Landasan Teori Cerita Anak


Landasan Teori Cerita Anak

1. Hakikat Cerita Anak

Cerita adalah bagian dari hidup. Setiap orang ialah bagian dari suatu cerita. Kelahiran, kesehatan, keberhasilan, kematian, di mana, kapan, dan seterusnya semuanya ialah sebuah rentetan kejadian dari cerita kemanusiaan vang amat unik (Sarumpaet 2002). Bahkan, cerita ialah narasi individu setiap orang suka menjadi unsur dari sebuah peristiwa, unsur dari satu cerita, dan menjadi unsur dari suatu cerita ialah hakikat cerita. Otak manusia pun disebut sebagai perangkat narasi yang bergerak dalam dunia cerita. Semua pengetahuan yang ditabung dalam benak dan bagaimana akhirnya masing-masing orang dapat menilik dan mengenal dunia ialah karena keadaan kisah itu. Kalau semila pengetahuan tersebut tidak & simpan dalam format cerita, tak akan dapat diingat. Itulah sebabnya segala yang dsimpan dalam format cerita jauh lebih berfungsi dan bermakna daripada segala yang dijejalkan ke dalam otak melulu dalam format fakta-fakta atau sekuen-sekuen yang sulit ditelusuri antar hubungannya.

Sarumpaet (2002) menyampaikan bahwa sastra anak, tergolong di dalamnva kisah anak ialah cerita yang ditulis guna anak, yang berkata mengenai kehidupan anak dan sekeliling yang memprovokasi anak, dan tulisan tersebut hanyalah bisa dinikmati oleh anak dengan pertolongan dan pengarahan orang dewasa.

Landasan Teori Cerita Anak

Berdasarkan keterangan dari Endraswara (2002:115) sastra anak di dalamnya termasuk kisah anak pada dasarnya adalah"wajah sastra" yang konsentrasi utamanya demi pertumbuhan anak. Di dalamnya menggambarkan liku-liku kehidupan yang dapat dicerna oleh anak, melukiskan perasaan anak, dan mencerminkan pemikiran ¬pemikiran anak. Dalam urusan ini patut ditegaskan bahwa sastra anak tak mesti seluruh tokohnya seorang anak.

Rampan (dalam Subyantoro 2006) mendefinisikan kisah anak-anak sebagaikisah sederhana yang kompleks. Kesederhanaan tersebut ditandai oleh kriteria wacananya yang baku dan berbobot | berbobot | berkualitas tinggi, tetapi tidak ruwet, sampai-sampai omunikatif. Akan tetapi kisah anak-anak malah ditulis oleh orang dewasa dan dikonsumsi oleh anak-anak (Sugihastuti 1996:69). Cerita anak-anak ialah media seni vang memiliki ciri-ciri tersendiri cocok dengan selera penikmatnya. Tidak seorang pengarang kisah anak-anak yang melalaikan dunia anak-anak. Dunia anak-anak tidak bisa diremehkan dalam proses kreatifnya. Maka dari itu, kisah anak-anak dicipta oleh orang dewasa seakan-akan adalah ekspresi diri anak¬-anak lewat idiom-idiom bahasa anak-anak.

Nurgiyantoro (2007) melafalkan ada dua kelompok teks kesastraan dan pun dua disiplin keilmuan yang tidak tidak jarang kali sama, yakni sastra dewasa (adult liie!-ature) dan sastra anak (children literature). Lebih ianjut Nurgiyantoro menuliskan andai selama ini sastra anak terkesan diabaikan. Namun sekarang sastra anak di anggap mempunyai kontribusi perkembangan jati diri dan atau pembentuk karakter anak. Sastra anak dipercayai mampu sebagai salah satu hal yang bisa dimanfaatkan "untuk mendidik" anak lewat bacaan.

