Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Media Puzzel Di Taman Kanak-Kanak
Meningkatkan Kemampuan Kognitif
Anak Melalui Media Puzzel Di Taman Kanak-Kanak
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah sosok pribadi yang
sedang merasakan proses pertumbuhan yangpaling pesat untuk kehidupan serta organisasi yang adalah satu kesatuan fisik dan
rohani yang utuh dengan segala struktur dan perlengkapan biologis dan psikologisnya sampai-sampai menjadi sosok yang unik. Anak merasakan suatu proses pertumbuhan yang mendasar berarti bahwa empiris perkembangan pada masa umur dini bisa menyerahkan pengaruh yang powerful dan berjangka
masa-masa lama sampai-sampai melandasi
proses pertumbuhan anak
selanjutnya. Setiap anak mempunyai
sebanyak potensi, baik potensi fisik, biologis, kognitif, maupun sosial
emosional. Anak ialah makhluk
yang sedang dalam taraf pertumbuhan yang
memiliki perasaan, pikiran,
kehendak sendiri, yang kesemuanya tersebut
adalah totalitas psikis dan sifat -sifat serta struktur yang berbeda pada tiap-tiap fase pertumbuhan (Ayuningsih, 2010).
Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
yakni belajar seraya bermain atau bermain seraya belajar. Dimana anda telah memahami bahwa dunia anakialah
dunia ber main. Bermain pada anak adalah sar ana guna belajar
yang menyenangkan, karena untuk anak
bermain dan belajar adalah sebuah kesatuan
dan sebuah proses yang terus
menerus terjadi dalam kehidupannya. Melalui bermain, anak bisa mengor ganisasikan sekian banyak empiris dan keterampilan kognitifnya dalam upaya merangkai kembali gagasan- ga gasan yang indah. Dengan kata lain,
bermain adalah etape mula dari
proses belajar pada anak yang dirasakan
semua insan (Masitoh dkk,
2005).
Perkembangan kognitif anak Taman
Kanak-Kanak dipengaruhi tidak sedikit faktor
diantaranya ialah kematangan
fisik, empiris dan interaksi
peserta didik dengan orang-orang disekitarnya. Anak yang aspek kognitifnya
baik,bakal dapat mengembangkan
proses berfikir, merespon objek dilingkungannya dan merefleksikan pengalamannya
sampai-sampai diperlukan situasi dan
stimulasi yang cocok dengan keperluan anak supaya pertumbuhan dan pertumbuhan
kognitif anak dapat dijangkau secara
optimal dibutuhkan proses
pembelajaran yang terencana dan sistematis supaya pembelajaran yang
diserahkan lebih bermakna dan berati untuk anak didik, mendorong keberanian dan memicu anak menggali empiris baru untuk
pertumbuhan dirinya secara optimal serta menyerahkan kesempatan
untuk anak guna bereksplorasi,
menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi serta belajar secara mengasyikkan (Lisnawati Ni Nyoman,
2011).
Berdasarkan
keterangan dari Susanto, (2011),
pertumbuhan kognitif pada anak
umur dini menjadi di antara penentu
dalam pengembangan kemampuan hidupnya
dimasa yang bakal datang. Dengan kepintaran kognitif yang dimilikinya, persoalan dalam kehidupan keseharian baik simpel ataupun yang rumit bakal dapat dipecahkan. Dengan urusan itu maka pertumbuhan kognitif bakal menjadi paling urgen dalam pembelajaran anak umur dini.
Media Puzzel Pada Anak Usia Dini |
Adapun persoalan yang menjadi tantangan
dalam pertumbuhan kognitif
diantaranya ialah masih
kurangnya keterampilan anak
dalam sejumlah konsep kognisi, terutama pada TK .... terdapat anak yang belum berkembang
dalam pola berhitung dan pola huruf.
Terkadang anak keadaan bingung dalam memisahkan huruf yang bentuknya nyaris sama. Misalnya huruf “b dan d”. disamping tersebut pula, dalam konsep warna terdapat anak yang belum dapat menuliskan nama warna-warna saat ada pertanyaan dari guru
(Sujiono 2005).
