Membaca Permulaan Pada Anak Usia Dini
Membaca Permulaan Pada Anak Usia Dini
Pengertian Membaca Permulaan
Berdasarkan keterangan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2005:623), “kemampuan” berarti kesanggupan atau kecakapan. “Membaca” berarti menyaksikan
serta mengetahui isi dari apa yang tertulis, ataumelafalkan dan mengeja apa
yang tertulis. Petty dan Jensen (Ampuni, 1998:16) melafalkan bahwa pengertian membaca
memiliki sejumlah prinsip, di antaranya menyimak adalah interpretasi simbol –
simbol yang berupa tulisan, dan bahwa membaca ialah mentransfer gagasan yang
dikatakan oleh pengarang bacaan. Maka dengan kata lain menyimak merupakan kegiatan
sejumlah kerja kognitif tergolong persepsi dan rekognisi.
Terdapat sejumlah tahap dalam proses belajar membaca. Initial
reading (membaca permulaan) adalahtahap kedua dalam menyimak menurut keterangan
dari Mercer (Abdurrahman, 2002: 201). Tahap ini ditandai dengan penguasaan kode
alfabetik, di mana anak melulu sebatas menyimak huruf per huruf atau menyimak secara
teknis. Membaca secara teknis pun berisi arti bahwa dalam etape ini anak
belajar mengenal fonem dan menggabungkan (blending) fonem menjadi suku kata
atau kata (Mar’at, 2005:80). Kemampuan menyimak ini bertolak belakang dengan
keterampilan membaca secara formal (membaca pemahaman), di mana seseorang telah mengetahui
makna sebuah bacaan. Tidak terdapat rentang umur yang mendasari pembagian
langkah dalam proses membaca, sebab hal ini tergantung pada tugas – tugas yang
mesti dikuasai pembaca pada langkah tertentu.
Media Membaca Permulaan Pada Anak Usia Dini |
Berdasarkan keterangan dari Depdikbud dalam Chaer (2003:204), huruf
konsonan yang mesti dapat disebutkan dengan benar untuk menyimak permulaan
ialah b, d, k, l, m, p, s, dan t. Huruf – huruf ini,diperbanyak dengan huruf – huruf
vokal akan dipakai sebagai indikator keterampilan membaca permulaan,
sampai-sampai menjadi a, b, d, e, i, k, l, m, o, p, s, t, dan u.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diputuskan bahwa pengertian keterampilan
membaca permulaan mengacu pada kemampuan (ability) yang mesti dikuasai pembaca
yang berada dalam tahap menyimak permulaan. Kecakapan yang dimaksud ialah penguasan
kode alfabetik, di mana pembaca melulu sebatas menyimak huruf per huruf,
mengenal fonem, dan menggabungkan fonem menjadi suku kata atau kata.
Berdasarkan keterangan dari Soejono (Lestary, 2004:12) mempunyai tujuan
yang memuat urusan – urusan yang mesti dikuasai murid secara umum, yaitu:
a) Mengenalkan murid pada huruf-huruf dalam huruf sebagai tanda
suara atau tanda bunyi.
b) Melatih ketrampilan murid untuk mengolah huruf-huruf dalam kata
menjadi suara.
c) Pengetahuan huruf –huruf dalam huruf dan ketrampilan mendengungkan
wajib guna dapat dipraktikkan dalam masa-masa singkatsaat siswa belajar
menyimak lanjut.
2. Tahapan proses belajar menyimak Permulaan
Grainger (2003, h. 185) melafalkan adanya tiga langkah dalam
proses membaca. Tahap prabaca dapat disaksikan dari kesiapan anak untuk mengawali
pengajaran formal dan tergantung pada kesadaran fonemis anak. Anak yang
ditetapkan siap (biasanya pada anak-anak yang baru menginjak usia prasekolah)
lantas akan melewati tahap kesatu dalam proses membaca.