Dari sejumlah keterangan di atas bisa disimpulkan kisah anak ialah cerita simpel yang ditulis guna anak, berkata mengenai kehidupan anak dan sekeliling yang memprovokasi anak, di dalamnya menggambarkan liku-liku kehidupan yang dapat dicerna oleh anak, melukiskan perasaan anak, dan mencerminkan pemikiran-pemikiran anak.

2. Ciri-Ciri Cerita Anak

Pengalihan pola pikir orang dewasa untuk dunia anak-anak dan eksistensi jiwa dan sifat anak-anak menjadi kriteria kisah anak-anak yang digemari. Dengan kata lain, kisah anak-anak mesti berkata tentang kehidupan anak-anak dengan segala aspek yang berada dan memprovokasi mereka. Berdasarkan keterangan dari Huck at al. (dalam Subyantoro, 2006) ciri esensial sastra anak, termasuk kisah anak merupakan pemakaian pandangan anak atau kacamata anak dalam menghadirkan kisah atau dunia imajiner.

Sarumpaet (1976:29) dan Endraswara (2002:119} menuliskan bahwa ciri¬-ciri sastra anak tergolong di dalamnya kisah anak terdapat tiga, yaitu (1) berisi sebanyak pantangan, berarti melulu hal-hal tertentu saja yang boleh diberikan; (2) penyajian secara langsung. cerita yang diperlihatkan memberikan uraian secara langsung, tidak berkepanjangan; (3) memiliki faedah terapan, yakni menyerahkan pesan dan doktrin kepada anak-anak.

Ciri kisah anak berisi sebanyak pantangan berarti melulu hal-hal tertentu saja yang boleh diberikan. Ciri ini berkaitan dengan tema dan amanat kisah anak. Tema yang adalah gagasan kisah atau apa yang dipermasalahkan dalam cerita. maka mesti dipertimbangkan tema apa yang sesuai untuk anak-anak. Tidak seluruh tema yang umumnya dapat ditemukan dalam kisah orang dewasa dapat dipermasalahkan dan disajikan untuk anak-anak. Tema yang sesuai ialah tema yang menyajikan masalah yang cocok dengan alam hidup anak-anak. Misalnya mengenai kepahlawanan, peristiwa sehari-hari, dan sebagainya. Di samping itu, seringkali amanatnya disederhanakan dengan meluangkan akhir cerita yang indah.

Contohnya kisah anak Bawang Merah dan Bawang Putih, Timun Emas dan Puteri Abu. Ciri kisah anak berupa penyajian secara langsung, maksudnya ialah deskripsi yang sesingkat barangkali dan mengarah ke sasarannya langsung,mengkhususkan aksi yang dinamis dan jelas sebabnya. Di samping itu, kejujuran penyajian tindakan-tindakan tokoh diperlihatkan secara jujur dan tidak melulu tindakan-tindakan serta tokoh-tokoh yang baik saja yang jelas penampilannya.

Ciri kisah anak selanjutnya yakni memiliki faedah terapan, maksudnya kisah anak menyerahkan pesan dan doktrin kepada anak-anak. Pesan dan latihan tersebut dikatakan dengan teknik tidak menggurui maupun terkesan mengabaikan kepintaran anak. Berkenaan dengan hal-hal yang berfungsi untuk anak-anak yaitu mengisahkan secara jelas tokoh-tokoh yang mempunyai sifat penolong dan dermawan hati. Di samping itu,mengisahkan tokoh-tokoh yang mempunyai sifat pernalas dan pengganggu patut dihukum. Misalnya cerita dalam kisah anak Detektif Kancil.

Ciri pokok beda sastra anak yang susah terelakkan ialah sifat luar biasa (Endraswara 2002:119). Unsur angan-angan ini bakal ada sebab para penulis sastra anak tergolong di dalamnya kisah anak tak hendak niliai-nilai didik pada anak secara eksplisit. Hal ini pun dilandasi oleh pertumbuhan kejiwaan anak yang penuh dengan dunia fantasi. Semakin jauh dan tinggi daya angan-angan dalam sastra anak, aian semakin disukai oleh anak-anak.