Penelitian ini bertujuan guna meningkatkan keterampilan kognitif anak pada kumpulan B TK .... sebagai hasil pekerjaan pembelajaran. Sedangkan dalam proses pembelajaran riset ini bertujuan menambah pemahaman, mengingat, dan
ketepatan anak memasang puzzle. Pelaksanaan riset didasarkan pada hasil observasi mula yang mengindikasikan
bahwa keterampilan kognitif
anak masih rendah, yang diperlihatkan dari
20 orang anak yang ada, anak yang
mendapat katagori baik yakni (20%) atau 4 anak, sementara yang menemukan kualifikasi
lumayan yaitu (30%) atau 6 orang anak sementara setengahnya lagi
yakni dengan kualifikasi tidak
cukup yaitu (50%) atau 10 orang anak. Oleh sebab itu, dibutuhkan
pemakaian media puzzle guna meningkatkan keterampilan kognitif anak.
Di
samping dalam konsep tersebut, dalam solusi masalah secara sederhana,contohnya dalam pekerjaan
merangkai lego, anak belum dapat
membuat ekuilibrium dalam
membangunnya. Dalam melafalkan sebab
dampak dalam sains sederhana contohnya dalam pekerjaan mencampurkan warna dan
pelarutan air oleh benda-benda yang
dapat larut (Mulyasa, 2006).
Penyampaian pesan pembelajaran
dari guru untuk siswa, seringkali menggunakan perangkat tolong melatih (teaching
aids) berupa gambar, model, atau alat-alat beda yang dapat
menyerahkan pengalaman konkrit,semangat
belajar, serta mempertinggi daya serap atau yang anda kenal sebagai alat
tolong visual. Pada prakteknya media
pembelajaran masih tidak jarang terabaikan
dengan sekian banyak alasan, antara lain: terbatasnya masa-masa guna menciptakan persiapan
mengajar, sulit menggali media
yang tepat, tidak tersedianya biaya, dan lain-lain (Sujiono 2005).
Berdasarkan hasil observasi di Tk
.... media yang tesedia masih kurang.
Media yang dipakai dalam pekerjaan belajar melatih tidak mesti diselenggarakan dengan membeli, akan namun dapat diciptakan dengan
memanfaatkan bahan yang terdapat dilingkungan
sekitar. Semua sarana dan bahan yang terdapat
dilingkungan selama dapat dipakai sebagai sumber belajar melatih di taman kanak-kanak.
Pengajar di taman kanak-kanak diinginkan
untuk lebih kreatif dalam
menciptakan dan membuat sendiri
sarana yang dibutuhkan dalam
pembelajaran bahkan dengan kreatifasnya seorang pendidik diinginkan dapat
mengerjakan proses daur ulang dengan memakai bahan bekas dan menjadikannya media yang unik dan berfungsi guna anak, yang pasti
saja dengan menyimak tahap pertumbuhan (Sujiono 2005).
Banyak jenis media yang dapat dipakai untuk taman kanak-kanak, yakni media audio, visual, dan
audiovisual. Dari ketiga jenis media
itu anak akan memakai faedah panca
inderanya, dan kesudahannya bakal mengembangkan sekian banyak aspek kecerdasan. Media audio yang
dapat dipakai anak taman
kanak-kanak contohnya tape
recorder, dan beda sebagainya.
Media visual misalnya kitab majalah,
gambar-gambar binatang, puzzle dan lainnya. Adapaun media audiovisual contohnya televisi, gambar-gambar animasi
dan lainnya (Lisnawati Ni Nyoman, 2011).
Dari sekian banyak media yang
ada, di antara media yang dapat diciptakan oleh guru sendiri ialah puzzle. Puzzle adalah permainan merangkai kepingan gambar sampai-sampai menjadi suatu gambar yang utuh. Permainan ini pasti permainan yang telah dikenal seluruh orang, bahkan barangkali
diseluruh dunia. Dengan puzzle, anak taman kanak-kanak belajar mengetahui konsep bentuk, warna,
ukuran dan jumlah. Memasang kepingan puzzle berati menilik gambar utuh, lantas
menyusun komponennya menjadi suatu
gambar benda. Bermain puzzle
mengajar anak memfokuskan benak sebab
ia mesti berkonsentrasi saat membandingkan kepingan-kepingan
puzzle. Di samping itu,
permainan ini meningkatkan kemampuan anak
dalam menyelesaikan masalah sederhana.
Penggunaan media puzzle dalam
pembelajaran bakal dapat membuat pembelajaran
yang aktif, kreatif dan mengasyikkan (PAKEM).
