsentrasi dalam memperhatikan pengajaran), Membantu definisi (menjelaskan makna), sebab pengertian anak bakal sesuatu urusan bisa bertolak belakang dengan apa yang guru maksudkan. Sementara tidak seluruh guru dapat mengisahkan dengan baik detail- rinci ceritanya.
Jadi Alat peraga kartu ialah alat untuk menyatakan yang paling efektif, misalnya: Untuk menyatakan usia, ciri khas, karekter atau sifat dari seorang tokoh. Dengan perangkat peraga, gambar lebih jelas daripadaditerangkan dengan ucapan-ucapan saja. Sehingga anak bisa menghayati karakter figur yang diceritakan. Untuk menyatakan situasi suatu tempat, misal suasana sebuah kota, bangunan, dan sebagainya, dengan gambar bakal lebih jelas daripada dikisahkan secara lisan saja. Untuk menyatakan alur cerita. Untuk menyatakan letak suatu tempat, setting waktunya, budaya, dan situasi situasi sebuah lokasi pada masa-masa tertentu dalamkondisi tertentu. Untuk mencerminkan hubungan family (bila mengisahkan silsilah). Bagi menjembatani kebiasaan yang bertolak belakang dengansuasana hidup anak-anak pada masa sekarang dengan setting kisah yangdikisahkan oleh guru.
Alat peraga kartu ialah alat bantu untuk anak untuk menilik pelajaran. Alat peraga kartu huruf dapat memunculkan kesan di hati sampai-sampai anak-anak tidak gampang melupakannya. Sejalan dengan memori anak bakal alat peraga itu, ia pun diingatkan dengan latihan yang dikatakan guru. Semakin kecil anak, ia semakin butuh visualisasi/konkret (perlu lebihtidak sedikit alat peraga) yang bisa disentuh, dilihat, dirasakan, dan didengarnya.

G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang dipakai dalam riset ini ialah pendekatan PTK yakni suatu riset yang ber mengungkapkan fenomena secara lengkap dancocok dengan konteks (holistik-kontekstual) melewati pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Moleong (2005:5) menyampaikan penelitian kualitatif ialah penelitian yang menggunkanan latar alamiah, dengan maksud menafsirkangejala yang terjadi dan dilaksanakan dengan jalan melibatkan sekian banyak  metode yang ada.

2. Lokasi Penelitian
Dalam rangka mendapat  data peneltian ini, pengarang memilih TK    sebagai tempat penelitian yang beralamat di Kecamatan Kota  Kabupaten ..... Lokasi penelitian dilaksanakan di TK    di sebabkan masih tampak anak didik belum sepenuhnya mengenal angka-angka serta masih membutuhkan pemahaman lebih terhadap media yang dipakai selama ini.

3. Sumber Data
Sumber data dalam riset ini ialah anak didik TK    Kecamatan Kota  Kabupaten .... yang berada di ruang belajar B yang berjumlah 20 orang.

4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam riset ini merupakan: (1) Observasi, data yang didapat dari pekerjaan anak yang dicermati selama proses belajardilangsungkan dilakukan melewati observasi, lantas hasilnya ditulis dalam lembaran observasi. (2) Dokumentasi, berupa kamera guna merekampekerjaan pembelajaran yang sedang berlangsung.
  
5. Teknik Analisis Data
Dalam riset kualitatif, analisis data dilaksanakan sejak mula penelitian dan sekitar proses penelitian dilakukan maupun sesudah penelitian. Model analisis data yang dipakai mengacu pada model yangdiciptakan oleh Arikunto, (2007:65). Tujuan dari analisis data ini ialah untuk menggali kebenaran dari data-data yang sudah diperoleh, sampai-sampai dari sini dapat ditarik benang merah dari hasil riset yangsudah dilakukan. Dalam riset ini, peneliti memakai 4 tahapan, yaitu: Koleksi data, reduksi data, display data, verifikasi data dan memungut kesimpulan.
a) Koleksi data
Merupakan tahapan mula dalam pengolahan dan hasil observasi, wawancara dan analisis arsip yang dilaksanakan peneliti terhadap subjek riset dan sumber informasi. Dalam mengumpulkan data, peneliti melakungkan observasi, wawancara yang mendalam dengan subjek penelitian, sumber informasi dan mencari arsip hasil pembelajaran, hasil observasi, wawancara dan dokumnutasi dituangkan peneliti dalam format tulisan dan dianalisis.
b) Reduksi data
Reduksi data dimulai dengan menerangkan, memilih hal-hal yang pokok,memusatkan pada hal-hal yang urgen terhadap isi dari sebuah data yang berasal dari lapangan. Sehingga data yang sudah direduksi bisa memberikan cerminan yang lebih tajam mengenai hasil pengamatan. Dengan begitu, dalam reduksi ini terdapat proses living in dan living out, maksudnya data yang terpilih ialah living in dan data yang terbuang (tidak terpakai) ialah living out.