Dunia fauna dan tanaman pun bisa dilukiskan pada kisah anak-anak (Subvantoro 2006). Bahkan hasilnya tidak jarang menakjubkan. Banyak kisah anak yang berkisah tentang fauna dan tumbuhan.

Saxby (dalam Nurgiyantoro 2007) menuliskan andai citraan dan atau metafora kehidupan yang diceritakan berada dalam cakupan anak, baik yang melibatkan aspek emosi, perasaan, pikiran, saraf sensorik, maupun empiris moral. dan diekspresikan dalam bentuk-bentuk kebahasaan yang pun dapat di jangkau dan dicerna oleh pembaca anak-anak, kitab atau teks itu dapat klasifikasikan sebagai sastra anak.

Berdasarkan batasan itu, tidak hanya dunia atau kehidupan anak-anak yang boleh diceritakan, dunia remaja, dan dunia orang dewasa pun bisa diceritakan.

Syarat yang jangan ditawar-tawar, teknik dan kisah dunia remaja atau orang dewasa tersebut harus disajikan dengan tolok ukur kacamata anak-anak. Di samping itu tidak saja kehidupan atau dunia insan yang boleh diceritakan dalam anak.

2. Unsur-Unsur Cerita Anak

Cerita anak-anak yang bersumber dari bacaan anak-anak bisa dilacak asal-usulnya menurut isinya, format penulisannya, fungsinya, dan dari bahannya. Berdasarkan isinya, kisah anak-anak bisa berasal dari sastra tradisional, angan-angan modern, rekaan realistis, rekaan sejarah, dan puisi. Menurut format pulisannya, kisah anak-anak diklasifikasikan ke dalam kitab bacaan bergambar (picture book), komik, kitab ilustrasi, dan novel. Dilihat dari fungsinya, terdapat pula kitab untuk pemula yang dinamakan sebagai kitab konsep, kitab partisipasi, dan toybooks. Bila disaksikan dari bahannya, di samping kertas, kitab untuk pemula terdapat yang tercipta dari kain, plastik, foam, dan karton tebal. Dilihat dari ukurannya, di samping yang biasa laksana umumnya, terdapat yang berukuran mini, midi, dan maksi (Bunanta dalam Subyantoro 2006).

Di dalam kisah ada ide, tujuan, khayalan bahasa, dan gaya bahasa (Majid 2001:4). Unsur-unsur tersebut dominan dalam pembentukan individu anak. Sarumpaet (2002) melafalkan bahwa kisah anak mempunyai kekuatan yang hebat.

Cerita mempunyai tempat yang signifikan dalam pertumbuhan bahasa dan kemampuan literernya, pun perkembangan psikologis dan emosinya. Cerita yang unik dapat menolong memberikan gagasan dan membangunkan asosiasi anak didik pada empiris mereka.

Seperti diajukan Hurlock (dalam Subyantoro 2006) bahwa pada masa umur sekolah, anak menyukai kisah tentang hal-hal yang nyata. Dengan kata lain, mereka lebih menyenangi cerita-cerita yang nyata dengan dibumbui tidak banyak khayal, daripada yang tidak terjadi sebetulnya atau mengenai sesuatu yang jauh di luar cakupan pengalamannya, sampai-sampai tidak bisa mereka pahami.