Bahan latihan yang disampaikan bareng dengan media pembelajaran
menjadikan peserta didik seakan-akan bermain sampai-sampai dalam proses belajar
lebih mengasyikkan (Mulyasa,
2006:35).
Berdasarkan uraian diatas maka
peneliti merasa urgen untuk mengerjakan penelitian ini yang
berjudul, “Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Media Puzzle di TK ....
Kecamatan .... Kabupaten ....”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
maka yang menjadi rumusan masalah dalamriset
adalah:
1) Bagaimana keterampilan kognitif anak Taman
Kanak-Kanak di TK .... Kecamatan ....
Kabupaten .... sebelum penerapan media puzzle?
2) Bagaimana langkah-langkah pemakaian media puzzle guna meningkatkan keterampilan kognitif anak Taman
Kanak-Kanak di TK .... Kecamatan ....
Kabupaten ....?
3) Bagaimana peningkatan keterampilan kognitif dikelompok TK ....
Kecamatan .... Kabupaten .... setelah memakai media puzzle?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan riset yang ingin dijangkau yaitu:
1) Mengetahui keterampilan kognitif anak di TK ....
Kecamatan .... Kabupaten .... sebelum
penerapan cara puzzle.
2) Mengetahui pemakaian media puzzle guna menambah keterampilan kognitif
anak di TK .... Kecamatan .... Kabupaten
.....
3) Mengetahui penambahan kognitif anak setelah memakai media puzzle di TK .... Kecamatan .... Kabupaten .....
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang hendak dijangkau dari riset ini, yakni guna untuk kepentingan teoritis dan kepentingan praktis. Bagi lebih jelasnya kedua guna ini pengarang uraikan sebagai berikut:
1) Untuk siswa
Menggali dan menimbulkan potensi siswa sampai-sampai dapat menjadi bibit
unggul guna kehidupan di masa
yang bakal datang baik untuk yang terkait atau murid maupun
keluarganya, masyarakat, bangsa dan negara.
2) Untuk guru
Mengadakan inovasi pembelajaran
dalam format pendekatan
pembelajaranpilihan yang
inovatif dan dapat meningkatkan
kognitif siswa, serta meningkatkan wawasan
guru mengenai pembelajaran yang digemari siswa di Taman kanak-Kanak
(TK).
3) Untuk Sekolah
Temuan-temuan riset ini diinginkan dapat memberi masukan untuk membetulkan mutu pengajaran
cocok tuntutan kurikulum serta sebagai bahan dalam supervisi klinis guna menambah proses pembelajaran yang dilaksanakan guru ruang belajar dan memotivasi guru beda guna mengerjakan PTK.
E. Definisi Operasional
1) Kemampuan Kognitif anak ialah perkembangan yang sehubungan dengan kepintaran anak yang ditunjukkan melalui keterampilan mengingat, mengenal dan
memahami sekian banyak obyek (Siti Rahayu Haditono, 2002).
Adapun yang dimaksud dengan
kognitif anak dalam riset ini ialah bagaimana benak anak berkembang dan bermanfaat untuk dapat beranggapan untuk
melalui media puzzel di TK .... Kecamatan .... Kabupaten ....
2) Media Puzzel ialah media permainan mencocokan, dan
material lain guna mengajarkan
ketrampilan laksana mengenal
bentuk, ukuran, jumlah, warna, kesamaan, dan perbedaan, berhitung, mengurutkan,
dan mengelompokkan (Wardani, 2009)
F. Landasan Teori
1. Pengertian Kemampuan
Memberi bekal keterampilan berhitung pada anak semenjak dini guna membekali kehidupan anak di masa yang bakal datang di rasa
paling penting. Istilah keterampilan
bisa didefinisikan dalam sekian
banyak arti, salah satunya menurut
keterangan dari Munandar (Ahmad Susanto, 2011:97), “kemampuan adalah daya untuk mengerjakan suatu perbuatan sebagai hasil dari
pembawaan dan latihan”.
Senada dengan Munandar, Robin
(Ahmad Susanto, 2011:97) mengaku bahwa keterampilan adalah sebuah kapasitas sekian banyak tugas dalam suatu kegiatan tertentu. Dengan demikian,
kemampuan ialah potensi atau kesanggupan
seseorang yang adalah bawaan
dari bermunculan dimana potensi
atau kesanggupan ini didapatkan dari
pembawaan dan pun latihan yang menyokong seseorang untuk menuntaskan tugasnya.