c) Display data
Display data adalahproses memperlihatkan data secara simpel dalamformat kata-kata, kalimat, naratif, tabel, matrik dan grafik dengan maksud supaya data yang telah dikoleksi dikuasai oleh peneliti sebagai dasar guna mengambil benang merah yang tepat.
d) Verifikasi dan simpulan (verification and conclusion)
Dalam etape akhir, simpulan itu harus diperiksa kembali (diverifikasi) pada daftar yang telah diciptakan oleh peneliti dan selanjutnya ke arah simpulan yang mantap. Mengambil simpulan adalahproses penarikan intisari dari data-data yang terkumpul dalam format pernyataan kalimat yang tepat dan mempunyai data yang jelas. Penarikan simpulan dapat jadi dimulai dengan simpulan tentatif yang masih butuh disempurnakan. Setelah data masuk terus-menerus diteliti dan diverifikasi mengenai kebenarannnya, akhirnya diperoleh simpulan akhir lebih bermakna dan lebih jelas.
Dalam siklus tersebut, riset tindakan dimulai dengan perencanaanperbuatan (planing). pelaksanaan perbuatan (acting), pemantauan (observing) dan Repleksi (reflecting) (Arikunto dkk., 2007: 104), terdiri atas empat etape adalah: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Hal ini dapat disaksikan pada keterangan berikut:
1) Tahap Perencanaan
Dalam etape ini dilaksanakan observasi mula untuk mengidentifikasi masalah dan meneliti akar permasalahan melewati wawancara dengan guru yang terkaitdan lantas menetapkan perbuatan pemecahannya. Kegiatan selanjutnya ialah peneliti dan guru berkolaborasi untuk menciptakan skenario pembelajaran, dan menciptakan soal ujian siklus I guna mengukurketerampilan siswa, eksemplar tanggapan murid terhadap proses belajar mengajar.
2) Tahap Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus yakni siklus I dan siklus ke II. Dalam masing-masing siklus dilakukan pembelajaran dalam satu kali pertemuan 2 x 40 menit. Tiap pertemuan dibentuk satu rencana pembelajaran dan guru mengemban proses pembelajaran cocok dengan rencana pembelajaran yang dibentuk sebelumnya. Materi yang diajarkan ialah mengenal bilangan.
3) Tahap Pengamatan (Observasi)
Dalam etape ini, peneliti mengerjakan pengamatan terhadap kegiatan siswa sekitar berlangsungnya proses belajar melatih melalui eksemplar pengamatan terhadap kegiatan siswa. Kegiatan selanjutnya ialah memberi tes siklus I untuk memahami hasil belajar murid dan memberi tanggapan untuk siswa setelah pembelajaran selesai.
4) Tahap Refleksi
Pada unsur refleksi dilaksanakan analisis data tentang proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap akibat pelaksanaan perbuatan yang dilaksanakan. Berdasarkan hasil refleksi itu barulah dapat diputuskan apakah pemberian perbuatan dalam siklus tersebut menjangkau tujuan atau tidak.



DAFTAR PUSTAKA
Augusta. 2012. Pengertian Anak Usia Dini. Yogyakarta: Kreasi.
Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arsyad Ahmad. 2002. Pendidikan Anak Dini Usia. Bandung: Alfabeta.
Dwi Yulianti. (2010). Bermain sambil Belajar Sains di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT Indeks.
Depdiknas. 2007. Pedoman Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas.
Moleong L.Y, 2005. Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mutiah. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.
Sudono, A. 2000. Alat Permainan dan Sumber Belajar TK. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik. Jakarta.
Sujiono, Y. 2009. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks
Siti Aisyah, dkk. 2010. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sudaryanti. (2006). Pengenalan Matematika Anak Usia Dini. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia.(2002). Kamus Bahasa Indonesia I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Wahyudi CHA dan Dwi Retno Damayanti. (2005). Program Pendidikan untuk Anak Usia dini di Pra Sekolah Islam. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bilangan Anak Usia Dini Melalui Penggunaan Kartu Angka"

Post a Comment