Tahap kesatu ialah tahap logografis, anak-anak taman kanak – kanak
atau mula kelas 1 menebak ucapan-ucapan menurut satu atau sekelompok kecil huruf
sampai-sampai tingkat diskriminasi paling buruk. Kemudian sesudah mendapat
pengajaran, diskriminasi menjadi lebih baik. Anak dapat memisahkan kata yang
telah dan belum dikenal, tetapi mereka belum bisa membaca ucapan-ucapan yang
belum dikenal. Strategi membaca mula pada etape logografis secara umum tidak
mempunyai sifat fonologis, namun lebih mempunyai sifat pendekatan global atau
visual di mana pembaca mula mencoba mengidentifikasi kata secara borongan menurut
ciri – ciri yang dapat dikenali. Tahap kedua ialah tahap alfabetis, pada etape ini
pembaca mula memperoleh lebih tidak sedikit pengetahuan mengenai bagaimana
membagi ucapan-ucapan ke dalam fonem-fonem dan bagaimana merepresentasikan
bunyi-bunyi yang mereka baca dan eja dengan ortografi alfabet. Tahap ketiga
dilewati ketika anak sudah fasih dalam proses dekoding. Anak pada etape ini
dapat memecahkan ucapan-ucapan yang beraturan dan tak beraturan dengan memakai konteks.
Biasanya etape ini dilangsungkan ketika anak berada pada pertengahan hingga akhir
ruang belajar 3 dan ruang belajar 4 sekolah dasar.
Berdasarkan uraian di atas dapat diputuskan bahwa anak – anak
lazimnya sebagai pembaca mula berada pada tahap menyimak permulaan. Lebih
khususnya, anak – anak berada pada etape kesatu dan kedua dalam proses membaca,
yakni tahap logografis dan alfabetis. Pembagian langkah ini menurut
keterampilan yang mesti dikuasai anak, yakni penguasaan kode alfabetik yang
melulu memungkinkan anak untuk menyimak secara teknis, belum sampai mengetahui bacaan
laksana pada tahap menyimak lanjut.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Membaca Permulaan
Berdasarkan keterangan dari Farida Rahim (2005: 16), menuliskan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan membaca ialah sebagai berikut:
a. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologi mencakup kesehatan fisik, pertimbangan
neurologis, dan jenis kelamin. Menurut sejumlah ahli, keterbatasan neurologis
laksana cacat benak dan kekurang matangan secara jasmani adalah salah satu hal yang
dapat mengakibatkan peserta didik tidak sukses dalam meningkatkan keterampilan membaca
pemahaman mereka.
b. Faktor Intelektual
Terdapat hubungan positif antara kepintaran yang ditunjukkan oleh
IQ dengan rata-rata penambahan remedial menyimak tetapi tidak seluruh siswa
yang mempunyai keterampilan intelegensi tinggi menjadi pembaca yang baik.
c. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang mencakup latar belakang dan empiris peserta didik
mempengaruhi keterampilan membacanya. Peserta didik tidak bakal menemukan
tantangan yang berarti dalam membaca andai mereka tumbuh dan berkembang di
dalam lokasi tinggal tangga yang harmonis, lokasi tinggal yang sarat dengan
cinta kasih, mengetahui anak-anaknya, dan mempersiapkan mereka dengan rasa
harga diri yang tinggi.
d. Faktor sosial ekonomi siswa
Status sosial ekonomi murid mempengaruhi keterampilan verbal
siswa. Hal ini dikarenakan andai peserta didik bermukim dengan family yang
berada dalam taraf sosial ekonomi yang tinggi keterampilan verbal mereka pun akan
tinggi. Hal ini didukung dengan fasilitan yang diserahkan oleh orang tuanya
yang berada pada taraf sosial ekonomi tinggi. Lain halnya peserta didik yang
bermukim di family yang sosial ekonomi rendah. Orangtua mereka tidak bisa memenuhi
keperluan anaknya dan anaknya ingin kurang percaya diri.
e. Faktor Psikologis
Faktor psikologis mencakup motivasi, minat, dan kematangan sosial,
emosi, serta penyesuaian diri.
0 Response to "Membaca Permulaan Pada Anak Usia Dini"
Post a Comment