2. Pengertian Kognitif Anak
Perkembangan kognitif ialah pertumbuhan dari pikiran.
Pikiran ialah unsur dari otak, unsur yang dipakai yakni guna pemahaman, penalaran, pengetahuan dan
pengertian. Kognitif ialah suatu proses berpikir, yakni kemampuan pribadi untuk
menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan sebuah kejadian atau peristiwa. Proses kognitif bersangkutan dengan tingkat kepintaran (inteligensi) yang menandai
seseorang dengan sekian banyak minat khususnya ditujukan untuk ide-ide
dan belajar (Ahmad Susanto 2011:47).
Perkembangan kognitif mencerminkan bagaimana benak anak berkembang dan bermanfaat untuk bisa berpikir. Perkembangan kognitif ialah gabungan dari kedewasaan benak dan sistem saraf, serta adaptasi
dengan lingkungan. Semua anak mempunyai
pola pertumbuhan kognitif
yang sama melewati empat langkah Piaget (Slamet Suyanto,
2005:53), yaitu:
a. Sensorimotor (0-2 tahun), pada etape ini anak lebih tidak sedikit menggunakan gerak
refleks dan inderanya guna berinteraksi
dengan lingkungan disekitarnya. Anak pada etape | fase | langkah ini peka dan suka terhadap sentuhan yang diserahkan dari lingkungannya. Pada
akhiretape | fase | langkah sensorimotor
anak telah dapat menunjukan
tingkah laku intelegensinya dalam kegiatan
motorik sebagai reaksi dari stimulus sensoris.
b. Praoperasional (2-7 tahun),
pada etape | fase | langkah ini
anak mulai menunjukan proses
beranggapan yang lebih jelas di bandingkan etape | fase | langkah sebelumnya, anak mulai mengenali simbol tergolong bahasa dan gambar.
c. Konkret operasional (7-11
tahun), pada langkah ini anak telah dapat memecahkan permasalahan sederhana yang mempunyai sifat konkrit, anaktelah mampu beranggapan berkebalikan atau beranggapan dua arah, contoh3
+ 4 = 7 anak telah dapat berfikir andai 7 – 4 = 3 atau 7 – 3 = 4,urusan ini menunjukan bahwa anak telah mampu beranggapan berkebalikan.
d. Formal operasional (11 tahun
ke atas), pada etape | fase | langkah ini
anak telah mampu beranggapan secara abstrak, dapat membuat analogi, dandapat mengevaluasi teknik berpikirnya.
Berdasarkan urusan itu terlihat bahwa pertumbuhan anak mempunyai sifat kontinyu dari etape ke etape dan tidak terputus. Pada tiap anak berbeda-beda dalam menjangkau suatu tahapan, terkadang
batas antaraetape satu dengan etape lainnya tidak begitu terlihat.
Anak umur TK berada pada etape
| fase | langkah praoperasional (2-7 tahun). Istilah praoperasional
menunjukan pada definisi belum
matangnyateknik kerja pikiran.
Pemikiran pada etape ini masih
kacau dan belum terorganisasi dengan baik (Santrock, 2002:251). Pada tahap umur ini sifat egosentris pada anak
semakin nyata.
Adapun ciri-ciri beranggapan pada etape praoperasional Rita Eka Izzaty,
dkk, (2008:88), diantaranya:
a. Anak mulai menguasai faedah simbolis, anak sudah dapat bermain purapura dan keterampilan berbahasanya semakin
sistematis.
b. Anak suka mengerjakan peniruan (imitasi) dengan
apa yang dilihatnya. Peniruan ini dilaksanakan
secara langsung maupun tertunda, yang dimaksud peniruan yang tertunda ialah anak tidak langsung meniru
tingkah laku orang yang dilihatnya tetapi
terdapat rentang masa-masa
sejumlahketika baru menirukan.
c. Cara beranggapan anak yang egosentris, dimana anak belum dapat untukmemisahkan sudut pandang seseorang dengan sudut pandang orang
lain. Anak masih menonjolkan “aku” dalam
masing-masing keadaan.
d. Cara beranggapan anak yang centralized, yakni cara beranggapan anak
masih terpusat pada satu dimensi saja. Contoh, seorang anak dihadapkan pada dua
gelas yang dipenuhi air berbeda,
yang satu air putih dan yang satu air teh dengan volume yang sama antara air
putih dan air teh sampai-sampai terlihat
sejajar atau sama banyak.