Cerita anak terdiri atas unsur-unsur pembangun kisah anak, antara lain: alur, figur dan perwatakan, latar, tema dan amanat. Berikut ulasan masing¬masing bagian intrisik dalam kisah yaitu:

1. Tokoh dan Perwatakan

Sudjiman (dalam Septiningsih, dkk. 1998:4) menuliskan bahwa tokoh ialah individu fiksi yang merasakan peristiwa atau perlakuan dalam sekian banyak  peristiwa dalam cerita. Hal senada pun diungkapkan oleh Aminudin (dalam Siswanto 2008:142) yang mengaku tokoh ialah pelaku yang melaksanakan peristiwa dalam kisah rekaan sehingga peristiwa tersebut mampu menjalin suatu kisah sedangkan teknik sastrawan memperlihatkan tokoh dinamakan penokohan. Dari pendapat di atas dapat diputuskan bahwa tokoh ialah pelaku yang melaksanakan peristiwa dalam kisah rekaan sehingga peristiwa tersebut mampu menjalin sebuah cerita. Penokohan yakni penyajian watak figur dan pembuatan citra figur yang memisahkan dengan figur yang lain.

2. Latar atau Setting

Latar (setting) yaitu lokasi maupun masa-masa terjadinya cerita. Sudjiman (dalam Septiningsih, dkk. 1998:5) menuliskan bahwa latar ialah keterangan, petunjuk, pengacuan yang sehubungan dengan waktu, ruang, dan keadaan terjadinya peristiwa dalam sebuah karya sastra. Secara simpel Suharianto (2005:22) menuliskan latar disebut pun setting yaitu lokasi atau masa-masa terjadinya cerita.

Abrams (dalam Siswanto 2008:149) menyampaikan latar cerita ialah tempat umum (generale locale), masa-masa kesejarahan (historical time) dan kelaziman masyarakat (social circumtances) dalam masing-masing episode atau bagian-bagian tempat.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diputuskan bahwa latar ialah tempat.masa-masa dalam cerita, dan keadaan terjadinya peristiwa dalam karya sastra. Dalam riset ini karya sastra yang dimaksud ialah cerita anak.

3. Tema clan Amanat

Tema ialah pokok persoalan yang mendominasi sebuah karya sastra. Secara simpel Stanton (dalam Septiningsih, dkk. 1998:5) menyinggung bahwa tema ialah arti pusat yang ada dalam cerita.

Hakikatnya tema ialah permasalahan yang adalah titik tolak penulis dalam menyusun kisah atau karya sastra tersebut, sekaligus adalah permasalahan yang hendak dipecahkan penulis dengan karyanya tersebut (Suharianto 2005:17).

Dari uraian pendapat mengenai tema di atas, dapat diputuskan bahwa tema ialah gagasan pokok yang ingin dikatakan pengarang melewati karyanya atau pokok persoalan yang mendominasi sebuah karya karya sastra.

4. Alur atau Plot

Luxemburg (dalam Septiningsih, dkk. 1998:4) menuliskan bahwa alur ialah konstruksi tentang sebuah barisan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling sehubungan yang dirasakan oleh pelaku. Sedangkan menurut keterangan dari Suharianto (2005:18) plot yakni teknik pengarang menjalin kejadian-kejadian secara berturut-turut dengan menyimak hukum sebab dampak sehingga adalah kesatuan yang padu, bulat. dan utuh.

Alur ialah rangkaian kisah yang disusun oleh tahapan-tahapan peristiwa sampai-sampai menjalin suatu kisah yang dihadirkan oleh semua pelaku dalam suatu kisah (Abrams dalam Siswanto 2008:159). Sudjiman (dalam Siswanto 2008:159) mengaku bahwa alur ialah peristiwa yang diurutkan membina tulang punggung cerita.

Dari sejumlah pendapat mengenai alur di atas, dapat diputuskan bahwa alur ialah peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan urutan yang baik dan menyusun sebuah cerita. Dalam alur ada serangkaian peristiwa dari mula sampai akhir. Berkenaan dengan pembahasan kisah anak yang telah dilaksanakan pada unsur sebelumnva, kisah anak yang dimaksudkan dalam riset ini ialah salah satu format karya sastra yang ditulis dengan berorientasi pada dunia anak-anak dapat disaksikan dari (1) figur dan penokohan atau perwatakan. (2) latar, serta (3) tema dan amanat.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Landasan Teori Cerita Anak"

Post a Comment