e. Berpikir tidak bisa dibalik, operasi logis anak belum
bisa dibalik. Pada etape ini anak belum dapat beranggapan berkebalikan (reversibel)
atau beranggapan dua arah, misal anak memahami andai 4 + 2 = 6, tetapi anak belum bisa memahami andai 6 – 2 = 4 atau 6 – 4 = 2 (Slamet Suyanto, 2005:65)
f. Berpikir terarah statis, anak
belum dapat beranggapan tentang
proses terjadinya sesuatu.
Dalam mencerminkan dinamika
pertumbuhan kognitif Piaget, Rita Eka Izzaty (2008:34) memakai lima istilah, yaitu:
a. Skema (pemahaman)
Hal ini menunjukan struktur
mental, pola beranggapan yang dipakai seseorang untuk beranggapan mengatasi suatu kondisi tertentu di lingkungannya.
b. Adaptasi
Proses penyesuaian pemikiran
dengan memasukan informasi baru ke dalam pemikiran individu. Piaget menuliskan anak-anak menyesuaikan diri
dengan dua cara, yakni asimilasi
dan akomodasi.
c. Asimilasi
Keadaan dimana seorang anak membulatkan informasi baru ke struktur
kognitif yang telah ada dalam pikiran anak. Sebagai misal anak TK yangtelah memahami konsep bilangan, saat diajarkan konsep enumerasi anakbakal mengerjakan integrasi antara konsep bilangan yang telah dipahaminya dengan penjumlahan.
d. Akomodasi
Meliputi penyesuaian struktur
kognitif untuk merangkai skema
baru sebab skema yang
dimilikinya tidak bisa lagi
menggolongkan empiris baru yang
dimilikinya. Seorang anak menyaksikan kucing
dan menghitung jumlah kakinya lantas anak
menyaksikan ayam yang kakinya
dua, menyaksikancacing tidak
berkaki, terjadi kebingungan, kemudian anak
berfikir yang menghasilkan skema baru bahwa hewan ada yang berkaki dan
terdapat yang tidak.
e. Equlibrium
Proses belajar melalui etape | fase | langkah disequlibrium
mengarah keetape | fase | langkah equlibrium.
Equilibrium ialah keterampilanseseorang
guna menyeimbangkan antara
asimilasi dan akomodasi. Disequilibrium (misal: kok terdapat hewan tidak berkaki?), lantasmengarah ke etape | fase | langkah equilibrasi (mencari
jawaban) dankesudahannya menjadi
equilibrium (ditemukan solusi). (Amir Syamsudin, 2008:50).
3. Media Puzzel
a. Pengertian Puzzle
Puzzle nama tersebut dipungut dari bahasa latin
yang berorientasi padasebuah program
sistem random yang sarat tekateki , (Wardani, 2009:136).
Puzzle merupaan permainan mencocokan, dan material lain guna mengajarkan ketrampilan laksana mengenal bentuk, ukuran, jumlah, warna, kesamaan, dan
perbedaan, berhitung, mengurutkan, dan mengelompokkan.
Anak pun mengembangkan keterpaduan gerakan mata-tanggan dan mengajar menggunakan otot kecil
ditangan dan jari mereka saat bermain
dengan material pengguasaan benda (Nielsen, 2008:98). Puzzle dapat dicukur dengan mengekor model potongan lurus, model
potongan melengkung, model potongan geometri, potongan menurut keterangan dari unsur dan lain-lain. Puzzle guna anak umur 4-5 tahun yang bermanfaat
guna mengajar daya pemantauan dan
konsentrasi, mengenal format serta
bisa mengajar ketrampilan
jari-jari anak ( Zaman, 2007:78).
Ketika bermain puzzle anak bisa berlaih guna mengenal format dan
bagaimana mereka memenuhi ruang
kosong di mana potongan-potongan itu diperlukan.
Puzzlejuga mendorong anak-anak guna mengenali
persamaan seperti: laksana mana
warna yang merah atau garis tebal di dalam satu potongan cocok dengan
corak yang sama pada potongan beda ( Kayvan, 2009 ).
b. Manfaat bermain puzzle
Ada sejumlah manfaat dari bermain puzzleantara lain ialah (Warner, 2003:66):
1) Melatih anakuntuk bisa mengelompokkan atau mengurutan
bentuk.
2) Meningkatkan ketrampilan
kognitif.
3) Mengembangkan motorik halus.
4) Melatih daya pemantauan dan konsentrasi.
5) Dapat memecahkan masalah
c. Macam-macam puzzle
1) Single puzzle. Adalah mainan
yang pada penutupnya diberi lubanglubang berbentuk geometri laksana segitiga, segiempat, dan
lingkaran. Permainan ini sesuai untuk
anak umur 1 tahun dan puzzle
yang sesuai untuk anakumur 2 tahun ialah puzzle format
laksana rumah-rumahan, buah, atauhewan
dengan 2-3 pecahan.
2) Puzzle besar. Adalah puzzle
yang seringkali diamainkan oleh
anak umur lima tahun atau lebih.
Puzzle besar bisanya bergambar bebek yang sedang berenang atau lainnya.
3) Puzzle jam ialah puzzle yang berukuran 30x20 cm, cocok untuk anakumur 5-6 tahun. Papan tercipta dari bahan yang sama laksana puzzle lainnya, namun yang bertolak belakang ialah diberi gambar jammenyeluruh dengan jarum petunjuk. Potogan yang diberi angka bisa dilepas dan dipasang kembali.
Tujuan dari permainan ini ialah mengenalkan masa-masa dan mengenal emblem bilangan, menata angka-angka menyusun deratan yang cocok dengan arah jarum jam.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis
Penelitian
Penelitian ini adalahPenelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian Tindakan Kelas adalahsuatu
pencermatan terhadap pekerjaan yang
sengajaditimbulkan dan terjadi
dalam suatu kelas. Penelitian
Tindakan Kelasialah penelitian
yang dilaksanakan oleh guru
kelasnya sendiri melewati refleksi
diri dengan destinasi untuk membetulkan kinerjanya sampai-sampai hasil belajar
meningkat. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) termasuk riset kualitatif sampai-sampai sudah barangpasti proses penelitiannya memakai metode riset deskriptif analitik, yang dilaksanakan subjektif dengan menurut semata-mata atas fakta.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di TK .... Kecamatan .... Kabupaten ...., khususnya kumpulan A tahun latihan 2013/2014.
3. Subjek Data
Subyek yang bakal diteliti ialah anak didik kumpulan
A TK .... Kecamatan Peusangan
Kabupaten .... yang berjumlah 20 (dua puluh dua) anak terdiri dari 12 (dua belas)
anak laki-laki dan 8 (delapan) anakwanita
Tahun Pelajaran 2013/2014.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pendataan data yang digunakan ialah observasi, wawancara, daftar lapangan dan dokumentasi.
1. Observasi.
Observasi ialah suatu kiat yang dilaksanakan dengan teknik mengadakanpemantauan secara teliti dan
sistematis. Arikunto (2008: 28). Pengumpulan data melewati observasi
dilaksanakan sendiri oleh peneliti ditolong guru dan kepala sekolah. Observasi dilaksanakan pada ruang belajar yang dijadikan subyek riset untuk mendapatkan cerminan secara langsungpekerjaan menari anak di kelas.
2. Wawancara.
Wawancara ialah proses memperoleh
penjelasan untuk tujuan riset denganteknik tanya jawab seraya bertatap muka
antarapewawancara dengan orang yang diwawancarai (responden) dengan perangkat yang disebut panduan wawancara.
3. Dokumentasi.
Dokumentasi ialah instrumen untuk mengoleksi data mengenai peristiwa atau
kejadian-kejadian masa kemudian yang sudah didokumentasikan. Mulyasa
(2009:09). Dokumen adalahmetode
untuk mendapat atau memahami sesuatu, buku-buku, dokumentasi yang
bersangkutan dengan yang diteliti. Dokumen dipakai untuk mendapat data sekolah dan nama anak kumpulan A TK .... Kecamatan Peusangan Kabupaten ...., serta potret atau rekaman proses perbuatan penelitian.
4. Catatan Lapangan.
Berdasarkan
keterangan dari Bogdan dan Biklen dalam Meleong (2009:209),daftar lapangan ialah catatan tertulis
mengenai apa yang didengar, di lihat,di alami dan di pikirkan dalam
rangka pendataan data dan
refleksi terhadap data dalam riset kualitatif.
Catatan lapangan dipakai untukmenulis temuan sekitar pembelajaran yang
didapatkan peneliti yang teramati dalam pedoman observasi.
5. Teknik Analisis Data
Dalam riset kualitatif, analisis data dilaksanakan sejak mula penelitian
dan sekitar proses penelitian dilakukan maupun setelah riset sebagai berikut:
1. Penyusunan Rencana Tindakan I.
Pada etape ini Guru merangkai rencana
pembelajaran menurut pokokkupasan dan tema yang bakal diajarkan yakni meningkatan keterampilan kognitif anak TK .... dengan media Puzzel pada kumpulan Amencakup merumuskan
destinasi pembelajaran,
merangkai langkah-langkah pembelajaran, mempersiapkan bahan ajar, apa
yang cocok pokok kupasan yang bakal diajarkan dan bagaimana mengajarkannya serta merangkai alatpenilaian yang cocok dengan
tujuan.
2. Pemberian Tindakan I.
Guru mengemban pengajaran dengan memberi misal langsung untuk anak
bagaimana teknik menyusun
benda-benda. Setelah peneliti
mengerjakan tindakan I dirasa masih tidak cukup sesuai dengan target yang diharapkan maka penulis
mengerjakan tindakan yang ke II yaitu duplikasi dariperbuatan I
yang diinginkan akan lebih baik
lagi hasilnya.
3. Melakukan Observasi
Pada waktu pekerjaan pembelajaran berlangsung, guru bareng anakkumpulan A mengerjakan observasi dan menulis kejadian-kejadian selamapekerjaan pembelajaran dilangsungkan yang nantinya dapat berfungsi untuk pemungutan keputusan apakah telah benar atau perludiselenggarakan perbaikan. Apakah
tugas - tugas dan pertanyaan yangdikemukakan
guru telah meningkatan keterampilan kognitif anak TK .... dengan media Puzzel. Observasi yang dilaksanakan pada perbuatan II ini sama laksana yang dilaksanakan pada
perbuatan I yakni pada
waktupekerjaan pembelajaran
berlangsung, guru bareng murid kumpulan Amengerjakan observasi dan
menulis kejadian-kejadian selama
pekerjaan pembelajaran berlangsung, menyerahkan tugas, pertanyaan yang diinginkan kemampuan kognitif anak TK .... dengan media Puzzel.
4. Pembuatan Analisis dan
Refleksi
Dari hasil observasi dilaksanakan analisis pada perbuatan I lantas dilanjutkan dengan refleksi. Berdasarkan hasil analisis
dan refleksi yangdilaksanakan bersama-
sama ini direncanakan perbaikan dengan
mengerjakan tindakan II terhadap permasalahan-permasalahan yang masih
ada. Untukmemahami apakah guru
dapat merangkai rencana
pembelajaran yang meningkatan
keterampilan kognitif anak TK .... dengan media Puzzel dapat disaksikan dan komponen-komponen yang
ada pada rencana pembelajaran
yang sudah disusunnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amir Syamsudin. (2008). Jean Piaget (1896-1980) dan Alam
Pikiran Anak. Jurnal Pengembangan Ilmu ke-TK-an Tots Educare (vol 1 Nomor 2).
Hal.47-54
Ayuningsih, Diah. (2010). Psikologi Perkembangan Anak.
Yogyakarta: Pustaka Larasati
Ahmad Susanto. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini.
Jakarta: Kencana Prenada. Media Group.
Masitoh, dkk. (2005). Pendekatan Belajar Aktif di Taman
Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas Dikjen Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan
Pendidikan Tenaga Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Mulyasa. (2006). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung:
PT Remaja.
Nielsen, Hartati 2006. Perubahan Gaya Hidup Masyarakat di
Kawasan Perkotaan Terhadap Pasar Modern. Jakarta : Rajawali Pers.
Lisnawati Ni
Nyoman.(2011).” Penggunaan Model Problem Solving Melalui Permainan Puzzle Untuk
Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Kelompok B3 TK Srikandi Denpasar” Jurnal
Tesis.Program Studi Pendidikan Dasar. Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha.
Rahayu, Siti dan Haditono. 2006.Psikologi Perkembangan:
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya,Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Rita Eka Izzaty dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik.
Yogyakarta: UNY Press
0 Response to "Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Media Puzzel Di Taman Kanak-Kanak"
Post a Comment